Saturday, February 22, 2014

10:11 PM
Pembelajaran membaca menulis, memang dijadikan fokus utama sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan literasi para pelajar Indonesia. Selain itu juga menumbuhkan kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
Literasi adalah kemampuan membaca dan juga menulis. Maksudnya masyarakat yang dapat menggunakan atau melek dengan teknologi, berfikir kritis dan peka terhadap lingkungan sekitar. Mereka juga terampil kreatif dalam menggunakan sumber informasi dalam bidang pekerjaan mereka serta mampu berkomunikasi dalam masyarakat terkait dengan pengetahuan, bahasa dan budaya.
            Ada bermacam-macam makna dan rujukan literasi, misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy), literasi teknologi (literacy technology), literasi ekonomi (economy literacy), literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral literacy). Seseorang dikatakan literat, apabila ia dapat memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat, dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.
Literasi dengan penggunaan bahasa, memiliki tujuh dimensi yang saling kuat. Berikut 7 ranah literasi.
o   Dimensi geografis, mereka dikatakan berdimensi lovas, nasional, regional atau internasional itu tergantung dari tingkat pendidikan mereka.
o   Dimens ibidang (Pendidikan, komunikasi, administrasi, hiburan dan juga militer). Tingkat layanan public dan militer bergantung pada kecanggihan teknologi komunikasi dan persenjataan yang digunakan. Pendidikan yang berkualitas tinggi menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula.
o   Dimensi keterampilan (membaca, menulis, menghitung dan juga berbicara). Setiap sarjana pasti mampu membaca tetapi tidak semua sarjana mampu menjadi penulis, karena pada dasanya kualitas dari tulisan itu bergantung dari gizi bacaan yang di santapnya.
o   Dimensi fungsi (memecahkankan persolaan, mendapatkan pekerjaan, mencapai tujuan, mengembangkan pengetahuan dan juga mengembangkan potensi diri). Apabila orang yang literat dengan pendidikannya, mereka akan mampu dalam memecahkan setiap persoalannya, mereka juga akan mudah untuk mendapatkan suatu pekerjaan, gesit mengembangkan juga memproduksi pengetahuan.
o   Dimensi media (teks, cetak, visual, digital), pada zaman sekarang untuk menjadi seorang literat bukan hanya mampu membaca dan menulis saja. Tetapi, juga harus mengandalkan kemampuan membaca dan menulis teks, cetak, visual dan juga digital.
o   Dimensi jumlah (satu, dua, beberapa)
Orang yang multi literat itu mampu berinteraksi dalam kondisi seperti apapun. Kemampuan yang seperti ini tumbuh karena adanya proses pendidikan yang berkualitas tinggi.
o   Dimensi bahasa (elnis, local, nasional, regional, internasional). Dimensi ini kaitannya dengan monolingual, bilingual, dan multilingual.
Dari dimensi-dimensi di atas dapat di ketahui bahwa makna literasi terus berevoluasi. LIterasi juga objek studinya dengan objek studi budaya yang berfokus antara variable social dan maknanya, atau lebih tepatnya bagaimana divisi-divisi social dibermaknakan.
Ada 10 kunci frase literasi, yaitu:
Ø  Ketertiban lembaga-lembaga social.
Lembaga-lembaga social itu menjalankan perannya dengan fasilitas bahasa, maka munculah bahasa, birokrat atau politik yang menunjukkan kekuasaan birokrat kepada rakyat.
Ø  Tingkat kefasihan relatif.
Kefasihan berbahasa dan literasi yang berbeda sangat di perlukan pada setiap interaksi.
Ø  Pengembangan potensi diri dan pengetahuan.
Literasi memberi bekal kepada seseorang yang mampu mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Bahkan pada tahap yang tinggi literasi dapat membekali seseorang mampu memproduksi ilmu pengetahuan. Menulis secara akademi kmerupakan bagian dari literasi yang harus dikuasai oleh para calon sarjana. Itulah literasi akademik.
Ø  Standar dunia.
Di katakan sebagai standar dunia, sehingga tingkat literasi suatu bangsa mudah dibandingkan dengan bangsa lain.
Ø  Warga masyarakat demokratis.
Dengan adanya pendidikan literasi itu berarti juga harus mendukung terciptanya demokrasi negara.Jadi, porses dari pendidikannya harus demokratis karena agar pelajar menjadi warga Negara yang demokrasi.
Ø  Keragaman local.
Manusia berlitrerasi mereka memahami benar keragaman bahasa dan budaya lokal.Jadi,sebelum mereka masuk konteksnasional, regional dan global. Mereka terlebih dahulu membangun literasi dalam konteks lokal.
