3rd Class Review
Literasi Bagian dari Nafas Kehidupan
Sejatinya hidup di dunia
ini merupakan sebuah praktek literasi. Semua tingkh laku dan keseharian
semuanya berdasarkan literasi. Apakah itu kehidupan sosial, budaya, politik,
psikologi dan lain-lain. Pernyataan ini dikatakan karena memang aspek kehidupan
itu masuk ke dalam ruang lingkup literasi. Telah dikatakan dalam chapter review
bahw tingkatan literasi seseorang diukur berdasarkan pendidikannya, atau dapat
dilihat dari dimensi-dimensi keliterasian pada halaman 25 alinea pertama di log
book saya.
Perlu saya ulas kembali bahwa
dimensi literasi itu terbagi ke dalam tujuh dimensi literasi yang berdasarkan
lintas disiplin ilmu, semakin tinggi tingkat pengetahuan, jabatan atau status
sosila seseorang maka semakin tinggi pula tingkat keliterasiannya.
Penjelasan pembelajaran writing4 menyatakan bahwa
keliterasian individu di kehidupan sehari-hari melahirkan sebuah budaya, yang
mana budaya tersebut membentuk sebuah peradaban. Dengan adanya literasi maka
akan ada peradaban yang terukir dalam sejarah sebagai peradaban yang
baiak/bagus.
Karena adanya literasi, maka peradaban yang dilahirkan
akan berada pada koridor peradaban yang baik, adapun kriteria peradaban itu
adalah sebagai berikut:
·
Prosperous =>
kemakmuran, kesejahteraan
·
High Security =>
keamanan yang tinggi
·
Orderly Traffic => lalu lintas yang teratur
·
Social welfare =>
kesejahteraan sosial
·
Comfort =>
kenyamanan
Michael Barber juga menyatakan bahwa seorang warga
demokrasi yang berliterasi tinggi memiliki standar keliterasian di antaranya
adalah literasi tinggi dalam bidang numerasi, kemampuan belajar terus menerus,
yang berarti perkembangan pengetahuan/wawasan terus meluas, yang akan
menumbuhkan kepercaya diriannya sebagai seorang literat.
Kajian tentang literasi tidak jauh dari kegiatan menulis,
dikatakan di sini sebagai ‘academic writing’(selanjutnya disingkat AW).
Seseorang yang berada pada bidang AW harus bisa menjadi multilingual writer,
karena seorang multilingual writer memiliki kualitas literasi yang tinggi.
Dengan label multilingual maka ia dapat disebut sebagai orang yang berkualitas
tinggi dalam Bahasa Inggris.
Penganalogian dalam AW dilakukan terhadap ember dan obor.
Dosen sebagai fasilitator tidak membiarkan mahasiswanya membawa ember kemudian
dosen tersebut mengisinya, namun dosen tersebut bertugas membawa obor untuk
selanjutnya diserahkan kepada mahasiswa. Langkah selanjutnya tergantung pada
diri mahasiswa masing-masing, apakah ia akan membiarkan obor itu mati atau
memoertahankannya agar tetap menyala atau bahkan berusaha untuk terus
memperbesar apinya. Bagi mahasiswa yang ingin (setidaknya) mempertahankan
apinya, maka dia pertahankan dengan terus membaca dan menulis seperti biasanya.
Kemudian seseorang yang ingin memperbesar bara api, maka dia akan lebih
meningkatkan kegiatan membaca dan menulisnya juga tidak lepas dari paket hemat
PD English (Pocket Dictionary English) untuk memperluas pemahamannya dalam
Bahasa Inggris.
Mengingat Rekayasa Literasi, pernyataan besar tentang
rekayasa literasi saya ungkapkan dalam empat dimensi sesuai dengan apa yang
dituliskan oleh Prof. Chaedar dalam ‘Pokoknya Rekayasa Literasi’ bahwa yang
direkayasa di situ adalah Teks, Minda,
Kelompok dan Perkembangan.
