Penulis :moh. Saeful mujahidi
Penerapan Pendidikan Usia Dini |
Hakekat
sebuah pendidikan diartikan sebagai kupasan yang bersifat konseptual terhadap
kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik hal tersebut di sadari ataupun tidak
di sadari, kalau melihat dari sudut sejarah pendidikan mulai dari keberdaan
manusia pada zaman primitif sampai zaman sekarang ini yaitu zaman modern,
selama manusia masih adanya manusia maka
pendidikan akan berlangsung tetap berjalan. Manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, perkembengan pendidikan sejajar dengan perkembangan kebudayaan, dan
segala aspek pendidikan harus memiliki kesejajaran tujuan.
Manusia
sebagai makhluk yang berbudaya terletak pada bahwasanya manusia sebagai makhluk
budaya merupakan suatu pengakuan manusia yang berhak di sebut makhluk
berbudaya, karena manusia mampu menciptakan nilai-niali kebudayaan sekaligus
membedakan antara manusia dengan makhluk lainya. Asas pendidikan sejajar dengan
perkembangan kebudayaan mununjukan bahwa pendidikan selalu dalam keadaan
berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan, pendidikan merupakan cerminan
dari nilai-niali kebudayaan yang berlaku sekarang atau pada saat terntentu
suatu kenyataan bahwa konsep pendidikan dapat dipahami dari aktifitas
pendidikan atau institusi-institusi pendidikan.
Aktifitas
pendidikan berlangasung sangat baik secara formal maupun informal memiliki
kesamaan tujuan yaitu sesuai dengan filsafat hidup masyarakat , pengakuan akan
sebuah pendidikan sebagai gejala subah kebudayaan tidak membedakan antara
pendidikan formal maupun informal karema pada hakikatnya pendidikan mempunyai
visi misi yang sama dalam hal ini pendidikan bisa berlangsung dalam di sekolah
atau lingkungan masyarakat.
Dalam
pendidikan terdapat sebuah objek ilmu pendidikan yang di dalamnya memiliki
elemen-elemen yaitu terdiri dari objek formal dan objek material objek formal
lapangan atau bahan sedangkan objek material adalah sudut tinjauan dari suatu
ilmu. Objek materi dari ilmu pendidikan adalah manusia sedangkan objek
formalnya adalah kegiatan manusia membimbing perkembangan manusia untuk
mencapai tujuan tertentu. Ilmu peendidikan di mungkinakan untuk memiliki objek
materi yang sama dengan ilmu pengetahuan lainya namun berbeda dalam objek
formalnya dari objek formal inilah di temukan permasalahan pendidikan yang
menjadi bahasan suatu ilmu yang di sebut ilmu pendidikan.
Tingkah
laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada suatu tujuan.
Demikina halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan sangat bernilai dalam
pendidikan. keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan di sadari
oleh sifat ilmu pendidikan yang normatif dan praktis. Sebagai ilmu pengetahuan
normatif ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah , norma-norma atau ukuran
tingkah laku perbuatan yang sebenarnya dilakukan oleh manusia. Sebagai ilmu
pengetahuan yang praktis, tugas pendidikan atau pendidikan maupun guru adalah
menanamkan sistem-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada
dasar-dasar filsafat yang di junjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dala
suatu masyarakat(syafullah, 1981).
Langeveld mengemukakan bahwa pandangan hidup manusia menjiwai tingkah
laku perbuatan pendidik. Tujuan umum atau tujuan mutakhir pendidikan tergantung
pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai
tingkah laku manusia akan menjiwai tingkahlaku pendidikan dan sekaligus akan
menentukan tujuan pendidikan manusia.
Urutan hirarkiws
tujuan pendidikan dapat di lihat dalamkurikulum pendidikan yang terjabar mulai
dari 1) cita-cita nasional/tujuan nasional (pembukaan UUD 1945) 2) cita
pembangunan nasional (dalam sistem pendidikan nasional 4)tujuan institusional
(pada tiap tingkat pendidikan/sekolah) 5)tujuan kurikuler (pada tiap bidang
studi/ mata pelajaran 6) tujuan intruksional yang di bagi menjadi dua tujuan
yaitu intruksional umum dan tujuan intruksional yang di capai guru dalam
pembelajaran di kela, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari
falsafah hidup yang berlandaskan pada pancasila dan UUD 1945.
