Judul : Masih Dalam Tahap Menuju Literasi
Ini
adalah pertemuan ke tiga kami dengan MK Writing 4 dan juga dengan Pa Lala.
Dipertemuan yang ke tiga ini, masih ada beberapa dari teman kita yang terlambat
datang, padahal setiap mahasiswa jurusan bahasa Inggris pasti Tahu kalau Pa
Lala tidak suka dengan mahasiswa yang telat, dan mahasiswa yang telat harus
menerima konsekuensinya, walaupum masih boleh masuk tetapi tidak dapat absen
dari beliau.
Sebelum
memulai menjelaskan materi, dipertemuan kali ini beliau memuji kelas kita
karena kelas kita menjadi kelas yang mempunyai progres yang sangat baik dipertemuan
yang sudah ke 3 ini, terutama dengan kualitas tulisan kami yang semakin menuju
ke tulisan akademik. Pa Lala juga menjelaskan kalau Blog yang sudah kita buat
ternyata bisa mengetahui apa yang sudah kita tulis sebelum sesi tanya jawab
langsung dengan para mahasiswanya. Kita sangat senang karena mendapat pujian
dari Pa Lala, hal itu akan semakin menambah semangat bagi kami untuk lebih baik
lagi dalam mengerjakan tugas ataupun yang lainnya. Saya ingat dengan chapter
review saya, disana saya menuliskan kalau bukan hanya pujian buruk yang bisa
memberikan motivasi, tetapi motivasi kita akan semakin meningkat ketika
diberikan pujian yang bagus.
Saatnya
questions of class review, seperti biasa kita dibagi ke dalam 2 lingkaran (
satu lingkaran semuanya cewe, dan lingkaran yang satu semua laki-laki tetapi
ada beberapa orang cewe juga). Tetapi sebelum questions of class review
dimulai, Pa Lala menuliskan 6 kategori yang harus kita cari dalam pasport
(chapter review) kita, diantaranya:
- Apakah
yang kita tulis sesuai dengan audiensnya (dosen)?
- Argumen
yang penting diletakkan dimana?
- Apakah
kita punya bukti untuk mendukung tulisan kita?
- Apakah
tulisan kita tidak didukung oleh fakta?
- Apakah
bukti yang sudah kita tulis cukup?
- Apakah
pada tulisan kita terdapat kata-kata kita yang sangat emosional?
Beliau
memberikan waktu kepada kita untuk mencarinya dalam chapter review yang sudah
kita buat. Dan seperti biasanya aku selalu jadi orang pertama yang menerima
pertanyaan dari Pa Lala, entah mengapa beliau memilih saya untuk dieksekusi.
Ketika beliau melihat pasport (buku) saya, dengan cepat saya menjelaskan kalau
di dalam pasport saya menuliskan argumen di paragraf paling akhir, dan saya
punya bukti yang kuat untuk argumrn saya, saya mencantumka Indonesia dan
Malaysia sebagai salah satu negara yang pernah melarang kebebasan pers. Selain
itu saya juga menuliskan kata-kata yang sedikit emosi karena Prof. Chaedar
selalu membanding-bandingkan Indonesia dengan negara lain, walaupun itu baik,
tetapi alangkah lebih baiknya kalau kita selalu menonjolkan keunggulan daripada
kekurangan negara Indonesia, itulah isi chapter review saya.
Setelah
mendengarkan pertanyaan dan jawaban dari teman yang lainnya, mereka semua
membahas topik yang ada di class review, alangkah terkejutnya saya karena saya
sendiri yang membahas chapter review. Jawaban mereka sangat bagus-bagus, dan
saya yakin jika dari awal saya tahu akan membahas class review, saya juga sudah
menyiapkan jawaban saya dan tentunya saya yakin lebih bagus dari jawaban
mereka. Tapi ya, sudahlah mungkin saya harus belajar lebih giat lagi. Saya juga
berharap di question of class review/chapter review Pa Lala tidak menunjuk aku
sebagai eksekusi pertama.
