Pembelajaran
membaca menulis,
memang dijadikan fokus utama sebagai sarana
untuk meningkatkan kemampuan literasi para pelajar Indonesia. Selain itu juga
menumbuhkan kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
Literasi adalah
kemampuan membaca dan juga menulis. Maksudnya masyarakat yang dapat menggunakan
atau melek dengan teknologi, berfikir kritis dan peka terhadap lingkungan
sekitar. Mereka juga terampil kreatif
dalam menggunakan sumber informasi dalam bidang pekerjaan mereka serta mampu
berkomunikasi dalam masyarakat terkait dengan pengetahuan, bahasa dan budaya.
Ada bermacam-macam makna dan rujukan
literasi, misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media
literacy), literasi teknologi (literacy technology), literasi ekonomi (economy
literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral
(moral literacy). Seseorang dikatakan literat, apabila ia dapat
memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat, dan melakukan sesuatu
berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.
Literasi dengan
penggunaan bahasa, memiliki tujuh dimensi yang saling kuat. Berikut 7 ranah
literasi.
o Dimensi
geografis, mereka dikatakan berdimensi lovas, nasional, regional atau internasional
itu tergantung dari tingkat pendidikan mereka.
o Dimens ibidang (Pendidikan, komunikasi, administrasi,
hiburan dan juga militer). Tingkat layanan public dan militer bergantung pada
kecanggihan teknologi komunikasi dan persenjataan yang digunakan. Pendidikan
yang berkualitas tinggi menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula.
o Dimensi keterampilan (membaca, menulis, menghitung dan
juga berbicara). Setiap sarjana pasti mampu membaca tetapi tidak semua sarjana
mampu menjadi penulis, karena pada dasanya kualitas dari tulisan itu bergantung
dari gizi bacaan yang di santapnya.
o Dimensi fungsi (memecahkankan persolaan, mendapatkan
pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan juga mengembangkan
potensi diri). Apabila orang yang literat dengan pendidikannya, mereka akan
mampu dalam memecahkan setiap persoalannya, mereka juga akan mudah untuk
mendapatkan suatu pekerjaan, gesit mengembangkan juga memproduksi pengetahuan.
o Dimensi media (teks, cetak, visual, digital), pada
zaman sekarang untuk menjadi seorang literat bukan hanya mampu membaca dan
menulis saja. Tetapi, juga harus mengandalkan kemampuan membaca dan menulis
teks, cetak, visual dan juga digital.
o Dimensi jumlah (satu, dua, beberapa)
Orang yang
multi literat itu mampu berinteraksi dalam kondisi seperti apapun. Kemampuan
yang seperti ini tumbuh karena adanya proses pendidikan yang berkualitas
tinggi.
o Dimensi bahasa (elnis, local, nasional, regional,
internasional). Dimensi ini kaitannya dengan monolingual, bilingual, dan
multilingual.
Dari dimensi-dimensi di atas dapat di ketahui bahwa
makna literasi terus berevoluasi. LIterasi juga objek studinya dengan objek
studi budaya yang berfokus antara variable social dan maknanya, atau lebih
tepatnya bagaimana divisi-divisi social dibermaknakan.
Ada 10 kunci frase literasi, yaitu:
Γ Ketertiban lembaga-lembaga social.
Lembaga-lembaga
social itu menjalankan perannya dengan fasilitas bahasa, maka munculah bahasa,
birokrat atau politik yang menunjukkan kekuasaan birokrat kepada rakyat.
Γ Tingkat kefasihan relatif.
Kefasihan
berbahasa dan literasi yang berbeda sangat di perlukan pada setiap interaksi.
Γ Pengembangan potensi diri dan pengetahuan.
Literasi
memberi bekal kepada seseorang yang mampu mengembangkan segala potensi yang ada
pada dirinya. Bahkan pada tahap yang tinggi literasi dapat membekali seseorang
mampu memproduksi ilmu pengetahuan. Menulis secara akademi kmerupakan bagian
dari literasi yang harus dikuasai oleh para calon sarjana. Itulah literasi
akademik.
Γ Standar dunia.
Di katakan
sebagai standar dunia, sehingga tingkat literasi suatu bangsa mudah
dibandingkan dengan bangsa lain.
Γ Warga masyarakat demokratis.
Dengan
adanya pendidikan literasi itu berarti juga harus mendukung terciptanya
demokrasi negara.Jadi, porses dari pendidikannya harus demokratis karena agar
pelajar menjadi warga Negara yang demokrasi.
Γ Keragaman local.
