11th Class Review
Written by
Muhammad Saefullah
Pelan
namun pasti mata ini akan terbuka lebar dengan kebobrokan Indonesia. Lagu yang
menjadi bukti perjuangan (dari sabang sampai merauke) bangsa Indonesia
bergejolak menuju titik jenuh. Indonesia harus sadar dan terbangun bahwa tipu
muslihat negara-negara Eropa terus mengincar. Indonesia kini menjadi sasaran
tembak yang “empuk” dari negara-negara penguasa untuk mengeruk sumber daya
alam.
Berbagai sumber
yang sudah dibaca telah menyadarkan sedikit generasi muda. Betapa tidak, Papua
yang menjadi salah satu wilayah NKRI yang sedang berjihad hanya beberapa orang
yang mengetahuinya. Artikel-artikel yang menuliskan tentang Papua nampaknya
membuat bingung generasi pemula yang mendalami kasus ini, begitu kompleksnya
masalah yang hingga sekarang terus berlangsung, informasi yang memberikan isu
ikhwal Papua harus dipilih terlebih dahulu karena banyak unsur pribadi yang
dituis. Ekonomi, politik, budaya, dan sosial mewarnai kasus Papua yang semakin
bergulir bak bola panas, dengan bagaimana caranya Indonesia harus
memertahankan.
Pandangan
terfokus seketika saat melihat salah satu artikel yang diterbitkan di internet
oleh Global Review Institute. Artikel ini menjelaskan dengan gamblang
masalah-masalah di dunia internasional, bahkan ironisnya lagi masalah Papua
yang menjadi sorotan dunia. Papua menjadi wilayah rebutan dari negara-negara
berkuasa yang ingin menjarah kekayaannya.
Global
review menjelaskan abhwa kerusuhan-kerusuhan yang ada di Papua sampai saat ini
gara-gara empat negara yaitu Australia, Inggris, Belanda, dan Amerika Serikat. Pendapat
ini bahkan didukung oleh bapak linguistik dunia Noam Chomsky, kritikus dunia
ini mengatakan skandal besar yang ada di Papua selama ini ialah akibat dari
Amerika dan Australia. Australia sebelumnya sudah berhasil memerdekakan Timor
Leste dari Indonesia, sekarang mempunyai misi untuk lebih memperkuat
ekspansinya.
Lewat
gerakan masyarakat yang tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka terus
menyuarakan kemerdekaan. Inggris sangat mendukung Papua merdeka karena beberapa
waktu lalu kantor OPM ini resi dibuka di Oxford, kantor tersebut membuktikan
secara tidak langsung mendukung dan berkomitmen untuk membantu memerdekakan
Papua. Negara lainpun juga sudah dibangun kantor-kantor.
Semakin
banayk mendapatkan sumber informasi Papua, maka semakin bingung untuk
membuktikan kebenaran. Seperti yang diketahui oleh Amerika yaitu lewat produk
googlenya, saat mencari info tentang Papua data-data yang mutakhir ternyata
tidak bisa diaksess oleh orang pribumi dan disimpan oleh Amerika karena takut
membahayakan negaranya, akibatnya postingan asal-asalan mewarnai dunia blog
mengangkat kasus Papua.
Perlu
dicatat oleh bangsa Indonesia bahwa perusahaan di Papua itu salah satu cara
eropa menghancurkan Indonesia. Tanpa kita sadari keberadaan Freeport dan BP
merupakan sumber masalah yang nyata, berbagai konflik akan terus mencuak ke
permukaan selama kedua perusahaan tersebut masih melenggang bebas di tanah
Cendrawasih. Coba bayangkan seandainya pemerintahan yang dipimpin oleh Soeharto
tidak mengeluarkan UU infestor asing yang boleh bisnis di Indonesia, pasti
tidak ada perusahaan yang berjumlah 150 lebih menduduki Papua, tidak ada pro
dan kontra sesama rakyat Indonesia karena adanya perusahaan telah mengakibatkan
suasana yang memanas.
Indonesia
harus siap dengan berbagai kemungkinan. Skenario yang dibuat oleh negara yang
ingin Papua merdeka sangat rapih, Amerika bahkan sedang menyiapkan
manuver-manuvernya untuk menggoalkan misinya. Global review menyebutkan salah
sastu badan Intelijen Amerika yang tergabung dalam Rand Corporation telah
mengusulka Indonesia untuk dipecah menjadi delapan bagian, usulan ini jangan
dianggap enteng karena Rand Corporation ini merupakan lembaga resmi yang ada di
Amerika dan diawasi oleh Pentagon. Jadi tidak menutup kemungkinan rencana ini
akan dijalankan.
Bukti
lain menyebutkan bahwa kasus Papua cepat atau lambaat akan segera
diinternasionalisasi. Lagi-lagi dalangnya ialah Amerika, sejak kepemimpinan
Obama baru berjalan berita ini santer didengar, Amerika sangat menjunjung
tinggi HAM . entah mengapa kebetulan atau disengaja kasus di Papua juga
berkaitan dengan HAM, kejadian ini mempermudah Amerika untuk membawa kasus ke
dunia internasional yang mana akhirnya nanti Indonesia terpojokkan dan harus
melepas Papua. Kalau negara ini lepas dari NKRI negara-negara tetangga akan
berlomba untuk merebutnya karena alamnya yang sangat kaya.
Indonesia
akan menangis dan negara penguasa akan bahagia. Titik akhir dari perdebatan
Papua jangan sampai Indonesia menangis dan tinggal namanya saja, sejarah telah
tergores oleh para pejuang dengan begitu rapih jangan sampai rusak dan sia-sia
perjuangan mereka. Dengan semangatnya yang begitu menggebu-gebu bung Karno rela
untuk merebut dna memperjuangkan Papua kembali ke Indonesia, TRIKORA yang sudah
dilahirkan menjadi skasi bisu yang diharapkan agar bisa memotivasi bangsa
menjaga keutuhan NKRI.
Inilah
agenda pemerintah RI yang terbengkalai selama bertahun-tahun. Indonesia butuh
pemimpin yagn berani dan tegas unutk menyelesaikan masalah Papua, jangan sampai
masalah ini berlarut-larut hingga generasi mendatang. Banyak jalan untuk
menyelesaikan konflik ini, pertama pemerintah dengan segera mengadakan dialog
antar orang Papua dengan perwakilan pemerintah agar adanya transparansi. Kedua,
pemerintah juga harus menghargai orang asli Papua dan lebih memperhatikannya
agar tidak ada lagi suara-suara referendum, dan masih banyak lagi cara lainnya.
Jadi, dengan cara apapun mempertahankan Papua dari NKRI memang sudah menjadi
harga mati tanpa kompromi.
0 comments:
Post a Comment