Salah
satu komponen yang terpenting dalam suatu pendidikan adalah peendidik.
Terdapata beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Di tinjau dari
lembaga pendidikan munculah beberapa individu yang tergolong pada pendidik.
Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam
lingkungan keluarga dan pimpinan masyarakat baik itu formal maupun informal
sebagai pendidik di likungan masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas syaifullah (1982) mendasarkan pada konsep
pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk kategori pendidik adalah pertama, orang dewasa kedua, orang tua ketiga guru ata pendidik keempat
pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.
Pendidikan
mempunyai peran besar dalam upaya memberikan ketrampilan dasar untuk
mengembangkan kehidupan mereka secara individu dengan tidak keluar batas dalam
sebuah penyakit sosial kurangnya semata-mata kepekaan dan rasa hormat terhadap
orang lain menjadikan sebuah pemancing untuk berbuat anrkis dengan kelompok
lain, yang mengakibatkan kerugian baik itu berupa materi ataupun nonmateri. Di
dalam membentuk seorang pelajar yang demokratis
dengan karakter yang bai sangatlah sulit, adanya tenaga pengajar
tidaklah cukup untuk membentuk kepribadian yang seperti itu. Di kalangan siswa
rasa muncul jati diri yang merasa bisa melawan kelompok lain menjadi salah satu
pemicu untu memulai berbuat anarkis.
Dalam
upaya pembangunan karakter baik dalam hal sosial menjadi suatu kewajiban cara
di mana para siswa di bekali sosial yang baik dengan memakai konsep interaksi
dengan rekan sebaya yang merupakan komponen penting dalam teori pembangunan
sosial (Rubin, 2009). Saya pikir dengan di berikanya modal berupa pembangunan
sosial, para siswa akan bisa menerapkanya dalam ruang lingkup kehidupan
bersosial, jadi bukan betemu dengan kelompok lain kemudian memamerkan jati
diri, tapi rasa solidaritas kelompoklah yang harus di junjung di antaranya,
ketika bertemu saling menghormati. Menjungjung nilai sosial dalam sisi karakter
siswa menjadi dasar yaittu bisa lebih mempriotaskan rasa sosial dari pada rasa
emosi ketika bertemu dengan kelompok lain.
Dalam upaya meningkatkan mutu seorang pelajar yang
berbobot yakni pelajar yang mempunya keaktifan dalam bidang belajar, saya
setuju dengan pendapat bahwasanya agar, pelajar aktif dalam kegiatanya di dalam
kelas seorang pelajar dituntut penuh perhatian dalam belajar, menyumbangkan ide
atau pendapat, mengajukan pertanyaan, menyatakan kesepakatan dan
ketidaksepakatan, hal inilah yang akan menjadi modal besar dalam hal menunjang
kepribadian siswa dalam keaktifan didalam kelas. Dengan memberikan berbagai
kesempatan siswa untuk aktif berperan di dalam kelas, berarti membuka
kesempatan para siswa agar lebih aktif dan lebih memfokuskan dalam dunia
belajar. Dengan demikian siswa di tuntu aktif dalam upaya menyimak,
mendengarkan menyumbangkan ide-idenya yang relevan
Kurangnya
rasa solidaritas atau rasa sosial yang kurang salah satu pemicu terjadinya
konflik antar pelajar atau antar etnis, satu sama lian mersaa paling benar dan tingkatanya
paling tinggi di bandingkan dengan kelompok lain. Hal tersebut lebih lagi tidak
dapat di kendalikan karena satu sama lain lebih mempriotaskan salah satu
fahamnya agar salah satu kelompok tersebut yang akan menjadi pemenangnya.
