Mengutip
dari artikel prof. A. Chaedar Alwasilah tentang Classroom Discourse to Foster
Religious Harmony. Bahwasannya bagaimana mengkondisikan sistem pendidikan di
indonesia agar mendorong siswanya untuk tetap menjaga kerukunan beragama.
Tujuan pendidikan dasar indonesia adalah untuk memberikan siswa dengan
keterampilan dasar untuk menegembangkan kehidupan mereka sebagai individu
anggota masyarakat dan warga negara.
Namun banyak sekali masalah sosial yang terjadi di indonesia seperti tawuran
antar pelajar adalah salah satu bentuk radikalisme di indonesia. Permasalahan
ini muncul karena kurangnya kepekaan dan rasa hormat terhadap orang lain dari
kelompok yang berbeda. Banyak terjadinya konflik anatar etnis, suku, agama yang
ada di indonesia meneyebabkan adanya saling tidak percaya diantara
kelompok-kelompok masyarakat.
Untuk
itu bagaimana caranya agar mencegah hal-hal yang bisa merusak bangsa kita.
Yaitu ketika di sekolah-sekolah harus adanya interaksi antara yang satu dengan
yang lainnya melalui tugas-tugas kelompok untuk bisa mendengarkan penuh
perhatian, berdebat secara baik, mengormati orang yang sedang berbicara. Itu
bisa membekali mereka sebagai warga negara yang demokratis. Menurut penelitian
Apriliaswati (2011) menyimpulkan bahwa interaksi antara teman sebaya dalam
dukungan wacana sosial yang positif di kalangan siswa. Interaksi sosial dengan
teman sebaya. Guru disini berperan agar bisa mengolahnya secara efektif.
Menjadi penengah ketika adanya keributan atau mengobrol ketika di dalam kelas,
menciptakan interaksi dengan siswa lain dari agama yang berbeda, etnis, dan
dari kelompok sosial yang berbeda.
Filsuf
Amerika pendidikan, Emerson (1837) pernah
berkata, "Seorang pria harus menjadi seorang pria sebelum ia bisa jadi petani yang baik, pedagang, atau insinyur." Dia menjelaskan pentingnya pendidikan liberal untuk membuat pria pria sejati atau lengkap. Pria sejati memiliki pengetahuan untuk menghindari pemahaman daerah.
Dalam konteks Indonesia, pendidikan liberal harus mencakup pengetahuan etnis, agama dan minoritas bahasa dan budaya. Terlepas dari karir mereka politisi, insinyur, petani, atau pengusaha siswa harus diberikan pengetahuan yang memadai di daerah-daerah.
Dengan demikian pendidikan liberal bertujuan membebaskan siswa dari sikap rabun terhadap orang lain. Pada dasarnya, itu penempatan insan kamil yaitu orang yang ideal yang memenuhi kriteria untuk mengasumsikan setiap pekerjaan atau penunjukan sebagai warga negara yang demokratis.
Dalam konteks Indonesia, pendidikan liberal harus mencakup pengetahuan etnis, agama dan minoritas bahasa dan budaya. Terlepas dari karir mereka politisi, insinyur, petani, atau pengusaha siswa harus diberikan pengetahuan yang memadai di daerah-daerah.
Dengan demikian pendidikan liberal bertujuan membebaskan siswa dari sikap rabun terhadap orang lain. Pada dasarnya, itu penempatan insan kamil yaitu orang yang ideal yang memenuhi kriteria untuk mengasumsikan setiap pekerjaan atau penunjukan sebagai warga negara yang demokratis.
Studi
Aprliliaswati mengajarkan kepada kita bahwa pendidikan tidak hanya
mengembangkan penalaran ilmiah tetapi juga wacana sosial yang positif.
Penalaran ilmiah sangat diperlukan dalam mengembangkan warga intelektual
sedangkan kompetensi wacana sosial sangat penting untuk menciptakan warga
negara yang beradab.