Ø  Hubungan global.
Dalam persaingan tingkat dunia, maka semua orang harus memiliki literasi tingkat dunia pula. Bergantung pada dua hal literasi tingkat ini yaitu penguasaan teknologi informasi (Ict Literacy) dan penguasaan konsep atau pengetahuan yang tinggi.
Ø  Kewarganegaraan yang efektif.
Dengan literasi pula, mampu menjadikan warga Negara yang efektif sehingga mereka mampu mengubah diri dengan menggai potensi yang mereka miliki, mampu berkontribusi bagi keluarga, lingkungan dan juga masyarakat.
Ø  Bahasa Ingris ragam dunia.
Bahasa ingris merupakan bahasa yang di pelajari oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Bahasa itu pula yang dapat di terima oleh semua pihak. Pemahaman dan antisipasi atas ragam-ragam Bahasa Ingris adalah bagian dari literasi global.
Ø  Kemampuan berfikirkritis.
Menulis adalah tindakan, tetapi literasi bukan hanya sekedar mampu membaca dan menulis saja. Melainkan menggunakan bahasa fasih, efektif dan juga harus kirtis. Jadi, harus terampil berfikir kritis pula, termasuk matematika.
Ø  Masyarakat Semiotik.
Semiotik merupakan ilmu tentang tanda, termasuk persolaan ikon, stuktur dan komunikasi. Sedangkan budaya adalah system tanda untuk memakai tanda manusia harus menguasai literasi semiotic. Untuk mengkaji budaya para ahli menggunakan istilah:
-       Sintaksis: Budaya mengkaji cara aspek-aspek budaya saling terkait dalam system budaya.
-       Semantik: budaya mengkaji hubungan-hubungan tanda-tanda dengan rujukannya.
-       Pragmatik: budaya mengkaji gubungan antara tanda dan pengirim dan penerima.

Kita semua adalah praktisi semiotic. Dari 10 frase kunci literasi yang terjadi disebutkan di atas kita telah mengetahui bagaimana dan apa saja yang harus dilakukan untuk mewujudkan high literacy.
7 Prinsip pendidikan bahasa berbasisLiterasi, yaitu :
1.      Literasi merupakan kecakapan hidup (life skills) yang menjadikan manusia mampu menggali potensi diri dan manjadikan manuisa berfungsi di tengah masyarakat. Pendidikan bahasa sejak tingkat dasar memfungsikan bahasa sesuai dengan konvensinya dalam kehidupan nyata.
2.      Literasi mencakup kemampuan reseptif dan produktif. Secara bertahap mahasiswa melakukan kontruksi dan rekonstruksi.
3.      Literasi dapat memecahkan suatu permasalahan karena pendidikan bahasa juga melatih siswa berfikir kritis. Bahasa juga merupakan alat berfikir.
4.      Literasi merupakan refleksi penguasaan dan apresiasi budaya karena harus mengajarkan budaya juga. Mengabaikan budaya menyebabkan dekontekstualisasi bahasa dari bahasanya.
5.      Literasi adalah kegiatan refleksi (diri)
Pendidikan bahasa menampakkan pada diri mahasiswa kebiasaan ketika melakukan refleksi atas bahasa sendiri.
6.      Literasi yaitu hasil kolaborasi. Antara writer dan leader selalu melibatan kolaborasi antar dua pilihan yang terus bisa berkomunikasi. Segala keterampilan berbahasa sebaiknya dibangun lewat kegiatan kolaborasi.
7.      Literasi yaitu kegiatan melakukan interpretasi. Pendidikan bahasa seharusnya sejak ini mengintegrasikan bahasa, sebagai media, dengan pusparagam konten untuk menbangun literasi di berbagai bidang ilmu.
Rapor merah literasi anak bangsa. Sejak 1999 Indonesia telah di ikuti proyek penelitian dunia yang di kenal dengan PIRLS (progress in international mathematice), dan TIMS (the third international mathematice and science study) untuk mengukur literasi membaca , matematika dan ilmu pengetahuan alam. Literasi membaca, prestasi membaca siswa serta posisi mereka akan dibandingkan dengan posisi dari peserta Negara lain.
Dalam penelitian tujuan dari membaca yaitu literacy purposes dan informal\tional purposes, sedangkan proses memabaca meliputi interpreting, integrating dan evaluating.
Dan berikut adalah temuannya:
Ø  Skor prestasi membaca di Indonesia adalah 407 (untuk keseluruhan siswa), 417 untuk perempuan dan untuk laki-laki sendiri terdiri dari 398 anak.