Menelusuri
pengertian konflik dan beberapa pendapat tentang konflik, adapun pengertian
konflik yaitu konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul.Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana
salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu
bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di
antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik
dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi
benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent),
bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent).
Berikut ini
beberapa Pengertian Konflik Sosial Menurut para Ahli:
- Pengertian
Konflik Sosial Menurut Robbins: Konflik
dimaknai sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa
pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera
mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak pertama.
Suatu ketidakcocokan belum bisa dikatakan sebagai suatu konflik bilamana
salah satu pihak tidak memahami adanya ketidakcocokan tersebut.
- Pengertian
Konflik Sosial Menurut Fisher: Tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya
atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bisa terjadi
karena hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang
memiliki atau merasa memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan.
- Pengertian
Konflik Sosial Menurut White & Bednar: konflik sosial adalah suatu interaksi
antara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung merasakan adanya
tujuan yang saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain dalam
mencapai tujuan itu.
- Pengertian
Konflik Sosial Menurut Cassel Concise dalam Lacey: mengemukakan bahwa konflik sebagai “a
fight, a collision; a struggle, a contest; opposition of interest, opinion
or purposes; mental strife, agony”. Pengertian tersebut memberikan
penjelasan bahwa konflik adalah suatu pertarungan, suatu benturan; suatu
pergulatan; pertentangan kepentingan, opini-opini atau tujuan-tujuan;
pergulatan mental, penderitaan batin.
- Pengertian
Konflik Sosial Menurut Wexley &Yukl: Konflik juga merupakan perselisihan atau
perjuangan di antara dua pihak (two parties)yang ditandai dengan
menunjukkan permusuhan secara terbuka dan atau mengganggu dengan sengaja
pencapaian tujuan pihak yang menjadi lawannya.
- Pengertian Konflik Sosial Menurut Clinton: Konflik adalah
relasi-relasi psikologis yang antagonis, berkaitan dengan tujuan-tujuan
yang tak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan
struktur-struktur nilai yang berbeda. Konflik juga merupakan suatu interaksi
yang antagonis mencakup tingkah laku lahiriah yang tampak jelas mulai dari
bentuk perlawanan halus, terkontrol, tersembunyi, tak langsung, sampai
pada bentuk perlawanan terbuka.
Salah
satu pertentengan konflik antara dua kelompok
yaitu seperti konflik anta retnis dan agama besar yang terjadi di daerah
Sambas ( 2008 ), Ambon ( 2009 ), Papua ( 2010 ) dan Singkawang ( 2010 )
menyebutkan hanya beberapa. Tanpa langkah yang tepat yang diambil konflik
seperti itu akan terulang kembali. Bentuk-bentuk radikalisme telah mengganggu
kohesi sosial dan dapat menghasilkan saling tidak percaya di antara
kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat . Kasus bunuh diri - pemboman gereja
di Surakarta bulan lalu misalnya, mungkin ( mudah-mudahan tidak ) menyebabkan
dendam dan serangan serupa terhadap masjid. Dan ini bisa meningkat menjadi
ketidakharmonisan
agama
besar.
Banyak
penyebab dari suatu pertentangn, karena lebih mengutamakan ideologi dengan
menggunakan ideologi yang bersifat radikal atau yang diartikan pemikiran yang
secara habis-habisan menyeluruh, keras adapun pemikiran ini mengandung makna
kelompok yang memiliki ideolgi atau pemikiran tinggi yang fanatik dan berjuang
keras untuk menggantikan nilai atau sistem yang sedang berlangsung. Jadi paham
ini yaitu lebih mengarah pada pondasi agama yang sangat mendasar, fanatik yang
keagamaany cukup tinggi dan tidak jatang menggunakan kekerasan. Oleh karena itu
Bentuk-bentuk radikalisme telah mengganggu kohesi sosial dan dapat menghasilkan
saling tidak percaya di antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.