Indonesia
adalah negara demokratis. Dengan ribuan gugusan kepulauan, banyaknya ras dan
suku menjadikan indonesia mempunyai keanekaragaman. Terutama keanekaragaman
dalam agamanya. Walaupun kita tahu bahwa mayoritas agama yang ada di indonesia
adalah agama Islam. Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama kepada
semua orang. Menurut agama dan keyakinannya masing-masing. Konstitusi ini juga
menetapkan bahwa negara Indonesia harus didasarkan pada ideologi
bangsa Indonesia yakni prinsip pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Makna dari sila pertama ini adalah saling
menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing, hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup, menjamin peenduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya, negara memberi fasilitas
bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan mediator ketika terjadi
konflik agama.
Dalam UUD 1945
pun dinyatakan bahwa "tiap-tiap
penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya dan
menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau
kepercayaannya”. Pemerintah bagaimanapun telah menetapkan secara resmi hanya
mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu. Ataupun kita tahu bahwa mayoritas agama yang ada di indonesia adalah
agama Islam. Menelisik tentang Bhineka Tunggal Ika semboyan bangsa
Indonesia yang merupakan bentuk pernyataan kesatuan bangsa Indonesia atas
segala keberagaman dan perbedaan yang ada. Semboyan yang berarti “Berbeda –
beda tetapi tetap satu jua” tersebut ternyata telah dicetuskan sejak jaman
kerajaan Majapahit ratusan tahun yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk
penghargaan dan toleransi terhadap perbedaan telah ada sejak jaman dahulu.
Semboyan ini pula yang kemudian mengantarkan kerajaan Majapahit menjadi
kerajaan dengan wilayah yang sangat luas mencakup berbagai macam ras dan suku yang
ada di wilayah Nusantara.
Dari
pengalaman kerajaan Majapahit itulah, para tokoh peletak dasar negara Indonesia
tetap menggunakan semboyan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa
Indonesia dengan harapan bahwa bangsa Indonesia akan terus berjaya diatas
perbedaan yang ada. Semboyan tersebut telah menjadi pengingat penting bagi
seluruh bangsa Indonesia bahwa segala bentuk perbedaan ras, suku, bahasa
daerah, perbedaan pemahaman maupun keyakinan bukanlah sebuah penghalang untuk
menjadi kesatuan bangsa yang kuat.
Jelas
bahwa toleransi dan saling menghargai adalah sikap yang tersirat dalam semboyan
Bhineka Tunggal Ika. Tanpa adanya toleransi dan sikap saling menghargai, bangsa
indonesia akan menjadi bangsa yang lemah karena setiap orang saling mencela dan
menganggap dirinya paling baik diantara yang lainnya. Menurut buku Politik
Bahasa dan Pendidikan bahwasannya masing-masing agama adalah ahli waris yang
sah di nusantara ini, wajar saja bila setiap agama menuntut diperlakukannya
“fair” dalam menjalankan fungsi dan misi keagamaannya.
Menurut
pendapat saya sebagai pemuda pemudi indonesia kita harus mempunyai sikap atau
rasa saling menghormati satu sama lain, menghargai orang lain. Namun pada saat
ini sepertinya pemuda di indonesia sudah tidak memiliki sikap tersebut.
Contohnya masalah sosial yang terjadi di dunia pendidikan adalah tawuran antar
pelajar. Itu menunjukkan bahwa mereka tidak adanya sikap saling menghormati dan
menghargai satu sama lainnya. Tawuran antar pelajar selalu menjadi agenda
perbincangan setiap tahunnya, masalah ini bukan perkara baru, dan jangan
dianggap perkara yang remeh. Padahal kalau kita kaji masalah tawuran antar
pelajar akan membawa dampak panjang, bukan hanya bagi pelajar yang terlibat,
namun juga untuk keluarga, sekolah serta lingkungan masyarakat di sekitarnya
akan membawa dampak buruk.
Masalah
sosial seperti tawuran antar pelajar yang dapat menghilangkan nyawa seseorang
tidak bisa disebut sebagai kenakalan remaja namun sudah menjadi tindakan
kriminal. Yang menjadi pertanyaan, adalah bagaimana bisa seorang pelajar tega
melakukan tindakan yang ekstrem sampai menyebabkan hilangnya nyawa pelajar lain
hanya karena masalah-masalah kecil? Menurut saya karena adanya primordial
contohnya suku jawa dan suku sunda dan etnosentrisme yaitu adanya perbedaan
etnis dan yang terpenting sebenarnya sejak dini seharusnya sudah di tanamkan
sikap tenggang rasa, saling menghormati dan menghargai satu sama lain itu adalah yang terpenting.
