12th Class Review
Written by
Muhammad Saefullah
Perjuangan
ini hampir sampai di tepi kebahagiaan. Mutiara hitam (Papua) yang membungkam
pejuang dalam writing telah menjadi trending topic dan menghantarkan hingga
garis finish, perjuangan yang tak bisa ditukar dengan apa pun. Tanpa disadari
begitu besarnya pemikiran-pemikiran yang berhasil dikuras dan dituangkan dalam
tulisan, hati yang menjadi kemudi untuk membolak-balikkan segalanya telah
berhasil dikendalikan. Kerja keras mungkin menjadi stimulus dari awal
perjanjian, seandainya tidak ada keinginan yang dibarengi dengan usaha sudah
dipastikan penulis out dari kelas writing.
Begitu
fokusnya mata ini melihat bola panas info Papua. Wilayah yang penug kontroversi
dari Indonesia menjadi incaran semua mata penguasa, sehingga fokus pencarian
bukti-bukti kebenaran hampir mencapai titk jenuh. Untungnya, hati ini
dibentengi dengan dua penasihat yang mana ayat-ayatnya selalu memberi bimbingan
dan batasan-batasan dalam proses writing, dialah Om Hyland dan Om Lehtonen. Kedua
sosok ini lewat bukunya selalu setia menemani dalam pencarian jati diri di
writing, termasuk dalam class review kali ini mencoba mengungkapkan masehat
umat oleh Ken Hyland tentang writing.
Sebelum
membahas lebih jauh, sebagai makanan pembuka alangkah nikmatnya kalau mencicipi
materi terakhir. Pengawasan yang intens telah menghantarkan jalan writing ini
menuju tiga pengawasan yaitu tentang judul argumentative essay, working thesis,
dan generic structure. Sebenarnya untuk judul sendiri tidka ada masalah yang
begitu penting, rata-rata penulis sudah jitu dalam menentukan akses awal ini,
namun untuk batu loncatan selanjutnya sedikit terhamabt pada working thesis. Langkah
kedua ini sebagian besar tersesat dan perlu diluruskan, wajib hukumnya untuk
membenarkan working thesis karena sebagai kunci awal. Akan tetapi, angin segar
muncul dari susunan generic structure yang sudah benar pada sebagian besar.
Menyinggung
bukunya Ken Hyland pembelajaran telah sampai di writing process. Dituliskan bahwa
writing process sendiri menganut lima sistem sebagai kiblatnya, yaitu problem
solving, generative, recorsive, colaborative, dan developmental. Kelima aspek
ini menyangkut tentang materi pada pertemuan terakir. Semua aspek tersebut
penting untk menjadi talak ukur dalam menulis, tidak terkecuali untuk
pembahasan tentang Papua ini, perlu sekiranya dikaitkan dengan lima hal ini.
Pertama,
problem-solving. Dalam proses menulis ini pastilah ada pemecahan masalah yang
dibuat sebagai altrenatif, problem solving sendiri mempunyai dua penandaan saat
pemecahannya. Tanda pertama itu istilah invention strategies, pemecahan
ini berdasarkan analisis penemuan-penemuan yang sudah didapat di lapangan,
strategi penemuan juga bisa terkait dengan kasus Papua ini yang mana bisa
memberikan pemecahan masalah setelah melihat kasusnya. Tanda yang kedua yaitu extensive
planning, dengan perencanaan luas yang meliputi semua aspek diharapkan
problem solving akan muncul dari analisis yang menyeluruh ini.
Kedua
ialah generative. Writing proses biasanay akan dapat menghasilkan suatu
hal, hasil ini tak luput pula dipengaruhi oleh dua hal yang masing-masing
beracuan pada ide-ide. Pertama dipengaruhi oleh orang yang menemukan kemudian
dikembangkan penemuan tersebut sebagai langkah kedua, semuanya harus
berorientasi pada ide-idenya.
Ketiga
yaitu recorsive. Sebuah tulisan ditulis secara recorsive atau
berulang-ulang. Dengan adanya banak revisi-revisi dari reviewer maka akan
memebrikan hasil yang lebih baik, pengulangan secara constant atau practice
dalam pengoreksian. Oleh karena itu, recorsive ini harus ada dalam proses
menulis.
Keempat
yaitu colaborative, writing process haus bekerja sama dengan penulis
lain. Maksud dari bekerja sama di sini ialah berkumpul untuk mengoreksi hasil
dari reviewer. Sebelum proses colaborative ini, plenulis sudah melewati proses
recorsive yang mana merupakan proses masukan-masukan dari reviewer, berbagai
coretan dari reviewer ini akan menjadi modal untuk bahan diskusi dengan teman
sejawat mana saja yang harus diperbaiki. Colaborative ini akan terfokus pada
umpan balik dari diskusi kevil tersebut, dari umpan balik itu maka akan
menambah hasil argumentative yang lebih baik.
Kelima
yaitu developmental, proses ini merupakan proses yang terakhir
dari semuanya. Dari cara satu hingga cara keempat semuanya ditutup dengan
pengembangan dari hasil-hasil diskusi dengan penlis maka akan menghasilkan
ide-ide atau gambaran abru. Gambaran ini akan mengembangkan
pengetahuan-pengetahuan dari kedalaman materi yang ditulis, satu hal yang harus
ingat yaitu semuanya butuh proses. Sudah menjadi hal yang umum jika ingin
menghasilkan master piece yang bagus, proses sangat dibutuhkan dengan banyaknya
revisi-revisi, pembahasan dengan teman sebaya maka akan menghasilkan tulisan
yang berkualitas dan semuanya itu butuh proses.
Kelima proses tersebut
menjadi makanan wajib dalam menulis argumentative essay. Menulis jenis teks ini
butuh ide-ide dan proses yang intensive karena sifat-sifatnya yang kompleks,
penulis harus mencari bahan-bahan dan infornasi aygn akan ditulis sebanyak
mungkin. Pengetahuan dari materi-materi yang ditulis merupakan modal awal untuk
membuat argumentative essay, seperti tugas terakhir ini yang menganalisis sisi
gelapl dari negari Cendrawasih.
Papau sampai sekarang
masih menjadi santapan empuk bagi negara-negara penguasa. Dengan bermodalkan
artikel dari S. Eben Kirksey berbagai analisis telah dilakukan dengan mencari
informasi sebanyak-banyaknya, hanya orang-orang tertentu yang mengetahui
sejarah yang mengungkap Papua. Untuk mengungkap dalang dibalik mega proyek
Papua ini butuh ketelitian karena sifatnya yang kompleks, bahkan sekelas
bapaknay linguistik pun ikut berbicara tentang skandal besar ini.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa dari class review yang hampir menjadi penutup ini ada lima
pembahasan utama. Dalam menulis argumentative essay hal-hal yang harus
dilakukan ialah pertama proses memberikan pemecahan masalah, kedua ialah
generative/menghasilkan suatu hal, ketiga recorsive, keempat colaorative, dan
yang terakhir ialah developmental.
0 comments:
Post a Comment