Ø  Negara yang skor prestasi membacanya diatas rata-rata 500 di tandai oleh pendapatan kapita dan indeks pembangunan (HDI) yang lebih tinggi dari pada Negara yang prestasi membacanya di bawah 500.
Ø  Ditemukan 3 kategori Negara yang menurut skor perbandingan membaca  literacy purposes (IP)
Ø  Di Indonesia hanya tercatat 2 % siswa yang prestasi membacanya masuk ke dalam kategori sangat tinggi 19% masuk kedalam kategori menengah, dan 55% masuk ke dalam kategori rendah. Jadi, hanya 45% siswa Indonesia tidak dapat mencapai skor 400.
Ø  Orang tua di Indonesia, tercatat 44% terlibat dalam early home literacy activities, yaitu membaca buku, bercerita, bernyanyi, bermain huruf, bermain kata dan membaca nyaring.
Ø  Siswa berada dalam kategori high her tercatat sekitar 13%, 77% kategori medium dan 10% kategori low her, dan posisi Indonesia sekitar 1% dalam kategori low.
Ø  Orang tua siswa yang lulusan dari universitas tercatat 25%, lulusan SMA 21%, lulusan SPM 31%, lulusan SD 15% dan tidak tamat SD 8%.
Dari point-point di atas dapat di simpulkan bahwa tingkat literasi Indonesia masih jauh tertinggal oleh pelajar-pelajar di luar Negara lain. Jadi, pendidikan nasional kita belum berhasil menciptakan warga Negara yang literat, yang siap bersaing dengan sejawatnya dari Negara lain.
Tidak di temukan skor prestasi menulis dalam laporan PIRLS. Sehingga tidak dapat  mengetahui bukti yang valid antara skor prestasi membaca dan skor prestasi menulis. Akan tetapi dapat di prediksi dari prestasi menulis. Akan tetapi dapat di prediksi dari prestasi menulis sangatlah bergantung pada kemampuan membaca. Namun banyak membaca tidak menjamin orang rajin menulis pula.
Berikut langkah-langkah guru professional menjunjung ujung tombak pendidikanliterasi, yaitu:
ΓΌ  Komitmen ets
ΓΌ  Strategi analitis dan reflektif
ΓΌ  Komitmen dan professional
ΓΌ  Efikasi diri
ΓΌ  Pengetahuan bidang study
ΓΌ  Keterampilan literasi dan numerasi.
Jadi, orang literat adalah orang yang terdidik dan budaya. Rekayasa literasi adalah orang yang terdidik dan berbudaya. Rekayasa literasi adalah usaha yang di sengaja menjadikan manusia terdidik dan berbudaya lewat penguasaan bahasa yang mereka miliki. Inilah, yang merupakan pintu masuk menuju langkah pertama dalam rangka membangun literasi.
Perbaikan rekayasa literasi terdiri dari 4 dimensi, yaitu:
·         Linguistic atau focus teks
·         Kognitif atau focus minda
·         Sosiokultural atau focus kelompok
·         Perkembangan dan focus pertumbuhan
Intinya, rekayasa literasi adalah mereka yang selalu mengamalkan membaca dan juga menulis dengan mengacu pada empat dimensi tersebut. Pengajaran membaca dan menulis harus harus di tempatkan dalam ke empat dimensi yang saling berkesinambungan. Karena pada dasarnya pengajaran bahasa yang baik mampu menghasilkan orang yang literat yang mampu menggunakan bahasa secara aktif dan efisien.
Dengan adanya pengajaran literasi, menjadikan manusia fungsional yang mampu berbaca tulis, terdidik, cerdas, dan menunjukkan apresiasi terhadap sastra. Selain itu, pengajaran literasi seharusnya mendapatkan dukungan dari pendidik atau dosen yang dapat mendorong pelajar agar memiliki kesadaran akan pentingnya baca tulis berorientasi. Menjadikan pelajar yang bukan sekedar mampu membaca dan menulis, melainkan juga menggunakan bahasa secara fasih, efektif dan kritis. Untuk itu, pengajaran di sekolaj-sekolah seharusnya mengajarkan keterampilan membaca kritis (critical reader). Menulis kritis (critical writer), dan juga berfikir kritis (critical thinking).
Dengan menulis berarti memproduksi pengetahuan, mentransfer keilmuan, mencetak sejarah dan juga sebagai manusia yang peduli akan kemajuan bangsanya. Karena, indicator majunya suatu bangsa adalah salah satunya melalui baca tulis.

0 comments:

Post a Comment