Faktor
lain terjadinya tawuran adalah pelajar mudah labil. Kita harus mengetahui bahwa
para pelajar yang sedang dalam pencarian jati diri ini cenderung mudah labil.
kelabilan inilah yang akhirnya tawuran antar pelajar terjadi. Ada beberapa cara
yang efektif untuk mencegah sebelum tawuran antar pelajar terjadi, misalkan
dengan membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan yang positif, memberikan
kebebasan berpendapat dan berekspresi dan tetap adanya kontrol dari pihak-pihak
yang berkaitan khususnya orang-orang terdekat, mencoba lebih terbuka dan
mengenali serta memberikan solusi yang positif ketika remaja sedang mengalami
emosi.
Sikap
optimis dan kepercayaan terhadap pelajar perlu ditumbuhkan kembali, sehingga
suatu saat kita tidak akan mendengar lagi berita atau kabar mengenai kejadian
tawuran antar pelajar di negeri kita ini, yang ada kita bangsa Indonesia
dipenuhi kabar berita tentang pelajar-pelajar yang produktif, kritis, mampu
menjadi juara dalam berbagai bidang, baik berupa kompetisi pengetahuan dan ilmu
pengetahuan. Sudah saatnya generasi muda membuktikan potensi dalam
dirinya dan sudah menjadi tugas kewajiban orang tua, sekolah, masyarakat dan
pihak-pihak yang terkait untuk mencegah terjadinya bentuk-bentuk penyelewengan
pelajar, terutama permasalahan yang membuat was-was menjadi sebuah tindakan
kriminal, tawuran antar pelajar. Menurut
artikel yang saya baca dalam buku Husaini Usman, konflik dapat terjadi karena
adanya suatu ambisi salah satu kelompok untuk berkuasa, ada kelompok yang
menindas, ada kelompok yang melanggar norma-norma budaya kelompok lainnya,
ketidakadilan kelomok lainnya, dan keserakahan kelompok lainnya.
Masalah
sosial lain yang terjadi di indonesia karena adanya konflik atau kerusuhan
agama seperti contohnya konflik dan pertikaian yang
melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999 telah berkembang menjadi aksi
kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan semua tatanan
kehidupan bermasyarakat. Kerusuhan di Ambon yang sudah terjadi beberapa
kali, semua akibat hasutan informasi berantai. Isu yang tidak berdasar fakta
sengaja dihembuskan untuk menyulut emosi kelompok-kelompok atau etnis yang
kerap bertikai. Akibatnya, emosi tak terkendali membuat kekacauan di kota
Ambon. Parahnya, persoalan kemudian dibelokkan ke masalah berbau SARA.
Kerusuhan Ambon pertama
dan kedua juga diawali dengan persoalan sepele yang berujung ke konflik etnis.
Pada kerusuhan 15 Juli 1999 yang diawali dengan bentrok di pulau Saparua. Menurut
hasil investigasi pemerintah kerusuhan tersebut diakibatkan oleh dendam pribadi
yang memicu amuk massa lantaran rekayasa pihak-pihak tertentu. Awalnya pecah
kerusuhan di Desa Siri Sori Islam, Desa Ullath, Siri Sori Amalatu dan Saparua
pada tanggal 15 dan 16 Juli 1999. Peristiwa tersebut menyulut kerusuhan di
seantero Kotamadya Ambon dan daerah-daerah pinggirannya. Akibatnya, beberapa
rumah dan bangunan yang menjadi kantor pemerintah terbakar, dan ribuan orang
meninggal dunia. Konflik yang terjadi di ambon menurut Lewis A. Coser merupakan bentuk konflik Out-group yaitu
konflik yang terjadi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Menurut Choerul Mahfud,
konflik-konflik tersebut salah satu penyebabnya adalah kenyataan bangsa indonesia yang multikultural.
Mahfud menyatakan kemajemukan masyarakat itu memberikan dampak secara positif.