Pada fokus dijelaskan oleh Lehtonen bahwa teks itu adalah
fisik dan semiotik. Fisik di situ maksudnya yaitu verbal writer yang mana
perkataan seorang penulis itu diwakili oleh teks dan dihadirkan ke dalam bentuk
teks. Sedangkan semiotik adalah tanda atau visual yang harus jelas filosofinya
apabila sebuah teks digambarkan ke dalam bentuk semioitk.
Orang yang bisa merekayasa literasi maka dia mempunyai
cita rasa sastra yang tinggi.
Pembahasan selanjutnya mengenai Elemen dari Academic
Writing yang mana akan diuraikan sebagai berikut:
·
Cohesion
Dalam pengertian ini kohesi (kekuatan daya
tarik menarik) antara kalimat dan paragraf memiliki hubungan yang mulus atau
mengalir dengan baik.
·
Clarity
Sebuah makna yang dimaksud dapat tersalurkan
dengan baik (clear) atau makna yang terkandung itu jelas.
·
Logical Order
Instruksi yang masuk akal ini bermaksud kepada
informasi yang bergerak dari yang umu (general) kepada yang khusus (spesifik).
·
Consistency
Gaya penulis dalam penulisannya ini konsisten
atau tetap dan serasi. Bisa dikatakan gaya penulis ini menjadi ciri khas dari
penulis.
·
Unity
Unity adalah persambungan antara satu
informasi dengan yang lainnya dalam satu bahsan topik.
·
Conciseness
Keringkasan ini berarti kelangsungan penulis
menuju inti dari sebuah tulisan (to the point) dia mengeliminasi kata-kata yang
tidak dibutuhkan. Pengecualian terhadap kata yang tidak diperlukan adalah
kenaikan pangkat dari aspek kohesi dan unity.
·
Completeness
Ini adalah sebuah kelengkapan informasi yang
dituliskan penulis.
·
Variety
Variasi ini membantu pembaca menambahkan bumbu
penyedap pada teks.
·
Formality
Academic writing adalah sesuatu yang formal
yang mana kosakata dan tata bahasa yang canggih digunakan dan penggunaan
singkatan dihindari. Contoh: You are = You’re
Ken Hyland (2006) mengungkapkan bahwa literasi adalah apa
yang kita lakuakan, ini berorientasi pada paragraf pertama dari teks ini yaitu
‘sejatinya hidup di dunia ini adalah praktek literasi’. Kemudian Hamilton (1998)
sebagaimana dikutip Hyland (2006:21) memandang literasi sebagai aktivitas
interaksi antara dua orang. Hyland meneruskan pendapatnya tentang literasi
yaitu ‘academic literacy’ yang menekankan untuk kita menggunakan bahasa, dan
literasi merupakan praktek yang diatur oleh lembaga sosial dan kekuatan
hubungan.
Poin kruisal tentang literasi telah saya tuliskan dalam
chapter review dan di bawah ini adalah poin-poin yang belum saya cantumkan:
ü Reading, writing, arithmethic and reasoning (4R) adalah modal hidup
ü Masyarakat yang tidak mampu memahami bagaimana hegemoni itu diwacanakan
lewat media massa
ü Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru dengan fitur: komitmen
profesional, komitmen etis, strategi analisis dan reflektif, efikasi diri,
pengetahuan bidang studi, keterampilan literasi dan numerasi (Cole dan Chan
1994 dikutip dari Alwasilah 2012)
ü Penguasaan bahasa adalah pintu masuk menuju kependidikan dan pembudayaan
ü Kern (2003) literasi berkenaan tentang general learnedness and familiarity
with literature
ü Orang literat tidak sekedar berbaca tulis tapi juga terdidik dan mengenal
sastra.
Kesimpulan
Pada hakikatnya kehidupan manusia tidak lepas
dari literasi. Untuk mencapai tingkat literasi tinggi maka kita harus
meningkatkan mutu pendidikan karena dimensi literasi ditentukan tingkatannya
melalui pendidikan dan ini mempengaruhi status sosial. Cita rasa sastra dapat
akan dihadirkan oleh literat.
0 comments:
Post a Comment