10th Class Review
Written by
Muhammad Saefullah
Menjadi
penulis itu keren. Ide dan pemikiran bisa menjadi mahakarya yang spektakuler,
hanya orang-orang tertentu lah yang bisa menjadi penulis, seharusnya setiap
insan juga sadar dari potensi yang dimiliki. Kebanyakan dari kita tidak sadar
akan bakat yang dimiliki, terlalu naif jika sebelum mencoba sudah menyerah
duluan, lebih baik mati dalam peperangan dari pada bunuh diri sebelum
berperang. Tanpa diduga, lembaran kertas sudah terpenuhi dengan tinta hitam
yang berisi gagasan, ide, dan pemikiran yang eksploratif, padahal penulis class
review ini seperti tidak ada bakat dalam tulis-menulis.
Survive,
kata-kata itu cocok sekali mengawali paragraf dua ini, ratusan lembar telah
dihasilkan dari perjuangan yang hampir mencapai titik akhir. Kerja keras telah
menjadikan penulis sosok yang keren di berbagai aspek, eksistensi penulis
melambung bahkan namanya kini ada di list hasil pencarian artikel. Keren bukan?
Sekalian numpang tenar di media sosial, hasil ini merupakan salah satu stimulus
untuk memompa semangat tulis-menulis, bahkan sekarang penulis bergerak lebih
jauh lagi dalam upaya penggalian sumber-sumber sohih. Argumentative essay pun
kini menjadi “santapan empuk” untuk tiga pekan terakhir, pastinya akan menambah
sosok keren saya.
Ayo
bapak-bapak ibu-ibu... dipilih saja sayurnya, masih segar ini dan bisa bertahan
hingga tiga pekan yang akan datang, ada define the topic, limit the topic,
analyse the topic dan yang lain sebagainya. Nampaknya suasana tersebut hanya
terjadi di pasar Writing, orang-orang akan meracik bahan-bahan itu menjadi
sebuah hidangan argumentative essay. Masakan itu rencananya akan dihidangkan kepada
Chef Lala sebagai makanan penutup dari satu semester ini, hasil yang sedap pun
harus disiapkan untuk memberikan kesan terakhir yang baik.
Sebelum
memasak hidangan argumentative essay lebih lanjut, alangkah baiknya kalau
mengetahui hidangan apa sih argumentative essay itu. Masakan ini ialah
merupakan jenis dari menulis yang membutuhkan pelajar menyelidiki topik,
mengumpulkan, menghasilkan, dan mengevaluasi fakta-fakta, dan membangun posisi
pada topik dalam cara yang ringkas. Masakan ini hampir terjadi kebingungan
antara argumentative essay dan expository essay. Dua aliran ini hampir sama,
tetapi argumentative essay berbeda dari expository essay dalam jumlah
pre-writing (penemuan) dan penelitian yang berbelit-belit. Argumentative essay
secara umum ditandai sebagai puncak atau akhir proyek di tahun pertama menulis
atau komposisi pelajaran yang maju dan panjangnya yang berbelit-belit, penelitian
yang mendetail. Expository essay kurang berbelit-belit penelitiannya dan lebih
pendek dalam kepanjangannya. Expository essay juga sering digunakan untuk
latihan kelas writing atau tes seperti GED atau GRE.
Dalam
menulis argumentative essay ada hal yang sangat penting dan menjadi target
utama. Penulis harus mengajak pembacanya untuk mempertimbangkan sudut pandang
penulis, meskipun pembaca mungkin tidak setuju dengannya. Menulis essay jenis
ini tentunya membutuhkan perhatian dan ketrampilan. Kita perlu untuk
menunjukkan respek kepada sudut pandang lain yang melawan, penulis juga butuh
ketrampilan untuk memilih kosa kata secara hati-hati dan semuanya itu harus
ditulis dengan jelas dan masuk akal.
Seperti
yang penulis sebutkan tadi dalam pasar Writing, menulis argumentative essay itu
harus define the topic. Beberapa topik sangat perlu untuk didefinisikan,
contohnya seperti topiknya itu “haruskah sekolah itu mengembangkan pendidikan
moral?” maka penulis harus bisa menjelaskan pengertian dari pendidikan moral
itu sendiri.