Namun, pada sisi lain juga dapat menimbulkan dampak negatif karena faktor
kemajemukan itulah justru terkadang sering menimbulkan konflik antar umat
beragama. Adapun menurut Asep Jamaludin menuding multikultural sebagai salah
satu penyebab timbulnya KKN ( Korupsi, Kolusi, Nepotisme), premanisme,
perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, sparatisme, perusakan lingkungan
dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghargai hak-hak orang lain. Saya
sependapat dengan beliau karena dengan adanaya keragaman yang ada bisa
menyebabkan adanya KKN karena orang cenderung akan mementingkan golongannya dan
jika sudah berbicara kepentingan orang akan melakukan apa saja untuk
golongannya.
Dengan adanya
kemajemukan masyarakat perlu adanya pendidikan multikultural. Pendidikan ini di
perkenalkan dengan tujuan untuk meredam konflik sekaligus mendatangkan kebaikan
dari keragaman budaya. Pendidikan multikultural di arahkan untuk meredam
konfliksosial dengan cara mengembangkan sikap menghargai perbedaan budaya.
Lingkungan pendidikan yang baik, harus di rancang untuk menciptakan suatu
kehidupan yang menerima perbedaan, bisa hidup bersama secara harmonis, saling
menghormati dan menghargai perbedaan.
Sebenarnya pendidikan
multikultural di posisikan sebagai solusi, sedangkan konflik sebagai gejalanya.
Kalau kita melihat indikasi tersebut, maka kita harus mengetahui atau
menganalisis faktor-faktor konflik apa saja yang terjadi di indonesia yang
menjadi alasan pentingnya pendidikan multikultural. Faktornya seperti sentimen
agama, faktor hukum (contoh konflik sengketa tanah), faktor ekonomi, faktor
adat istiadat (konflik antar suku di papua), faktor kepentingan politik
(konflik pilkada), faktor primordial ( konflik suporter bola, tawuran pelajar
dan mahasiswa. Jika faktor tersebut dianalisis lebih dalam maka akan ditemukan
faktor substansinya yaitu kurang mentoleransi ragam perilaku keberagaman,
ketidakadilan penegak hukum, ketidakadilan sistem dan praktek ekonomi, lemahnya
apresiasi prinsip-prinsip demokrasi, fanatisme kelompok, lemahnya sikap sportif
dalam kompetisi. Faktor yang paling esensialnya adalah lemahnya toleransi
beragama dan berbudaya, kurang tegaknya keadilan hukum dan ekonomi, belum di
milikinya etika kompetisi.
Seperti yang dijelaskan
di atas bahwa pendidikan multikultural menjadi solusi terhadap multikultural
bangsa, pendidikan liberal adalah salah satu contoh pendidikan multikultur. Secara
global liberalisme ingin menciptakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan
dalam suatu kebebasan, baik itu kebebebasan dalam berpikir, kebebasan
berpendapat, beragama berpikir bagi para individuserta kebebasan pers.
Liberalisme lalu berdampak pada aspek politik yang berwujud pada sistem demokrasi,
hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Walaupun
kita tidak bisa selalu mengidentikkan bahwa demokrasi sudah pasti liberal.
Demokrasi, sampai detik ini, merupakan sistem politik terbaik yang dipunyai
oleh peradaban manusia karena menghargai perbedaan dari setiap manusia, dan
menjunjung penyamarataan hak-hak politik masyarakat dan kebebasan beropini
rakyat.
Liberalisme di sisi lain juga berdampak pada aspek ekonomi, dalam wujud
kapitalisme. Suatu sistem ekonomi yang sangat menekan campur tangan pemerintah
dan bergantung pada mekanisme pasar demi “nilai-nilai kebebasan” yang tadi
disebutkan. Juga demi memacu daya saing manusia dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya. Sangatlah masuk akal memang jika manusia akan sangat terpacu untuk
pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka jika diberi kepemilikan hak milik pribadi
dan kebebasan mengelola dan mendaya gunakannya secara maksimal dan bebas. Dengan
kebebasan yang diberikan kepada setiap individu dapat mengakibatkan individu
tersebut melakukan eksploitasi terhadap sumber-sumber produksi yang ada.
Hobbes menganggap bahwa manusia memiliki sifat egois dan licik yang akan
sangat membahayakan jika dibiarkan terus menerus. Ia berpendapat bahwa dalam
keadaan alamiah dan bebas, manusia adalah serigala bagi manusia lainnya.