Ada banyak
akibat konflik, akan tetapi para sosiolog sepakat menyimpulkan akibat dari
konflik tersebut ke dalam lima poin berikut ini.
a. Bertambah
kuatnya ras solidaritas kelompok. Solidaritas kelompok akan muncul ketika
konflik tersebut melibatkan pihak-pihak lain yang memicu timbulnya antagonisme
(pertentangan) di antara pihak yang bertikai.
b Hancurnya
kesatuan kelompok. Jika konflik yang tidak berhasil diselesikan menibulkan
kekerasan atau perang, maka sudah barang tentu kesatuan kelompok tersebut akan
mengalami kehancuran.
c. Adanya
perubahan kepribadian individu. Artinya, di dalam suatu kelompok yang mengalami
konflik, maka seseorang atau sekelompok orang yang semula memiliki kepribadian
pendiam, penyabar menjadi beringas, agresif, dan mudah marah,
lebih-lebih jika konflik tersebut berujung pada kekerasan, atau perang.
d. Hancurnya
nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Artinya nilai-nilai dan norma sosial
dengan konflik terdapat hubungan yang bersifat korelasional, artinya bisa saja
terjadi konflik berdampak pada hancurnya nilai-nilai dan norma sosial akaibat
dari ketidakpatuhan anggota masyarakat akibat dari konflik, atau bisa juga
hancurnya nilai-nilai dan norma sosial berakibat konflik.
e. Hilangnya
harta benda (material) dan manusia. Jika konflik tidak terselesaikan hingga
terjadi tindakan kekerasan atau perang, maka pasti akan berdampak pada
hilangnya material dan korban manusia.
4. Hasil-hasil
konflik sosial
Dari cara menghadapi dan menelesaikannya maka hasil konflik sosial dapat di
klasifikasikan sebagai berikut:
a Konflik
kalah vrsus kalah. Dalam sebuah konflik pasti terdapat pihak-pihak yang saling
berselisih dan melakukan aksi saling mengalahkan, menyingkirkan, atau
melenyapkan. Dalam hal ini masing-masing pihak saling kalah, jadi berakhir
saling kalahnya kedua pihak.
b. Konflik
kalah versus menang. Konflik akan berakhir dalam bentuk kalah versus menang
apabila salah satu pihak yang bertikai mencapai keinginannya dengan megorbankan
keinginan pihak lain.
c. Konflik
menang versus menang. Konflik akan berakhir menang versus menang jika
pihak-pihak yang berkaitan bersedia satu sama lain untuk mencapai kesepakatan
baru yang saling menguntungkan. Gejala ini merupakan cara atau pendekatan
terbaik dalam manajemen konflik.
Bermacam cara untuk meningkatkan mutu para pelajar, dengan berbagai konsep
ilmu pendidikan sangatlah penting untuk penerapan tiga aspek yaitu, pertama kognitif (intelek) kemampuan
tentang pengetahuan seorang pelajar kedua,
moral yaitu bagaimana mensuplai nilai moral terhadap siswa agar bisa
menerapkanya ketika kehidupan di masayarakat. Ketiga, emosi yaitu setiap siswa memiliki emosi, emosi dalam hal
ini bersifat positif emosi rasa ingin bersaing dengan teman yang lain melalui
media belajar. Penerapan karakter baik di indonesia biasanya banyak di terapkan
di dunia pesantren ataupun asrama dengan menanam benih, kebiasaan baik dalam
pesantren, inilah yang media yang akan membentuk kepribadian siswa dalam hal
ketiga aspek diatas.
Pendidikan
Kognitif (intelek)
|
Moral (Akhlak)
|
Emosi
|
Kemampuan tentang pengetahuan
seorang pelaja
|
Bagaimana mensuplai nilai moral
terhadap siswa agar bisa menerapkanya ketika kehidupan di masayarakat
|
Emosi dalam hal ini bersifat
positif emosi rasa ingin bersaing dengan teman yang lain melalui media
belajar
|
Peran keluarga sebagai pembentukan kepriabdian seorang anak sangat
menunjang, karena di dalamnya peran orang
tua yang menjadi pemimpin dalam kluarga yang harus mendidik anak,
menjadi hal yang wajib, dengan tidak hanya mengandalkan pendidikan yang berada
di sekolah saja, tapi juga penanaman nilai kepribadian keluarga lah yang akan
lebih efektif, misalkan di dalam suatu keluarga ada seorang anak yang kebiasaan
seharinya, kegiatan lainya selalu berbuat onar dan juga nakal, kemudian orang
tua tinggal diam dengan karakter anak tersebut. Akan lebih berbahaya jika
seorang anak tersebut membudidayakan karakter yang kurang baik itu, karena
karakter yang buruk yang sudah menjamur menjadi kebiasaan, kebiasaan tersebut
sudah di bentuk terlalu lama yang berdampak susah pula di rubahnya.
