Pada
pertemuan ketiga ini tidak jauh berbeda dengan pertemuan sebelumnya, pembahasan
masih mengenai literasi. Namun, pada saat ini sudah mulai ke pendalaman materi literasi. Pada umumnya,
literasi dalam arti sempit hanya dikenal sebagai baca-tulis. Sebenarnya
literasi mengandung makna yang sangat luas mengenai segala hal yang kita
lakukan itulah literasi. Seperti membaca koran, menulis surat, dan kegiatan
lainnya tapi tidak semua kegiatan identik dengan literasi. Selain itu, banyak
hal lain mengenai literasi yang belum dipaparkan disini, diharapkan pembaca
bisa menggali sendiri mengenai literasi lebih dalam lagi karena pendidikan
bukan sekedar mengisi ember yang kosong, tapi menyalakan api untuk memberikan
suatu dorongan atau penerangan.
Perkembangan
literasi terkait semua kegiatan atau praktek yang berhubungan dengan sosial,
pendidikan, ekonomi, psikologi, politik, dan beberapa kegiatan lainnya. Dari
semua kegiatan yang dilakukan manusia tersebut akan mempengaruhi culture atau
peradaban sebagai praktek literasi.
Aturan
dalam penulisan academic writing, berbeda dengan menulis sebuah tulisan bebas.
Academic writing lebih terstruktur ke arah yang lebih formal. Sebuah karangan dalam
akdemik writing perlu memperhatikan beberapa elemen dibawah ini, antara lain.
a. Cohesion
Kohesi mengenai keserasian
hubungan antara unsur yang satu dengan yang lain dalam wacana sehingga
terciptalah pengertian yang nyambung
atau koheren. Serta merujuk pada kesinambungan bagian dalam teks
antara kalimat dan paragrap.
b. Clarity
Hal ini mengenai
jelas atau tidaknya suatu informasi yang akan mempengaruhi terbentuknya arti
atau meaning. Dalam penulisan suatu wacana, penulis perlu memberi kejelasan
mengenai hal yang ingin disampaikan atau informasi yang dimaksud secara jelas.
c. Logical order
Mengacu pada
kesesuaian susunan dari informasi. Dalam academic writing, penulis cenderung
menyampaikan informasi atau gagasanya dari hal-hal yang umum kemudian ke
hal-hal yang khusus.
d. Consistency
Konsisten mengacu
pada penggunaan satu gaya tulisan yang tetap dan tidak berubah-ubah.
e. Unity
Mengacu pada
kesatuan topik pembahasan yang tepat. Unity berkenaan dengan pengeluaran
informasi yang secara langsung tidak berhubungan dengan topik yang sedang
didiskusikan.
f. Conciseness
Tulisan yang
singkat lebih hemat dalam penggunaan kata-kata, yang langsung pada pokok atau
inti topik yang dimaksud. Hilangkan kata-kata yang tidak perlu dan jangan terlalu
banyak pengulangan kata yang malah akan terkesan bertele-tele.
g. Completeness
Ketika pengulangan
atau informasi yang tidak dibutuhkan harus dihapuskan, penulis harus melengkapi
hal-hal penting mengenai informasi yang sesuai dengan topik pembahasan.
h. Variety
Keanekaragaman
membantu pembaca dengan menambahkan bumbu pada teks. Bumbu disini
dimaksudkan sebagai berbagai informasi
lain yang ditambahkan penulis agar pembaca lebih mengetahui secara mendalam.
i. Formality
Academic writing
digunakan dalam teks yang formal. Ini berarti bahwa penggunaan kosakata dan
struktur bahasa dibuat sedemikian mungkin untuk menyesuaikan dengan teks yang
formal.
Dalam
penulisan writing academic, boleh saja menggunakan analogi tetapi jangan
terlalu flowery karena academic writing bukan teks cerita yang menuntut adanya
keindahan. Academic writing ini sama seperti tulisan lainnya yang mempunyai
tujuan dan prinsip yang sama. Namun, hanya ada sedikit perbedaan mengenai
isinya yang bukan berdasarkan imajinasi dan lebih condong pada sisi akademik.
Hyland berpendapat bahwa akademik literasi menekankan
pada penggunaan bahasa, berkenaan dengan praktik literasi melalui pola
kebiasaan sosial dan hubungan yang kuat. Semua hal yang dilakukan modal
utamanya ada pada litersi. Literasi terus menjamur sesuai dengan tuntutan zaman
sehingga tuntutan mengenai perubahan pengajaran pun tidak dapat dihindari.
Literasi
bangsa tampak dibidang pendidikan. Jika ingin mengetahui kualitas suatu bangsa
dapat dilihat berdasarkan kualitas dan praktek sistem pendidikan. Tentunya,
pendidikan yang berkualitas tinggi akan menghasilkan literasi yang berkualitas
tinggi pula dan juga sebaliknya. Oleh
kerena itu, rujukan literasi terus berevolusi dan berkembang sesuai tantangan
zaman serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada
akhirnya, ujung tombak pendidikan literasi adalan guru dengan fitur komitmen
profesinal, komitmen etnis, strategi analitis dan reflektif, efikasi diri,
pengetahuan bidang studi dan keterampilanlitersi dan numerasi (Cole dan Chan
1994 dikutip dari Alwasilah, 2012). Bila literasi di negara ini rendah, bisa
jadi penyebabnya karena metode dan pengajaran literasi selama ini kurang
mencerdaskan. Dengan demikian, perlu adanya perubahan mengenai pandangan dalam
pengajaran literasi di jajaran pengambil kebijakan. Jadi, pengembangan literasi
bukan hanya melibatkan satu pihak melainkan keseluruhan yang ada di dalamnya.
Literasi
pada intinya menjadikan manusia yang secara fungsional mampu berbaca-tulis,
terdidik, cerdas, dan menunjukan apresiasi terhadap sastra. Selama ini,
pendidikan di indonesia relatif berhasil memproduksi manusia terdidik tapi pada
umumnya kurang memiliki apresiasi terhadap sastra. Berbeda halnya dulu banyak
orang-orang yang menyukai sastra seperti puisi dan sebagainya.
Pada zaman
dulu, orang-orang sastra ditakuti oleh para birokrat atau pemerintah. Alasan
yang sangat mungkin dalam hal ini tidak lain karena para sastrawan
mempunyai kemampuan lierasi yang tinggi
dan dapat mempengaruhi orang lain melalui tulisannya. Sehingga pemerintah
menghawatirkan adanya pemberontakan terhadap kekuasaanya. Berbeda halnya dengan
sekarang, sedikitnya kemampuan literasi membuat para birokrat tidak punya rasa
khawatir apapun. Maka, pantaslah jika masyarakat tidak dapat bertindak apa-apa
walaupun pemerintah bersikap tidak benar
Kesimpulan
yang dapat diambil dari pertemuan ini yaitu academic writing mempunyai beberapa
elemen yang perlu diperhatikan pada saat menulis. Literasi yang umumnya dikenal
hanya baca-tulis mempunyai makna yang lebih luas dan implikasi yang besar pada
setiap kegiatan manusia, termasuk pada area pendidikan. Bahkan, tolak ukur
pendidikan bisa dilihat berdasarkan aspek literasinya.
0 comments:
Post a Comment