Montesquieu mengatakan bahwa kemerdekaan mutlak individu mempunyai kemungkinan
yang sangat besar untuk mengancam kebebasan individu lain, sehingga harus ada
pembatasan yang cukup oleh hukum dan Undang-Undang dari pemerintah.
Indonesia sendiri yang lebih menganut paham demokrasi Pancasila yang
mempunyai nilai-nilai yang luhur mengenai konsep-konsep kerja sama, kerukunan,
dan gotong-royong yang merupakan nilai-nilai yang paling mulia dan memiliki
makna “keadilan dan penghargaan hak-hak individu” dalam arti sesungguhnya oleh
karena itu tidaklah cocok dengan liberalisasi di segala bidang, terutama bidang
ekonomi. Di bidang ekonomi, Indonesia mempunyai ciri khas yang sangat
mencerminkan kesahajaan dalam bentuk Pertanian, Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (UKM).Pertanian bahkan bisa menjadi ujung tombak perekonomian dengan keadaan
alam Indonesia yang sangat subur dan mendukung.
Jika kita lihat dari konstitusi Indonesia, yaitu Undang-Undang Dasar 1945,
Liberalisasi di segala bidang juga amat tidak relevan dengan tujuan negara dan
pemerintah untuk membantu orang-orang terlantar dan tidak mampu untuk hidup
berkecukupan serta untuk mencerdaskan seluruh rakyat Indonesia dengan
kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan yang seharusnya dipunyai oleh
seluruh rakyat Indonesia.
Untuk itu sebagai
Indonesia sebagai negara yang berdaulat tidak menjadikan segala sesuatu yang
datang dari barat sebagai anutan secara berlebihan, terlebih meniru secara
menyeluruh karena bangsa kita tidak kalah hebat, bahkan sebenarnya jauh lebih
hebat dibandingkan negara-negara barat tersebut karena indonesia memilki
kebijaksanaan local (local wisdom) . Nilai-nilai yang kita punya, yang
terbentuk melalui proses yang panjang dan dilatarbelakangi oleh penyesuaian
karakteristik iklim, karakteristik keadaan alam, maupun karakteristik
sosiologis kemasyarakatan, membentuk budaya, norma, dan nilai-nilai yang patut
kita acungkan jempol dan tentu saja paling sesuai dengan diri kita sebagai
masyarakat Indonesia. Indonesia adalah bangsa yang beradab dan memilki
peradaban. Indonesia sangatlah unik dan memilki karakteristik yang khas.
Idiolog liberalisme juga mempunyai kelemahan jika diterapkan di Indonesia,
kelemahan utama liberalisme adalah kurangnya perhatian terhadap nasib kaum
miskin, buruh dan lainnya.Mereka menganggap siapa yang miskin itu yang hidupnya
malas.Sangat ekstrem.Tapi anggapan itu tidak berlaku untuk kondisi Indonesia,
orang-orang kecil tidak bisa merasakan kemiskinan.
Liberalisasi pendidikan
merupakan salah satu aliran dalam pendidikan dewasa ini yang mulai menjadi
mindset berfikir dalam memahami makna dari pendidikan itu sendiri baik dikaji
dari makna filsufnya maupun makna normatifnya. Ciri utama pendidikan yang
berideologi liberal adalah selalu berusaha menyesuaikan pendidikan dengan
keadaan ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan. Hal ini terlihat pada
benang merah kebijakan Mendiknas beberapa tahun terakhir. Oleh karenanya
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik merupakan upaya untuk memenuhi dan
menyesuaikan tuntutan dunia kerja sebagaimana dikemukakan dalam setiap
pergantian kurkulum baru kita .
Kenyataan lainnya dari
liberalisme ini adalah mahalnya sekolah dan kuliah. UGM yang dulu dikenal
kampus rakyat sekarang tidak lagi. Rencana menjadikan universitas negeri
sebagai PTBHP sebagai langkah awal privatisasi pendidikan juga nyata sebagai langkah
liberalisasi. Di level sekolah, elitisme pendidikan mengancam kesempatan rakyat
miskin untuk mengenyam pendidikan memadai .
Materialisme yang
melingkupi liberalisme menjadikan reformasi yang dilakukan pun sebatas fisik
saja seperti pemenuhan fasilitas baru dan gedung baru, kapitalismepun
mengarahkan bagaimana agar pembelajaran dapat lebih efektif dan efisien, dan
dihitung dalam bentuk untung rugi serta balikan investasinya karena
mengandaikan education as human investment.