Manusia
berlitrerasi mereka memahami benar keragaman bahasa dan budaya
lokal.Jadi,sebelum mereka masuk konteksnasional, regional dan global. Mereka
terlebih dahulu membangun literasi dalam konteks lokal.
Γ Hubungan global.
Dalam
persaingan tingkat dunia, maka semua orang harus memiliki literasi tingkat
dunia pula. Bergantung pada dua hal literasi tingkat ini yaitu penguasaan
teknologi informasi (Ict Literacy) dan penguasaan konsep atau pengetahuan yang
tinggi.
Γ Kewarganegaraan yang efektif.
Dengan
literasi pula, mampu menjadikan warga Negara yang efektif sehingga mereka mampu
mengubah diri dengan menggai potensi yang mereka miliki, mampu berkontribusi
bagi keluarga, lingkungan dan juga masyarakat.
Γ Bahasa Ingris ragam dunia.
Bahasa
ingris merupakan bahasa yang di pelajari oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Bahasa itu pula yang dapat di terima oleh semua pihak. Pemahaman dan antisipasi
atas ragam-ragam Bahasa Ingris adalah bagian dari literasi global.
Γ Kemampuan berfikirkritis.
Menulis
adalah tindakan, tetapi literasi bukan hanya sekedar mampu membaca dan menulis
saja. Melainkan menggunakan bahasa fasih, efektif dan juga harus kirtis. Jadi,
harus terampil berfikir kritis pula, termasuk matematika.
Γ Masyarakat Semiotik.
Semiotik
merupakan ilmu tentang tanda, termasuk persolaan ikon, stuktur dan komunikasi.
Sedangkan budaya adalah system tanda untuk memakai tanda manusia harus
menguasai literasi semiotic. Untuk mengkaji budaya para ahli menggunakan
istilah:
-
Sintaksis:
Budaya mengkaji cara aspek-aspek budaya saling terkait dalam system budaya.
-
Semantik: budaya
mengkaji hubungan-hubungan tanda-tanda dengan rujukannya.
Kita semua adalah praktisi semiotic. Dari 10 frase
kunci literasi yang terjadi disebutkan di atas kita telah mengetahui bagaimana
dan apa saja yang harus dilakukan untuk mewujudkan high literacy.
7 Prinsip pendidikan bahasa berbasisLiterasi, yaitu :
1. Literasi merupakan kecakapan hidup (life skills) yang
menjadikan manusia mampu menggali potensi diri dan manjadikan manuisa berfungsi
di tengah masyarakat. Pendidikan bahasa sejak tingkat dasar memfungsikan bahasa
sesuai dengan konvensinya dalam kehidupan nyata.
2. Literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif.
Secara bertahap mahasiswa melakukan kontruksi dan rekonstruksi.
3. Literasi dapat memecahkan suatu permasalahan karena
pendidikan bahasa juga melatih siswa berfikir kritis. Bahasa juga merupakan
alat berfikir.
4. Literasi merupakan refleksi penguasaan dan apresiasi
budaya karena harus mengajarkan budaya juga. Mengabaikan budaya menyebabkan
dekontekstualisasi bahasa dari bahasanya.
5. Literasi adalah kegiatan refleksi (diri)
Pendidikan bahasa menampakkan pada diri mahasiswa kebiasaan ketika
melakukan refleksi atas bahasa sendiri.
6. Literasi yaitu hasil kolaborasi. Antara writer dan
leader selalu melibatan kolaborasi antar dua pilihan yang terus bisa
berkomunikasi. Segala keterampilan berbahasa sebaiknya dibangun lewat kegiatan
kolaborasi.
7. Literasi yaitu kegiatan melakukan interpretasi.
Pendidikan bahasa seharusnya sejak ini mengintegrasikan bahasa, sebagai media,
dengan pusparagam konten untuk menbangun literasi di berbagai bidang ilmu.
Rapor merah literasi anak bangsa. Sejak 1999 Indonesia telah di ikuti
proyek penelitian dunia yang di kenal dengan PIRLS (progress in international
mathematice), dan TIMS (the third international mathematice and science study)
untuk mengukur literasi membaca , matematika dan ilmu pengetahuan alam.
Literasi membaca, prestasi membaca siswa serta posisi mereka akan dibandingkan
dengan posisi dari peserta Negara lain.
Dalam penelitian tujuan dari
membaca yaitu literacy purposes dan informal\tional purposes, sedangkan proses
memabaca meliputi interpreting, integrating dan evaluating.
Dan berikut adalah temuannya:
Γ Skor prestasi membaca di Indonesia adalah 407 (untuk
keseluruhan siswa), 417 untuk perempuan dan untuk laki-laki sendiri terdiri
dari 398 anak.