Setelah
mendefinisikan topik yang dibuat, baru penulis membatasi judulnya.
Argumentatuve essay perlu pembatasan. Sebagai contohnya jika judulnya itu
tingkatan menulis dan thesisnya mengatakan “guru tidak harus menggunakan
tingkatan menulis”, pembaca mungkin kaget apa yang dimaksud penulis “semua
guru-guru dari berbagai level mulai TK sampai kuliah” atau “hanya guru-guru
tertentu” yang tidak harus menggunakannya.
Penulis
juga butuh yang terakhir ini, analyse the topic. Sebelum penulis memutuskan
sudut pandangnya, isu-isu yang akan menjadi topik harus dianalisis secara
komprehensif. Sebagian besar topik argumentative mempunyai dua sudut pandang
yaitu setuju dan tidak setuju, dan bisa dinyatakan sebagai yes/no question,
seperti contohnya “haruskah pelajar SMA bekerja selama masa sekolahnya?.
Contoh
pendapat yang mendukung pelajar SMA itu harus belajar ialah karena mereka bisa
membantu untuk kuliah, mereka bisa mempunyai teman-teman baru, belajar tanggung
jawab, dan mereka mungkin menemukan karir untuk dirinya. Namun, ada juga yang
tidak sependapat kalau siswa SMA harus bekerja, alasannya ialah karena mereka
akan lebih baik kualitasnya jika mereka tidak bekerja, dan siswa-siswa bisa
ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Bagaimanapun
juga, untuk memasak argumentative essay penulis butuh saran dari master chef
yang sudah berpengalaman. Sebelum membuat keputusan akhir tentang sudut pandang
penulis, karena hal itu merupakan ide bagus untuk mengevaluasi kekuatan dan alasan
yang mendukung penulis yang sudah diurutkan. Alasan yang kuat itu salah satunya
ialah keyakinan, relevan, dan penting. Penulis bisa menggunakan pertanyaan:
apakah benar? Apakah berhubungan dengan jelas topiknya? Caranya itu, atau
akibatnya sudah nyata? Untuk mengidentifikasi kebenaran dari semua hal.
Yang
harus ditulis selanjutnya ialah thesis statement. Thesis statement pada
argumentative essay harus berisi sebuah opini. Opini-opini itu biasanya
diungkapkan dengan modal verb “should” atau penilaian seperti “good” dan “bad”.
Contoh thesis statement ialah “teenagers should have part-time jobs”,
atau bisa juga “part-time work is good for teenagers”.
Thesis
statement yang lengkap berisi alasan-alasan, atau supporting argument. Seperti
halnya contoh berikut: majikan ingin sekali untuk bekerja, mereka itu
fleksibel, dan mereka puya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk
melakukan banyak catatan tingkatan pekerjaan. Thesis statement juga mungkin
berisi sudut pandang yang berlawanan , ketika beberapa orang itu mengatakan
anak muda/remaja tidka punya etika bekerja yang
baik, majikan harus menggajinya karena mereka ingin sekali untuk
bekerja, fleksibel dan sebagainya. Jadi, alasan-alasan yang dingkapkan pada thesis
statement akan mendukung sudut pandang penulis yang lebih kuat.
Akhirul
kalam, dapat disimpulkan bahwa dari pembahasan class review kali ini tentang
argumentative essay. Bebrapa pertemuan yang tersisa mungkin akan bergelut
dengannya, argumentative essay juga hampir sama dengan expository essay, namun
ada perbedaan yang prinsipil. Penulis bisa menggunakan daya, fakta, tabel dan
sebagainya untuk memperkuat tulisan, sehingga argumen bisa diterima dengan akal
secara logis, dan yang harus diingat oleh penulis bahwa tujuan akhir dari
argumentative essay bukan lain untuk mengajak pembaca satu pemikiran dengannya.
0 comments:
Post a Comment