Kapasitas dari Literasi
Masih
berkelanjutan pada Literasi (Sosial, politik, ekonomi, psikologi). Jadi
literasi bukan hanya membaca dan menulis saja tapi juga mencakup: social,
politik, ekonomi dan pskikology. Semua poinnya termasuk kepada
culture”peradaban” yang merujuk kepada purpose, security dan confortable.
Jika literasi sudah dilaksanakan
dengan menggunakan satu bahasa, terdapat
juga literasi yang menggunakan 2 bahasa yaitu system literasi
multilingual writer yaitu dengan cara penekanan yang selalu dilatih bukan hanya
menggunakan satu ragam bahasa saja melainkan mempelajari dan menggunakan bahasa
lain. Sistem multiingual ini mampu memproduksi vitalitas bahasa yang tinggi
pula.
Menurut
David (2005) tercipanya literasi adalah sebuah jalan kunci untuk mengerti
mengenai bahasa tulis untuk dapat menelaah lebih spesifik dari kejadian yang
terjadi dan peraturan dari sebuah text. Pada dasarnya literasi itu datang dari
sebuah analisis yang dibuktikan dengan penilitian atau observasi setiap hari.
Kejadian literasi ini nampaknya telah tersebar.
Kern
(2003) literasi merujuk kepada pengajaran yang secara umum dan keramahan dari
sebuah sastra. Orang literat tidak
sekedar berbaca-tulis tapi juga terdidik dan MENGENAL SASTRA.
Oleh
sebab orang-orang sastra sangat ditakuti oleh pemerintah sebab orang-orang
sastra mampu menciptakan puisi yang bahasanya lebih tinggi dibandingkan
orang-orang yang berintelektual.
Literasi
adalah sesuatu apa yang kita dikerjakan (key Hyland 2006). Menurut Hamilton
(1998) yang di kutip oleh Hyland (2006:21) melihat literasi itu sebagai lokasi
aktifitas interaksi antar orang-orang.
Selanjutnya Hyland berpendapat lebih jauh bahwa belajar literasiadalah
menitikberatkan kita pada penggunaan bahasa yang merujuk kepada prakteknya
literasi adalah sebuah pola intitusi dan kekuatan relasinya.
Model
dari literasi ala Freebody and
Luke (2003): breaking the codes of texts; participating in the meanings of text; using
texts functionally; critically analysing and transforming texts.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai literasi Bapak Chaedar menyimpulkan bahwa
literasi: memahami, melibati,
menggunakan, menganalisis, mentransformasi.
Rujukan Literasi selalu
berevolusi dan rujukan Linguistik relative konstan. Studi
literasi tumpang tindih (overlapping) dengan objek studi budaya (cultural
studies) dengan dimensinya yang luas. Pendidikan yang
berkualitas tinggi PASTI menghasilkan literasi berkualitas tinggi pula, dan
juga sebaliknya. Reading, writing, arithmetic, and reasoning =
modal hidup Orang multiliterat mampu berinteraksi dalam
berbagai situasi. Masyarakat yang tidak literat
tidak mampu memahami bagaimana hegemoni itu diwacanakan lewat media masa. Pengajaran
bahasa harus mengajarkan keterampilan berpikir kritis.
Ujung
tombak pendidikan literasi adalah GURU dengan fitur: komitmen profesional,
komitmen etis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri, pengetahuan
bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan 1994
dikutip dari Alwasilah 2012). Rekayasa literasi adalah
upaya yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan
berbudaya lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju
ke pendidikan dan pembudayaan.
Terdapatnya Empat
dimensi rekayasa literasi: linguistik, kognitif, sosiokultural, dan
perkembanganRekayasa literasi = merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam
empat dimensi tersebut.
Rekayasa Literasi
Rekayasa Literasi merujuk
2 hal dasar yaitu
1.
Writing (bacaan dan tulisan)
2.
Reading (Rekayasa)
Kedua poin tersebut
saling berhubungan. Tanpa adanya 2 poin di atas sepertinya tidak ada rekayasa literasi.
Membicarakan literasi pasti lebih dominan terhadap text, sebab textlah yang
dapat memberikan informasi untuk direkayasa. Awal bahan text dari berbagai
sumber referensi dan kritikan atau suggestion.
Text
Text yang baik harus
mampu mengkapakan gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang ada dalam
kehidupan.Text itu berfungsi untuk:
a.
Di baca
b.
Direspon
c.
