INTRODUCTION
Wacana kelas untuk mendorong kerukunan beragama
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah
bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk
mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan
yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila seolah lenyap
seiring dengan berlangsungnya reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan
kerukunan antar umat beragama di Indonesia, dari luar maupun dalam negeri kita
sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa
dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk
menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk
mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat
dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak
berperan aktif dalam masyarakat.
Keharmonisan dalam
komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama,
agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik
agama.
MAIN BODY
Kualitas Pendidikan di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Terbukti dari kualitas guru,
sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam
yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Guru-guru saat ini kurang
kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima dijurusan lain
atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan
dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki
pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi
masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi
pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman
yang pensiun. Memang sistem pendidikan dinegara kita sangat jauh dibandingin
negara-negara lainnya. Akan tetapi jangan dijadikan patah semngat bagi negara
kita untuk terus berkembang dan lebih baik lagi.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di
Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk
di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang
benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan
mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya,
antara lain guru dan sekolah.
“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl
Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).
Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:
1.
langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap
masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di indonesia,
2.
langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti
ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender,
3.
langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi
guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian
nasional,
4.
langkah ke empat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang
kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. untuk menyiapkan tenaga siap pakai
yang dibutuhkan,
5.
langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah
jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah,
6.
langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan,
7. langkah
ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan,
8.
langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati
fasilitas penddikan.
Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia secara umum.
1.
Efektifitas
Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu
pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan
dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian,
pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
2.
Efisiensi
Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan
proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika
kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses
yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di
Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih
standar hasil yang telah disepakati.
3.
Standardisasi
Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara
tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati
proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai
standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif
dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau
lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai
di atas standar saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti
pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar
kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini
akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia.
a. Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung
Gerakan wajib belajar 9 tahun
merupakan gerakan pendidikan nasional yang baru dicanangkan oleh pemerintahan
Suharto pada tanggal 2 Mei 1994 dengan target tuntas pada tahun 2005, namun
kemudian karena terjadi krisis pada tahun 1997-1999 maka program ini diperpanjang
hingga 2008/2009.
Berdasarkan hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (2004), menunjukkan bahwa.
Angka partisipasi sekolah anak usia 7-12 tahun adalah
96,77 persen, usia 13-15 tahun mencapai 83,49 persen, dan anak umur
16-18 tahun 53,48 persen. Hasil riset UNDP 2004, yang kemudian dipublikasikan
dalam Laporan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2006, juga memperlihatkan gejala
serupa. Rasio partisipasi pendidikan rata-rata hanya mencapai 68,4 persen.
Bahkan, masih ada sekitar 9,6 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas
yang buta huruf.
b. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Sarana fisik yang ada kualitasnya
sangatlah rendah. Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang
gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan
tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi
informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak
memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki
laboratorium dan sebagainya.
c. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Walaupun guru
dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi,
pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin
kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang
rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
d. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Kesejahteraan
guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam
menunjang terciptanya kinerja yang semakin membaik di kalangan pendidik. Namun kenyataannya
masalah kesejahteraan guru belum mendapatkan perhatian besar dari pemerintah. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia. Guru sebagai tenaga kependidikan juga
memiliki peran yang sentral dalam penyelenggaraan suatu sistem pendidikan.
e. Rendahnya Mutu SDM Pengelola Pendidikan
Sumber daya pengelola pendidikan bukan hanya seorang guru atau kepala
sekolah, melainkan semua sumber daya yang secara langsung terlibat dalam
pengelolaan suatu satuan pendidikan. Rendahnya mutu dari SDM pengelola
pendidikan secara praktis tentu dapat menghambat keberlangsungan proses
pendidikan yang berkualitas, sehingga adaptasi dam sinkronisasi terhadap
berbagai program peningkatan kualitas pendidikan juga akan berjalan lamban.
f. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.
Selain itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan
pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber
daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan
strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.
g. Rendahnya
Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Hal tersebut
disebkan adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia
kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan
yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
h. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal.
Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya
pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat
masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang
miskin tidak boleh sekolah.
i.
Rendahnya
Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu
pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di
Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang
dapat diberikan.
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial
yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan
sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di
Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme,
yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam
urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal
pembiayaan seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya
biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan
sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer
sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib
dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa
pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah
kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya
praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru,
misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi
solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru.
Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas
dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana
pendidikan, dan sebagainya.
Penyakit
Sosial Penyimpangan Sosial dan Contohnya
Kita tentunya menginginkan suatu
kehidupan yang harmonis, selaras, dan sesuai dengan tatanan sosial yang
berlaku. Akan tetapi, di kehidupan masyarakat yang majemuk seperti sekarang
ini, hal tersebut sangatlah sulit dijumpai. Bahkan dapat dikatakan bahwa kondisi
masyarakat yang harmonis dan selaras tersebut hanyalah sebatas angan-angan
belaka, karena tindakan penyimpangan sosial pasti selalu ada, meskipun bentuk
penyimpangan yang terjadi tersebut sangat kecil atau ringan. Sebagai contoh
dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat orang yang tidak tertib dalam
berlalu lintas, berbagai tindak kejahatan, dan lain sebagainya. Berbagai bentuk
penyimpangan sosial dan upaya pencegahannya dapat kalian pelajari pada
pembahasan berikut ini.
Penyakit Sosial Penyimpangan Sosial
1. Perkelahian Antarpelajar
Perkelahian antarpelajar sering terjadi di kota-kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya. Perkelahian
tersebut tidak hanya menggunakan tangan kosong atau perkelahian satu lawan
satu, melainkan perkelahian bersenjata, bahkan ada yang menggunakan senjata
tajam serta dilakukan secara berkelompok. Banyak korban berjatuhan, bahkan ada
yang meninggal dunia. Lebih disayangkan lagi, kebanyakan korban perkelahian
tersebut adalah mereka yang justru tidak terlibat perkelahian secara langsung.
Mereka umumnya hanya sekadar lewat atau hanya karena salah sasaran
pengeroyokan. Kondisi ini jelas sangat mengganggu dan membawa dampak psikis dan
traumatis bagi masyarakat, khususnya kalangan pelajar. Pada umumnya mereka
menjadi was-was, sehingga kreativitas mereka menjadi terhambat. Hal ini tentu
saja membutuhkan perhatian dari semua kalangan sehingga dapat tercipta suasana
yang nyaman dan kondusif khususnya bagi masyarakat usia sekolah. Agar ke
kondusifan masing-masing sekolah, pendidikan tetap terjaga, karena pengawalan
dan perlindungan yang ketat pada para pendidik-pendidiknya.
2. Di Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan pergaulan anak yang cukup
kompleks. Di dalam hal ini, kedudukan pendidik di lingkungan sekolah memegang
peran utama dalam mengarahkan anak untuk tidak melakukan berbagai penyimpangan
sosial. Berbagai hal yang dapat dilakukan guru selaku pendidik dalam upaya
mencegah perilaku penyimpangan sosial anak didiknya, antara lain, berikut ini.
a. Mengembangkan hubungan yang erat dengan setiap anak
didiknya agar dapat tercipta komunikasi timbal balik yang seimbang.
b. Menanamkan nilai-nilai disiplin, budi pekerti,
moral, dan spiritual sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
c. Selalu mengembangkan sikap keterbukaan, jujur, dan
saling percaya.
d. Memberi kebebasan dan mendukung siswa untuk
mengembangkan potensi diri, sejauh potensi tersebut bersifat positif.
e. Bersedia mendengar keluhan siswa serta mampu
bertindak sebagai konseling untuk membantu siswa mengatasi berbagai
permasalahan, baik yang dihadapinya di sekolah atau yang dihadapinya di rumah.
Tantangan bagi Pendidikan
Tiada yang abadi, kecuali perubahan, tiada yang lebih cepat daripada
perubahan yang cepat. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas,
pendidikan menjadi sumbu kritikan karena dituding tidak mampu mengikuti
perubahan dan tuntutan sektor ekonomi, perdagangan, dan industri. Dengan kata
lain, masalah pendidikan tidak dapat lagi dibaca semata-mata dari kacamata
pendidikan, melainkan harus merujuk pada isi-isi yang berada di kawasan non
pendidikan. Hal ini menegaskan kembali betapa pentingnya pendidikan dengan
basis yang luas.
Globalisasi memberikan visibilitas yang khusus bagi pendidikan.