Γ Negara yang skor prestasi membacanya diatas rata-rata
500 di tandai oleh pendapatan kapita dan indeks pembangunan (HDI) yang lebih
tinggi dari pada Negara yang prestasi membacanya di bawah 500.
Γ Ditemukan 3 kategori Negara yang menurut skor
perbandingan membaca literacy purposes
(IP)
Γ Di Indonesia hanya tercatat 2 % siswa yang prestasi
membacanya masuk ke dalam kategori sangat tinggi 19% masuk kedalam kategori
menengah, dan 55% masuk ke dalam kategori rendah. Jadi, hanya 45% siswa
Indonesia tidak dapat mencapai skor 400.
Γ Orang tua di Indonesia, tercatat 44% terlibat dalam
early home literacy activities, yaitu membaca buku, bercerita, bernyanyi,
bermain huruf, bermain kata dan membaca nyaring.
Γ Siswa berada dalam kategori high her tercatat sekitar
13%, 77% kategori medium dan 10% kategori low her, dan posisi Indonesia sekitar
1% dalam kategori low.
Γ Orang tua siswa yang lulusan dari universitas tercatat
25%, lulusan SMA 21%, lulusan SPM 31%, lulusan SD 15% dan tidak tamat SD 8%.
Dari point-point di atas
dapat di simpulkan bahwa tingkat literasi Indonesia masih jauh tertinggal oleh
pelajar-pelajar di luar Negara lain. Jadi, pendidikan nasional kita belum
berhasil menciptakan warga Negara yang literat, yang siap bersaing dengan
sejawatnya dari Negara lain.
Tidak di temukan skor
prestasi menulis dalam laporan PIRLS. Sehingga tidak dapat mengetahui bukti yang valid antara skor
prestasi membaca dan skor prestasi menulis. Akan tetapi dapat di prediksi dari
prestasi menulis. Akan tetapi dapat di prediksi dari prestasi menulis sangatlah
bergantung pada kemampuan membaca. Namun banyak membaca tidak menjamin orang
rajin menulis pula.
Berikut langkah-langkah guru
professional menjunjung ujung tombak pendidikanliterasi, yaitu:
ΓΌ Komitmen ets
ΓΌ Strategi analitis dan reflektif
ΓΌ Komitmen dan professional
ΓΌ Efikasi diri
ΓΌ Pengetahuan bidang study
ΓΌ Keterampilan literasi dan numerasi.
Jadi, orang literat adalah
orang yang terdidik dan budaya. Rekayasa literasi adalah orang yang terdidik
dan berbudaya. Rekayasa literasi adalah usaha yang di sengaja menjadikan
manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa yang mereka miliki.
Inilah, yang merupakan pintu masuk menuju langkah pertama dalam rangka
membangun literasi.
Perbaikan rekayasa literasi
terdiri dari 4 dimensi, yaitu:
·
Linguistic atau
focus teks
·
Kognitif atau
focus minda
·
Sosiokultural
atau focus kelompok
·
Perkembangan dan
focus pertumbuhan
Intinya, rekayasa literasi
adalah mereka yang selalu mengamalkan membaca dan juga menulis dengan mengacu
pada empat dimensi tersebut. Pengajaran membaca dan menulis harus harus di
tempatkan dalam ke empat dimensi yang saling berkesinambungan. Karena pada
dasarnya pengajaran bahasa yang baik mampu menghasilkan orang yang literat yang
mampu menggunakan bahasa secara aktif dan efisien.
Dengan adanya pengajaran
literasi, menjadikan manusia fungsional yang mampu berbaca tulis, terdidik,
cerdas, dan menunjukkan apresiasi terhadap sastra. Selain itu, pengajaran
literasi seharusnya mendapatkan dukungan dari pendidik atau dosen yang dapat
mendorong pelajar agar memiliki kesadaran akan pentingnya baca tulis
berorientasi. Menjadikan pelajar yang bukan sekedar mampu membaca dan menulis,
melainkan juga menggunakan bahasa secara fasih, efektif dan kritis. Untuk itu,
pengajaran di sekolaj-sekolah seharusnya mengajarkan keterampilan membaca
kritis (critical reader). Menulis kritis (critical writer), dan juga berfikir
kritis (critical thinking).
Dengan menulis berarti
memproduksi pengetahuan, mentransfer keilmuan, mencetak sejarah dan juga
sebagai manusia yang peduli akan kemajuan bangsanya. Karena, indicator majunya
suatu bangsa adalah salah satunya melalui baca tulis.
0 comments:
Post a Comment