Dibaca
kembali
d.
Di tulis
ulang
e.
Di
diskusikan
f.
Di
kritisi
g.
Di tulis
kembali
Text Itu Bersifat Dinamis
dan juga TEXT ADALAH PEMAHAMAN YANG BERBEDA.
Selain
poin-poin academy wrting yang telah dibahas pada catatan sebelumnya, berikut
ini ada beberapa tambahan mengenai elemen dari academy Wrting diantaranya:
1.
Cohesion: membuat sebuah kalimat itu
berhubungan dengan paragraph lainnya. Ini yng mesti diperhatikan dalam catatan
kita semua. Apakah penggunaan kata-kata
sudah benar dan sesuai? Atau masih banyak yang salah? Hal ini Harus diperhatikan demi terealisasinya sebuah
kata dan kalimat hingga paragraph saling berhubungan.
2.
Clarity : kejelasan untuk sebuah kalimat itu dipahami,
dimengerti. Mesti selalu belajar dan membacanya berulang-ulang. Sehingga
kata-kata yang rancu dapat diperbaiki.
3.
Logical Order : apakah ide dan semua kata-kata yang diproduksi masuk akal? dan
sudah sesuai dengan isi yang
dikembangkanyya? Dari konsep umum menuju ke konsep ke spesifik.
4.
Consistency : konsistensi merujuk kepada keselarasan atau keseragaman dari
style menulis.
5.
Unity :
poin ini sangat simple yaitu merujuk kepada ekspresi dari informasi bahwa
informasi yang terdapat di dalam
paragraph apakah saling berkaitan atau tidak sinkron. Kata-kata yang tidak
penting tidak usah di gunakan.
6.
Conciseness:
pengehmatan kata. Lebih baik kita cepat mendapatkan inti apa yang ditulis dari
text tersebut dan menyingkirkan kata-kata yang tidak penting dan kata-kata
pengulanhganpun tidak perlu (baik yang berlibahhan maupun kehilangan kata). Informasi
yang digunakan tidak mesti sebanyak mungkin asal sedikit namun telah mewakili
seluruh penjelasan yang bermakna.
7.
Completeness:
kata yang bersifat pengulangan atau tidak penting dalam informasi harus
dikurangi ataupun dihindari. Penulis harus menyiapkan essensi pada topiknya.
Completeness ini sama halnya dengan Conciseness
8.
Variety : text
yang berfariasi dapat menyebabkan pembaca menambahkan bumbu yang sesuai dengan
rasa dari text yang disajikan.
9.
Formality :
Dalam academy wrting secara formal ini bermaksud bahwa penggunaan struktur kalimat yang tersusun tidak sederhana namun
secara canggih(ide yang cemerlang). Dan juga hindari penggunaan kata ganti
seperti “saya”. Kata saya dapat dimunculkan dengan menggunakan kata ganti
seperti kata saya dapatditempatkan di suggestion, opini ataupun pendapat.
Contojya”menurut pendapat saya adalah…..
Kesembilan dari
poin-poin academy wrting di atas menunjukan bahwa seorang penulis mampu
berekspedisi melalui tulisan yang dibangunnya. Sehingga menghasilkan bacaan
yang tidak membosankan bagi pembaca. Kualitas dari pemilihan kata sampai kepada
kalimat mesti diperhatikan. Sebab jika tidak saling berhubungan pembaca sulit
untuk memahami.
Berikut adalah
poin-poin mengenai critical evaluation:
1. Siapa
yang menjadi Target Pembaca?
2. Apakah argumennya lebih dari satu?
3. Bukti
dari argument tersebut?
4. Adakah
poin-poin yang tidak didukung?
5. Apakah
bukti yang disampaikan sudah cukup?
6. Apakah
pengkritik berseifat emosional dalam menanggapi kata-kata atau dalam
meresponnya)
Bagi
seorang kritiker harus mampu mencakup poin-poin di atas terhadapa text yang
telah dikritiknya. Mengapa demikian?
Sebab orang yang mengkritik bukan sekedar asal kritik tetapi mengetahui
pelaku dan alasan-alasan lainnya. Jadi penjelasan yang telah dipaparkan
dariliterasi sampai kepada pelaku pengritik. Kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa literasi dapat dikaitkan dengan apa yang kita lakukan, suatu perubahan
yang kita alami dan berevolusinya teknologi. Sehingga menciptakan rekayasa
literasi yang baik.
0 comments:
Post a Comment