Penguasaan bahasa pada proses pembelajaran baik di
sekolah maupun di instansi pendidikan
mencakup beberapa aspek seperti speaking, listening, reading, dan
writing. Mengenai aspek mana yang harus diproritaskan masih banyak terdapat
beberapa pendapat yang berbeda. Ada yang mengatakan speaking harus diutamakan,
sebagian juga ada yang mengatakan writing lebih utama, dan pendapat lainnya
yang terkadang ditentukan berdasarkan prioritas pribadi.
Seperti yang pernah disebutkan oleh pengajar speaking,
mereka akan beranggapan bahwa speaking adalah prioritas utama dalam
pembelajaran bahasa. Berbeda halnya ketika bertanya pada pengajar writing pasti
mereka juga akan menyebutkan writing sebagai prioritas utama. Semua ini
disebabkan karena adanya spesialisasi
pada saat pembelajaran. Namun, sebenarnya keseluruhan aspek tersebut
sama penting dalam bahasa.
Disini kami belajar writing tidak hanya sekedar mahasiswa yang menghadiri
pertemuan tanpa tujuan ataupun sekedar ingin mendapatkan nilai saja. Namun,
lebih dari itu atau menjadi seorang multilingual writer yang dapat menulis
dengan efektif dalam bahasa pertama atau bahasa kedua. Mampu memilih sendiri
pilihan informasi yang didapat dan dapat mengubah dunia dengan mempengaruhi para pembaca melalui
tulisannya.
Seperti yang sedang dipelajari saat ini, writing secara
umum terdapat scientific writing yang bisa disebut academic writing. Dengan
adanya academic writing, mahasiswa diharapkan mejadi seorang critical thinking yang tidak akan menelan
seluruh makanan yang sangat besar sekaligus. Dalam arti, jika ada suatu
informasi atau pengetahuan akan dicerna dan dipahami terlebih dahulu sebelum
diterima.
Berdasarkan artikel Hawe Setiawan, kegiatan baca-tulis sudah
semakin pesat dengan didukung oleh kemajuan teknologi. Sehingga jalan untuk
mendapatkan informasi sangat terbuka lebar. Namun, yang dikhawatirkan ketika pembaca
menyerap informasi sepotong-sepotong.
Jadi, banyak mengetahui beberapa hal tapi tidak paham secara keseluruhan.
Oleh karena itu, perlu adanya cara yang benar untuk memahami suatu bacaan.
Selain itu, penguasaan bahasa yang baik akan sangat berkaitan dengan tulisan. Sebuah tulisan yang baik biasanya akan sangat
dipengaruhi oleh penguasaan bahasa yang baik pula agar penyampaian pesan dalam
tulisan tersebut bisa dipahami dan tersampaikan dengan baik. Maka tidak heran
jika ada yang mengatakan student of language is same with student of writing.
Menulis tidak hanya sekedar mengeksprsikan sesuatu yang
ada dalam pikiran menjadi tulisan. Lebih dari itu, menulis mempunyai cakupan
yang lebih luas. Bisa dikatakan menulis itu seperti meditasi yang memusatkan
seluruh otot ke satu titik yaitu ke jari-jari
tangan yang berkorelasi dengan otak.
Dengan adanya tulisan, dapat mengikat seluruh informasi
yang ada agar tidak hilang. Memang otak manusia juga bisa mengingat suatu informasi, tetapi kapasitas mengingat manusia
itu terbatas dan dapat hilang. Sedangkan informasi yang sudah tertulis akan
terus ada walaupun sudah bertahun-tahun. Sebagai contoh berbagai buku yang sudah lama dan masih digunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan walaupun penulis buku atau ilmuwan tersebut
sudah meninggal. Berikut ini beberapa
hal yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis :
a.
Ways of knowing something
Cara untuk mengetahui sesuatu harus didekati
dengan cara yang sesuai. Hal yang sangat berpengaruh terdapat pada informasi.
b.
Ways of representing something
Untuk menunjukkan ide atau gagasan yang ingin
dikeluarkan, diperlukan beberapa data atau informasi sebagai penunjangnya. Tapi
data yang diambil hanya yang dibutuhakn saja. Dengan kata lain, pengetahuan
dibutuhkan untuk mengetahui data yang tepat.
c.
Ways of reproducing something
Hal yang berpengaruh terdapat pada pengalaman dalam
setiap prosesnya. Jika memberikan suatu hasil yang baik pasti akan selalu
berkesan.
Pendidikan bahasa sama halnya dengan pendidikan literasi.
Semakin tinggi baca-tulis, semakin kaya akan pengetahuan. Efek literasi yang
tinggi sangat berpengaruh besar seperti negara korea, jepang, china, dan
lainnya. Dengan literasi dapat menyelamatkan diri anda. Maka, bukanlah suatu
yang aneh jika negara yang besar adalah yang memiliki literasi yang tinggi.
Penulis dan pembaca mempunyai seni untuk membangun koneksi dengan teks. Oleh karena itu, baik menulis atau membaca
butuh ketulusan hati dan tidak boleh
sembarangan agar penulis dapat mengantarkan pembaca kepada makna tulisannya.
Penulis diibaratkan chef di restoran, harus menyajikan masakan yang bercita
rasa tinggi kepada pelanggannya.
Menulis adalah praktek berdasarkan espektasi /
keinginan. Seorang penulis harus mengerti apa
yang diharapkan oleh pembaca dan harus mengantisipasi pembaca yang
mungkin menginginkan bahan bacaan berdasarkan teks yang
telah dibaca sebelumnya. Jadi penulis harus tahu keinginan dari pembaca
terkait informasi atau apa tujuan yang ingin disampaikan penulis.
Makna terjadi bukan di teks, tetapi lebih dinamis berdasarkan
sudut pandang pembaca. Pembaca membangkitkan roh yang ada dalam tulisan. Sehingga tulisan tersebut
nampak hidup dan mempengaruhi pembaca. Penulis dan pembaca bagaikan dua orang penari
yang saling mengikuti langkah satu sama lain dan membuat
konektifitas yang tak terpisahkan diantara
mereka.
Guy cook mengkarakteristikan situasi bahasa dalam konteks
pembaca tidak melihat sebagai penulis. Apa yang penulis lakukan ketika menulis,
sebagai pembaca hanya bisa menikmati hasil dari informasi-informasi yang ditulis.
Pembaca hanya tahu apa yang diinformasikan dan apa yang dikoneksikan sebagai
individu yang mempresentasikan hasil tulisan dari penulis.
Dapat diambil kesimpulan bahwa penulis dan pembaca
mempunyai peran yang sama dalam membangun meaning. Meaning bisa dibangun karena adanya kolaborasi
diantara
keduanya. Jika tidak ada salah satunya maka tidak
akan menghasilkan meaning. Diantara penulis dan pembaca ada meaning ditengahnya. Penulis
merepresentasikan teks dan pembaca merepresentasikan konteks yang mana keduanya
ini saling berhubungan. Walaupun terkadang
meaning
tidak sama, itu karena sesuai dengan pengalaman masing-masing.
0 comments:
Post a Comment