Globalisasi juga menyampaikan pesan khusus bahwa pendidikan harus mampu
menerjemahkan "Knowledge society" yaitu masyarakat yang
berkeyakinan bahwa pengetahuan dan keterampilan manusia jauh lebih penting
daripada sumber alam. Material yang melimpah, dan bahkan modal sekalipun.
Pemberdayaan atau empowerment pendidikan merupakan kebanyakan
dan tindakan yang penting. Dalam era globalisasi, nasib kita ke depan,
bukknalah sesuatu yang dapat ditentukan lebih dulu (predetermined),
melainkan tergantung pada pendidikan kita saat ini, yaitu pendidikan yang telah
menjadi kesepakatan nasional.
Gelombang dan arus deras globalisasi tidak hanya membawa perubahan yang
radikal dalam teknologi dan komunikasi, tetapi juga transformasi dalam hubungan
antar penduduk di dunia. diffusi ilmu pengetahuan dan informasi membawa dampak
dalam penyebaran kekuatan di antara negara dan bangsa di dunia. Perubahan yang
radikal dalam ilmu pengetahuan dan informasi menciptakan peluang untuk
mewujudkan mutu kehidupan manusia dan masing-masing indiviudnya.
Pendidikan menjadi sentral jika kita menginginkan sukses menghadapi
gelombang globalisasi. Bagi sebuah bangsa dan negara begitu pula bagi warga
negaranya. Pendidikan merupakan sumber utama pengetahuan untuk mewujudkan
keberhasilan dalam era ekonomi informasi baru. Pendidikan yang baik dan kuat
merupakan kunci sukses menuju kemakmuran ekonomi dan standard hidup yang layak
dan manusiawi.
Oleh karena itu diperlukan kebijakan dna tindakan yang strategis dalam
efektif untuk mendiffusikan ilmu pengetahuan. Difusi ilmu pengetahuan dari
seseorang ke orang lainnya tidak akan menyebabkan mengurangi kadar pengetahuannya
dan mereka yang membantu menyebarkannya. Sebaliknya semakin besar gudang
pengetahuannya yang dimiliki oleh suatu masyarakat, maka akan semakin baik bagi
kehidupan masyarakat dan warganya.
Tatkala faktor produksi seperti tanah dan modal semakin lama semakin
terbatas, maka tidak begitu pula halnya dengan pendidikan. Pendidikan adalah
sesuatu yang dapat dibagikan dan semakin dibagikan ke pihak lain, semkain akan
berkembang. Pengetahuan lebih dari sekedar kendaraan untuk menuju pada jalur
ekonomi menuju kemakmuran.
Pendidikan juga
merupakan kendaraan utama untuk pemberdayaan warga suatu bangsa untuk
mengembangkan institusi demokrasi, untuk menciptakan sistim operasi yang
efektif dalam pemerintahan, untuk memerangi ketidak adilan, untuk mengikis kemiskinan
dan penyakit, untuk memelihara identitas cultural, dna untuk memperkuat
masyarakat yang berbasiskan kekuatan sipil (Avil Society).
Menumbuhkembangkan masyarakat yang berbasiskan ilmu pengetahuan,
melalui keteguhan hati dan investasi yang tinggi merupakan tantangan terbesar
bagi pendidikan, serta merupakan titik berangkat untuk menjabarkan
tujuan-tujuan berikutnya baik pada tingkat nasional, lokal dan indiviaul. Dan
keteguhan hati serta investasi seperti itu hanya mungkin terwujud jika didukung
dan difasillitasi oleh sistim politik, kebijakan ekonomi, sosial, budaya, dan
pendidikan sendiri.
Interaksi beragama
Interaksi
sosial mutlak dilakukan dalam masyarakat. Tidak ada masyarakat yang di dalamnya
tidak terjadi interaksi. Interaksi sosial merupakan suatu kewajaran, bahkan
merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan setiap insan. Kelangsungan hidup dalam
masyarakat sangat ditentukan oleh bantuan sosial dari orang yang ada di
sekitarnya. Bantuan itu diperoleh melalui interaksi sosial dengan sesama
manusia. Interaksi sosial dimulai dari keluarga, lingkungan sosial sampai pada
masyarakat luas yang kompleks dan plural.