Setelah
semuanya dieksekusi, beliau melanjutkan menerangkan topik yang berhubungan
dengan writing.
"Education is not the filling of a pail, but
the lighting of a fire."
-William Butler Yeats-
Mahasiswa
diibaratkan membawa obor dan yang membakar adalah dosen, bukan mahasiswa yang
membawa ember lalu dosen yang menuangkan airnya. Ungkapa ini sangat dalam
maknanya sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Ketika kita memasuki
gerbang kampus dan memasuki kelas, kita tidak hanya duduk lalu mendengarkan
dosen menerangkan materi, tetapi kita datang ke kelas sudah membawa persiapan
dari rumah untuk materi yang akan dibahas. Jadi kita bisa ikut berpartisipasi
selama Mata Kuliah berlangsung. Rasanya ungkapan ini masih jauh dari kenyataan,
tetapi tidak ada salahnya mulai dari sekarang kita mencoba menyiapkan materi
yang akan dibahas di kelas dari rumah.
Diabad
ke 21 ini, kita dituntut menjadi manusia yang serba harus bisa mulai dari
menulis, meghitung, dan masi banyak yang lainnya. Karena itu akan menjadi modal
kita dalam menjalani hidup di dunia yang serba canggih ini. Jika tidak
dipersiapkan dari sekarang, kita tida bisa berperan menjadi warganegara yang
baik, kita hanya akan menjadi “sampah Indonesia”, jika tidak mau hal
yang demikian itu terjadi, mulailah dari sekarang mempersiapkannya.
Beliau
juga sedikit menerangkan tentang apa saja elemen yang harus ada ketika menulis
dalam ruang lingkup akademik, diantaranya:
- Cohesion
(kohesi) : gerakan halus atau "aliran" antara kalimat dan
paragraf.
- Clarity
(kejelasan) : makna dari apa yang ingin dikomunikasikan harus jelas.
- Logical
Order (urutan logis) : mengacu pada urutan logis dari informasi. Dalam
penulisan akademik, penulis cenderung bergerak dari umum ke khusus.
- Consistency
(konsistensi) : konsistensi mengacu
pada keseragaman gaya penulisan.
- Unity
(kesatuan): Pada sederhana, kesatuan mengacu pada pengecualian informasi
yang tidak secara langsung berhubungan dengan topik yang dibahas dalam
paragraf tertentu.
- Conciseness
(keringkasan) : keringkasan adalah keekonomisan dalam penggunaan kata-kata
. Tulisan yang bagus dengan cepat sampai ke titik dan menghilangkan kata
yang tidak perlu dan tidak perlu pengulangan ( redundancy , atau "dead
wood" ) Pengecualian dari informasi yang tidak perlu mempromosikan
persatuan dan kesatuan.
- Completeness
(kelengkapan) : Sementara informasi berulang-ulang atau tidak perlu harus
dihilangkan , penulis memiliki untuk memberikan informasi penting mengenai
suatu topik tertentu . Misalnya, dalam definisi cacar air , pembaca akan
mengharapkan untuk mengetahui bahwa itu adalah terutama penyakit anak-anak
yang ditandai dengan ruam .
- Variety
(ragam) : Variety membantu pembaca dengan menambahkan beberapa " bumbu
" untuk teks .
- Formality
(formalitas) : Akademik menulis adalah formal dalam nada . Ini berarti
bahwa kosakata canggih dan struktur tata bahasa yang digunakan . Selain
itu, penggunaan kata ganti seperti " I " dan kontraksi dihindari
.