Contoh lain misalkan dalam sebuah kebiasaan buruk yakni tawuran antar siswa
yang mengakibatkan kelompok tersebut terluka. Dengan menjadi suatu adat yang di
bawa sampai besar menjadi bentrokan antar etnis ataupun bentrokan yang bersifat
lebih anarkis. Pencegahan melalui pendidikan terutama keluarga menjadi solusi
besar tindakan anarkis para siswa, salah satunya peran kepala keluarga dengan
memberikan contoh yang baik kepada anggotanya, karena apabila membiarkan begitu
saja akan terjadi fatal.
Salah saru solusi dalam pembentukan karakter anak lebih baiknya di terapkan
pada usia dini karena penanaman karakter pada usia dini akan terbentuk sebagai hasil
pemahaman 3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (trianglerelationship), yaitu hubungan dengan diri
sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar),
dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual). Setiap hasil hubungan tersebut akan
memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan
anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak
memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang
negatif dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif.
Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini.
salah
satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan
untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu
mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik
secara langsung atau secara halus, dan seterusnya. Biasakan anak bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan
terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata
pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan
penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan
menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak
bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME
terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang
terimplementasi pada kehidupan sosial.
Jadi dalam pembentukan karakter
kepribadian yang baik dalam Tingkah laku manusia,
secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada suatu tujuan. Demikina
halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan sangat bernilai dalam pendidikan.
keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan di sadari oleh sifat ilmu
pendidikan yang normatif dan praktis agar dalam penerapan pendidikan siswa
dapat mencegah rasa jati diri yang terlalu tinggi yakni berbuat anarkis,
tawuran, bentrok dan yang lainya . Dalam terjadinya konflik Salah satu penyebab
terjadinya konflik atau pertentangan yaitu kurangnya semata-mata kepekaan dan
rasa hormat terhadap orang lain menjadikan sebuah pemancing untuk berbuat anrkis
dengan kelompok lain. Dalam upaya pembangunan karakter baik dalam hal sosial
menjadi suatu kewajiban cara di mana para siswa di bekali sosial yang baik
dengan memakai konsep interaksi dengan rekan sebaya yang merupakan komponen
penting dalam teori pembangunan sosial (Rubin, 2009). seorang pelajar aktif
dalam kegiatanya di dalam kelas, seorang pelajar dituntut penuh perhatian dalam
belajar, menyumbangkan ide atau pendapat, mengajukan pertanyaan, menyatakan
kesepakatan dan ketidaksepakatan, hal inilah yang akan menjadi modal besar
dalam hal menunjang kepribadian siswa dalam keaktifan didalam kelas. Salah saru
solusi dalam pembentukan karakter anak lebih baiknya di terapkan pada usia dini
karena penanaman karakter pada usia dini akan terbentuk sebagai hasil pemahaman
3 hubungan yang pasti dialami setiap manusia (trianglerelationship),
yaitu hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal), dengan lingkungan (hubungan
sosial dan alam sekitar), dan hubungan dengan Tuhan YME (spiritual).
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2012. Pokoknya Rekayasa
Literasi. Bandung. PT Kiblat Buku Utama
judulnya terasa ga 'ngerock geuningan? kamu hampir dapat membangun momentum tentang konflik sosial tapi ternyata tidak dijelajahi lebih jauh'
ReplyDelete