Melalui interaksi sosial kebutuhan manusia dapat terpenuhi oleh manusia lainnya. Pemenuhan kebutuhan manusia dapat dilakukan melalui kerja sama dan tukar-menukar informasi, barang, dan jasa. Tukar-menukar kebutuhan barang dan jasa secara langsung dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, melakukan barter. Barter adalah tukar-menukar barang yang berbeda dan dianggap memiliki nilai atau bobot yang sama. Dalam barter kedua belah pihak yang bertukar masing-masing setuju sehingga kedua belah pihak merasa diuntungkan.
Dalam masyarakat pluralis berinteraksi dengan orang yang berbeda dengan kita tidak dapat dihindari. Perbedaan itu sangat bervariasi mulai dari suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, sampai pada perbedaan tingkat kesejahteraan. Perbedaan itu harus dipahami dengan baik sehingga tidak menimbulkan riak-riak dalam interaksi sosial.
Perbedaan suku jangan dijadikan sebagai pangkal konflik sehingga dalam interaksi sosial menjadi penghalang terciptanya harmoni sosial. Akan tetapi harus dicari titik temu di antara individu sehingga interkasi sosial berjalan harmonis. Demikian juga perbedaan tingkat pendidikan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dituntut untuk senantiasa memahami orang lain yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah darinya, seperti bahasa yang digunakan hendaknya tidak terlalu tinggi. Di samping itu, dalam berdiskusi pendapat orang yang berpendidikan lebih rendah jangan disepelekan.
Pendapat orang berpendidikan lebih rendah ditampung, kalau ada kekurangannya, maka tugas orang berpendidikan yang lebih tinggilah yang bertanggung jawab menyempurnakan dan merangkum.
Toleransi
Hidup bermasyarakat harus penuh toleransi terhadap orang berbeda dengan kita. Pemeluk agama yang berbeda dengan agama yang dianut juga membutuhkan toleransi. Toleransi itu lahir dari adanya pemahaman yang mendalam bahwa apa yang menjadi keyakinan bagi individu lain tidak boleh diubah apalagi dipaksa untuk menganut agama yang sesuai dengan keyakinan kita. Keyakinan untuk memeluk agama tertentu adalah Hak Asasi Manusia. Kurang tepat kalau ada individu atau kelompok penganut agama tertentu memaksakan keyakinannya pada pemeluk agama lain yang berbeda keyakinannya. Sebab apa yang diyakini benar oleh penganut agama X belum tentu bisa diterima sebagai sesuatu yang benar oleh penganut agama Y.
Melalui interaksi sosial kebutuhan manusia dapat terpenuhi oleh manusia lainnya. Pemenuhan kebutuhan manusia dapat dilakukan melalui kerja sama dan tukar-menukar informasi, barang, dan jasa. Tukar-menukar kebutuhan barang dan jasa secara langsung dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, melakukan barter. Barter adalah tukar-menukar barang yang berbeda dan dianggap memiliki nilai atau bobot yang sama. Dalam barter kedua belah pihak yang bertukar masing-masing setuju sehingga kedua belah pihak merasa diuntungkan.
Dalam masyarakat pluralis berinteraksi dengan orang yang berbeda dengan kita tidak dapat dihindari. Perbedaan itu sangat bervariasi mulai dari suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, sampai pada perbedaan tingkat kesejahteraan. Perbedaan itu harus dipahami dengan baik sehingga tidak menimbulkan riak-riak dalam interaksi sosial.
Perbedaan suku jangan dijadikan sebagai pangkal konflik sehingga dalam interaksi sosial menjadi penghalang terciptanya harmoni sosial. Akan tetapi harus dicari titik temu di antara individu sehingga interkasi sosial berjalan harmonis. Demikian juga perbedaan tingkat pendidikan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dituntut untuk senantiasa memahami orang lain yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah darinya, seperti bahasa yang digunakan hendaknya tidak terlalu tinggi. Di samping itu, dalam berdiskusi pendapat orang yang berpendidikan lebih rendah jangan disepelekan.
Pendapat orang berpendidikan lebih rendah ditampung, kalau ada kekurangannya, maka tugas orang berpendidikan yang lebih tinggilah yang bertanggung jawab menyempurnakan dan merangkum.
