Class Riview ini mungkin
sedikit mengulang dari materi Chapter Riview yang minggu lalu pernah saya tulis
dan kemudian mengunggahnya ke brlog kelas. Di dalamnya terdapat beberapa model
literasi yang mungkin nanti akan dijelaskan pada Class Riview ini.
Kita masih membahas
tentang literasi dalam hidup kita. Karena literasi tidak hanya berkaitan dengan
pendidikan. Akan tetapi juga sangat berkaitan dengan budaya, sosial, politik,
dan bahkan agama. Seiring perkembangan zaman juga sehingga tuntutan mengenai
perubahan pengajaran pun semakin tidak bisa dihindari.
Di negeri kita ini,
literasi mungkin lebih dikenal dengan Edukasi (Pendidikan). Literasi juga
diidentikkan dengan pendidikan dasar hanya dituntut untuk bisa membaca dan
menulis. Namun, seperti yang sudah dijelaskan bahwa literasi juga berkaitan
dengan sosial, budaya, politik dan agama.
Di era sekarang ini,
ungkapan literasi tidak hanya muncul sebagai baca tulis. Oleh karena itu,
literasi yang muncul di era ini seperti Literasi Komputer, Literasi Matematika,
Literasi IPA, Literasi Virtual, dan lain sebagainya.
Untuk itu, beberapa
model pengajaran literasi dimunculkan oleh Luke (2003) seorang pakar lterasi
modern. Yaitu sebagai berikut:
1.
Breaking the codes oftext (memahami kode dalam teks)
2. Participating
in the meaning of text (pelibatan dalam memahami teks)
3. Using
text functionally (menggunakan teks secara fungsional)
4.
Critically analizing and transforming
text
(menganalisa dan mentransformasi teks secara kritis).
Kemudian dari keempat model tersebut bisa disimpulkan menjadi: memahami,
melibati, menggunakan, menganalisa, dan mentransformasi teks).
Melanjutkan model
pengajaran literasi yang diungkapkan Luke (2003), menurut Cole (1994) yang
dikutip dari Al-Washilah (2012) mengungkapkan bahwa ujung tombak dari
pendidikan literasi adalah guru, dengan fitur: komitmen profesional, komitmen
etis, strategi analitis, dan reflektif, efikasi dan pengetahuan bidang study
dan keterampilan literasi dan numerasi. Untuk itu, seorang guru juga harus
dituntut untuk mengajarkan siswanya empat pengajaran pokok yang menjadi modal
hidup seorang individu. Seperti Reading, Writing, Arithmetic, dan Reasioning
agar dapat menghasilkan siswa yang literat.
Literasi memang identik
dengan baca-tulis. Tetapi, di zaman sekarang mestinya tidak hanya mengandalkan
membaca dan menulis saja. Perlu juga lagi dikembangkan literasi yang lebih
modern lagi. Seperti halnya Visual, Cetak, dan Digital. Karena memang orang
multiliteratlah yang mampu berinteraksi dalam berbagai situasi.
Berbagai hal kembangan
di atas adalah hasil rekayasa literasi. Rekayasa literasi sendiri adalah upaya
yang disengaja dan sistematis untuk membentuk manusia terdidik dan berbudaya
lewat penguasaan bahasa secara optimal. Penguasaan bahasa itu sendiri adalah
pintu untuk menuju pendidikan dan pembudayaan. Untuk itu, ada beberapa dimensi
yang menjadi objek rekayasa literasi, yakni linguistik, kognitif,
sosiokultural, dan perkembangan. Oleh karena itu, secara ringkas rekayasa
literasi adalah merekayasa pengajaran membaca dan menulis dalam empat dimensi
tersebut.
Pengajaran literasi
menurut Prof. Chaedar Alwashilah adalah semestinya mengikuti 7 prinsip di bawah
ini:
1.
Literasi adalah kecakapan hidup (Life
Skill)
2. Literasi
mencakup kemampuan reseptif dan produktif dalam upaya berwacana secara tertulis
maupun lisan.
3. Literasi
adalah kemampuan memcahkan masalah.
4. Literasi
adalah refleksi penguasaan dan operasi budaya.
5. Literasi
adalah kegiatan refleksi (diri).
6. Literasi
adalah hasil kolaborasi.
7.
Literasi adalah kegiatan melakukan
interpretasi.
Jadi, dalam hal ini, Literasi sangat berkaitan dengan
edukasi. Artinya, edukasi di sini adalah baca-tulis karena mema ng literasi
sangat identik dengan yang namanya baca-tulis. Namun, pendidikan baca-tulis di
era sekarang ini sudah berkembang pesat seiring berkembangnya teknologi,
sosial, poloitik dan agam di dunia.
Di
Indonesia, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya literasi lebih dikenal
dengan edukasi. Namun, Indonesia belum mengenal lebih apa itu literasi. Pendidikan
literasi bertujuan agar masyarakat mampu menjalankan peran secara maksimal
sebagai masyarakat demokrasi. Mestinya Indonesia juga harus mampu menciptakan
pendidikan tinggi yang berbasis literasi. Karena semakin tinggi pendidikan
tersebut, pasti menghasilkan literasi yang berkualitas tinggi pula.
0 comments:
Post a Comment