Liberalisme yang diagung-agungkan
dan diacu oleh sistem pendidikan kita telah merusakkan sendi-sendi negara
bangsa Indonesia. Banyak media yang
mengatakan bahwa pendidikan kita rusak dan Depdiknas merupakan satu dari
dua Departemen terkorup di Indonesia, satunya lagi Departemen Agama. Mulai dari
buku paket, korupsi seragam sekolah, penyelewengan dana Beasiswa dan BOS,
sampai kekerasan dan tindak cabul guru pada siswinya; di kalangan siswa pun
merebak mulai dari sekadar bolos sekolah, nyabu, sampai bunuh diri dan seks
bebas. Ini efek negatif yang luar biasa besarnya, dan tentu tak dapat diabaikan
begitu saja.
Jadi, menurut saya penerapan liberalisme pada dasarnya tidak cocok
diterapkan di Indonesia secara penuh. Indonesia sendiri dikenal dengan negara
yang selalu menggunakan system campuran. Sehingga, hal-hal yang positif dapat
diikuti namun tetap merajuk pada budaya dan adat istiadat. Menurut kaum liberal
bahwasannya orang yang miskin itu adalah orang yang malas tidak mau bekerja.
Berarti seperti petani, buruh. Yang kita ketahui bahwa mereka bukan kaum yang
malas. Mereka sama pekerja keras seperti orang yang bekerja sebagai guru, yang
bekerja di pemerintahan. Apabila ini di terapkan di indonesia tidak cocok.
Karena tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Saya tahu bahwa pada dasarnya
manusia dilahirkan secara bebas namun norma dan adat istiadat yang masih terus
dijaga oleh masyarakat Indonesia tetap mengikat kita sebagai manusia. Jika pendidikan di Indonesia ingin berhasil
dan mencapai keberhasilan maka pendidikan di Indonesia haruslah berorientasikan
kepada kebijaksanaan local dan budi luhur yang dimilki bangsa ini.
Kesimpulannya
adalah bagaimana caranya agar bisa menanamkan sikap toleransi sejak dini. Agar
kelak ketika sudah dewasa. Dia bisa memanfaatkan dan menggunakan nilai-nilai
yang telah diajarkan dulu. Kita ketahui bahwa toleransi dan saling menghargai
adalah sikap yang tersirat dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Tanpa adanya
toleransi dan sikap saling menghargai, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa
yang lemah karena setiap orang saling mencela dan menganggap dirinya paling
baik diantara yang lainnya. Masih banyaknya masalah sosial yang terjadi di
masyarakat karena faktor perbedaan ras, suku, agama. Dengan adanya kemajemukan
masyarakat perlu adanya pendidikan multikultural. Pendidikan ini di perkenalkan
dengan tujuan untuk meredam konflik sekaligus mendatangkan kebaikan dari
keragaman budaya. Pendidikan multikultural di arahkan untuk meredam konflik
sosial dengan cara mengembangkan sikap menghargai perbedaan budaya. Lingkungan
pendidikan yang baik harus di rancang untuk menciptakan suatu kehidupan yang
menerima perbedaan, bisa hidup bersama secara harmonis, saling menghormati dan
menghargai perbedaan.
Penerapan
liberalisme pada dasarnya tidak cocok diterapkan di Indonesia secara penuh. Indonesia
sendiri dikenal dengan negara yang selalu menggunakan system campuran.
Sehingga, hal-hal yang positif dapat diikuti namun tetap merajuk pada budaya
dan adat istiadat. Menurut kaum liberal bahwasannya orang yang miskin itu
adalah orang yang malas tidak mau bekerja. Berarti seperti petani, buruh. Yang
kita ketahui bahwa mereka bukan kaum yang malas. Orang-orang kecil akan tidak
bisa menikmati indahnya dunia pendidikan.
Referensi
Alwasilah
Chaedar A. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung. PT. Kiblat Buku Utama
generic structure tolong dipetakan lagi dan 'gumpalan' gagasan tolong ditata ulang agar pembaca lebih merasa nyaman dan tertantang membaca setiap detil kontur artikel kamu
ReplyDelete:((
ReplyDelete