Toleransi
Hidup bermasyarakat harus penuh toleransi terhadap orang berbeda dengan kita. Pemeluk agama yang berbeda dengan agama yang dianut juga membutuhkan toleransi. Toleransi itu lahir dari adanya pemahaman yang mendalam bahwa apa yang menjadi keyakinan bagi individu lain tidak boleh diubah apalagi dipaksa untuk menganut agama yang sesuai dengan keyakinan kita. Keyakinan untuk memeluk agama tertentu adalah Hak Asasi Manusia. Kurang tepat kalau ada individu atau kelompok penganut agama tertentu memaksakan keyakinannya pada pemeluk agama lain yang berbeda keyakinannya. Sebab apa yang diyakini benar oleh penganut agama X belum tentu bisa diterima sebagai sesuatu yang benar oleh penganut agama Y.
Pengharagaan
Dalam masyarakat yang demokratis menghargai perbedaan mutlak dilakukan. Perbedaan pendapat dalam demokrasi adalah lumrah. Seorang yang demokrat selalu mengasumsikan pendapatnya belum tentu benar. Orang yang demokrat terbuka bagi pendapat orang lain yang berbeda dengannya. Siapa tahu pendapat orang lain itu lebih benar dari pendapatnya.
Dalam masyarakat yang demokratis menghargai perbedaan mutlak dilakukan. Perbedaan pendapat dalam demokrasi adalah lumrah. Seorang yang demokrat selalu mengasumsikan pendapatnya belum tentu benar. Orang yang demokrat terbuka bagi pendapat orang lain yang berbeda dengannya. Siapa tahu pendapat orang lain itu lebih benar dari pendapatnya.
Menghargai
pendapat yang berbeda memilki manfaat tertentu. Setidaknya ada tiga manfaat
yang dapat diperoleh jika menghargai pendapat orang lain. Pertama, dapat
diketahui pendapat yang paling baik dari sekian pendapat yang ada. Kedua, dapat
mensintesis keunggulan dari setiap pendapat yang berbeda. Ketiga, diketahui
pendapat yang paling jelek sehingga dapat dihindari kesalahan.
Kehidupan yang demokratis dalam
masyarakat pluralis pada dasarnya adalah mewujudkan saling memahami di antara
sesama, bertoleransi dalam perbedaan, dan saling menghargai di antara sesama.
Apabila setiap insan sudah memahami, bertoleransi, dan mengharagai orang lain
dalam melakukan interaksi sosial, maka kehidupan sosial dalam masyarakat
pluralis akan berjalan harmonis
SUMMARY
Pada
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah
bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk
mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu tatanan
yang inklusif dan demokratis.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan
dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman,
kekerasan hingga konflik agama. Pada intinya ragamnya agama kita harus menjadi
aset bangsa, akan tetapi bukan untuk dijadikan kekonflikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia juga masih dinilai rendah au bahkan
buruk, beberapa penyebabnya sebagai berikut :
1.Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung
2.Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
3.Rendahnya Kualitas Guru
4.Rendahnya Kesejahteraan Guru
5.Rendahnya Mutu SDM Pengelola Pendidikan
6.Kurangnya Pemerataan Kesempatan
Pendidikan
7.Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
8.Biaya Pendidikan
9.Rendahnya Prestasi Siswa
Untuk mengatasi masalah-masalah di
atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan.
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial
yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat
berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Kedua, solusi teknis, yakni
solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan.
Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi
siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada
upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya
kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan,
juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas
guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan
kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana
pendidikan, dan sebagainya.
Maka
dari itu, pendidikan menjadi sentral jika kita menginginkan sukses menghadapi
gelombang globalisasi. Bagi sebuah bangsa dan negara begitu pula bagi warga
negaranya. Pendidikan merupakan sumber utama pengetahuan untuk mewujudkan
keberhasilan dalam era ekonomi informasi baru. Pendidikan yang baik dan kuat
merupakan kunci sukses menuju kemakmuran ekonomi dan standard hidup yang layak
dan manusiawi.
CONCLUSION
semoga
bermanfaat dengan pembahasan diatas dari awal sampai akhir dapat dijadikan
suatu sumber pengalaman baru, dan dapat diterapkan bagi bangsa kita. Khususnya
pendidikan di Indonesia untuk lebih maju dan bersaing mulus untuk membawa harum
bangsa kita.
Apabila
ada salah kata ataupun kurang, untuk itu para pembaca dapat mengkritik dan
memberikan solusi yang bermanfaat untuk memperbaiki pembahasan tersebut agar
lebih baik dan efisien.
Saya ko sampe sekarang belum juga pas dengan 'masakan' kamu ya?
ReplyDelete