Setiap
jenis teks akan berbeda pula bacaannya, contohnya ketika membaca teks argumen
akan berbeda dengan membaca teks berita. Karena kita menulis untuk lingkungan
akademik jadi tulisan yang kita produksi harus menghilangkan “not flowery”,
menulis akademik sangat berbeda ketika menulis dalam buku diari, ketika menulis
akademik tata bahasa yang digunakan harus sesuai dengan akademik (tata bahasa
yang baku), sedangkan ketika menulis di buku diari, kita bebas menuliskan
apapun yang kita inginkan. bukan hanya itu, ketika kita sedang belajar bahasa
asing (bahasa Inggris) kita akan dihadapakan dengan seringnya menulis dengan
menggunakan bahasa Inggris, hal ini akan semakin menunjukan betapa kuatnya
bahasa tersebut.
Ken
Hyland ( 2006) pada Literasi
-
Literasi adalah
sesuatu yang kita lakukan .
-
Hamilton ( 1998)
, seperti dikutip dalam Hyland ( 2006: 21 ), melihat keaksaraan sebagai
kegiatan yang terletak di interaksi antara manusia
-
Hyland furhter
berpendapat : " melek akademik menekankan bahwa cara kita menggunakan
bahasa , disebut sebagai praktik keaksaraan, berpola oleh lembaga sosial dan
hubungan kekuasaan.
-
Keberhasilan
akademis berarti repersenting diri kita dengan cara dihargai oleh disiplin
kita, mengadopsi nilai-nilai, keyakinan, dan identitas yang akan mewujudkan “academic dissourse”.
Poin
penting dalam " Rekayasa literasi "
-
Literasi adalah praktik kultural yang berkaitan dengan
persoalan sosial politik
- Definisi baru literasi terus menjamur sesuai dengan
tuntutan “zaman edan” sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun tidak
bisa dihindari
- Model literasi ala Freebody and Luke (2003): breaking the
codes of texts; participating in the meanings of text; using texts
functionally; critically analysing and transforming texts.
- Prof. Alwasilah meringkas lima ayat di atas menjadi: memahami,
melibati, menggunakan, menganalisis, mentransformasi.
-
Rujukan literasi terus berevolusi, sedangkan rujukan
linguistik relatif konstan.
-
Studi literasi tumpang tindih (overlapping) dengan objek
studi budaya (cultural studies) dengan dimensinya yang luas.
-
Pendidikan yang berkualitas tinggi PASTI menghasilkan
literasi berkualitas tinggi pula, dna juga sebaliknya.
-
Reading, writing, arithmetic, and reasoning = modal hidup
-
Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam berbagai
situasi
-
Masyrakat yang tidak literat tidak mampu memahami
bagaimana hegemoni itu diwacanakan lewat media masa
-
Pengajaran bahasa harus mengajarkan keterampilan berpikir
kritis
-
Ujung tombak pendidikan literasi adalah GURU dengan
fitur: komitmen profesional, komitmen etis, strategi analitis dan reflektif,
efikasi diri, pengetahuan bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi
(Cole dan Chan 1994 dikutip dari Alwasilah 2012)
-
Rekayasa literasi adalah upaya yang disengaja dan
sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan
bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa
adalah pintu masuk menuju ke pendidikan dan pembudayaan.
-
Empat dimensi rekayasa literasi: linguistik, kognitif,
sosiokultural, dan perkembangan
-
Rekayasa literasi = merekayasa pengajaran membaca dan
menulis dalam empat dimensi tersebut
-
Kern ( 2003 ) :
melek mengacu pada “learnedness” umum
dan keakraban dengan sastra.
-
Orang literat tidak sekedar berbaca-tulis tapi juga
terdidik dan MENGENAL SASTRA.
Semua
orang bahkan semua negara di dunia berlomba-lomba untuk mendapatkan title
“Literasi”, karena dengan label inilah kita bisa diakui sebagai manusia yang
berharga, tetapi untuk mendapatkan label “Literasi” tidaklah mudah karena
banyak proses yang harus dilalui, dan sekarag kita semua sedang menjalani
proses untuk mendapatkan label “Literasi”.
0 comments:
Post a Comment