Melihat sejarah peradaban umat
manusia, bahwa bangsa yang maju tidaklah hanya mengandalkan kekayaan alam yang
melimpah, tetapi juga dilihat dari peradaban tulisan atau penguasaan literasi
yang mengubungkan peradaban dari generasi satu ke generai selanjutnya. Dalam
sejarah Islam , salah satu sahabat atau Khulafaur rasyidin Ali bin Abi Thalib bahwa sebuah ilmu
lama kelamaan akan hilang. Dari itu beliau menganjurkan untuk mengikat ilmu
dengan tulisan agar dapat dipelajari oleh orang lain ataupun ke generasi
selanjutnya. Berarti Islam juga juga dari awal sangat menjunjung tinggi budaya
literasi.
Literasi tidak hanya mencakup
membaca dan menulis saja, tetapi juga soak praktik cultural yang berkaitan
dalam soal social. Sehingga banyak para pakar pendidikan dunia memberikan
definisi baru dalam memaknai literasi dan pembelajarannya. Seperti sekarang ini
muncul istilahliterasi computer, literasi matematika, literasi IPA, dan lain
sebagainya.
Model literasi menurut Freebody dan
Luke, yaitu:
·
Memahami kode
dalam teks, sehingga tidak hanya mampu memahami teks saja tetapi juga mampu memahami
kode atau symbol yang terdapat pada teks (symbol society)
·
Telibat dalam
memaknai teks, termasuk juga critical thinking ketika ia membaca, ia juga dapat
berimajinasi akan teks yang dibacanya
·
Menggunakan teks
secara fungsional
·
Melakukan
analysis dan mentrasformasi teks secara kritis
Dari
ke empat literasi dalam perannya, dapat disimpulkan menjadi poin-point, yaitu: memahami, melibat, menggunakan, menganalisis
dan mentransformasi. Keempat
point-pint tersebut saling berkesinambungan sehingga ketika dapat di lakukan
kesemuanya, itulah hakikat dari berliterasi secara kritis.
Ruang
lingkup dari literasi sangatlah luas, seyoginya orang yang berliterat mampu
menjadi warga negara yang efektif dan juga mampu mengembangkan segala potensi
yang ada pada dirinya. Sebaliknya, orang yang tidak berliterat mereka tidak
akan mampu memahami bagaimana berinteraksi terhadap sesama, terhadap yang orang
dibawah umur atau yang lebih dewasa dibandingnya secara efektif. Tidak akan
mudah beradaptasi di lingkungan yang baru, mereka juga tidak akan mudah
menggali potensi yang ada pada dirinya, yang dapat menjadikannya sukses.
Ujung
tombak pendidikan literasi adalah guru (Chote an Chan 1994 dikutip dari
Alwasilah 2012) peran seorang guru yang sangat dominan bagi peserta didiknya
karena guru adlah sebagai panutan. Mereka pula yang menentukan suksesnya sebuah
pendidikan dari generasi satu ke generasi lain. Seorang guru harus mempunyai
fitur: komitmen professional, peran seorang guru bukan hanya sebagai
fasilitator atau hanya memberi materi, tetapi guru juga berperan sebagai
motifator yang dapat mendorong peserta didiknya untuk selalu belajar dan
berusaha. Fitur ke dua yaitu komitmen etnis, dan reflektif, efikasi
diri,pengetahuan bidang studi, dan juga keterampilan literasi dan numerasi.
Dalam
rekayas literasi, di harapkan menjadikan manusia hususnya kita sebagai pelajar
agar terdidik dan mampu berbudaya lewat penguasaan bahasa asecara optimal. Dengan
pendidikan bahasa, melatih siswa berfikir kritis, karena bahasa merupakan alat
berfikir. Dari penguasaan bahasa itulah yang merupakan pintu masuk menuju ke
pendidikan dan juga pembudayaan.
Pada
konteks menulis secara akademis, seperti yang sekarang kita pelajari yang perlu
direkayas adalah pertama ketika kita menjadi writer 1) membaca, 2) merespon, 3)
re-read, 4) re-write dan 5) diskusi. Proses tersebut yang harus kita lakoni
tidak lepas denagn critical thinking.
Merekayasa
membaca dan menulis terdapat empat dimensi, yaitu: linguistic, kognitif, sosiokultural
dan juga ada perkembangan. Jadi, yang pertama menguasai bahasa terlebih dahulu,
agar tidak terjadi misunderstanding, dan memudahkan langkah selanjutnya.
Seperti
yang di jelaskan di powerpoint, di sana terdapat beberapa element ketika kita
menulis secara akademis.
o Kohesi, yaitu gerakan halus antara kalimat dan
paragraph. Jadi, di dalam suatu paragraph kalimat satu dengan kalimat lain
tetap dalam satu aliran, begitu juga dai paragraph satu ke paragraph yang
selanjutnya
o Kejelasan, makna yang akan di jelaskan harus di
sampaikan secara mendetail dan jelas
o Urutan logis, yaitu menulis dari urutan yang umum
kemudian ke yang lebih khusus
o Konsistensi, keseragaman dalam menulis
o Kesatuan, kesatuan mengacu pada pengecualian
informasi yang tidak secara langsung berhubungan dengan topic yang dibahas
o Keringkasan,
yaitu keekonomisan dalam menggunakan kata-kata , tidak perlu banyak
basa-basi tetapi langsung ke pada inti atau yang di tujunya
o Kelengkapan, informasi yang berulang-ulang atau yang tidak perlu
mesti di hilangkan
o Ragam, membantu membaca dengan menambahkan beberapa
bumbu dalam teks
o Formalitas, menggunakan bahasa baku dan struktur
bahasa.
Peran
literasi yang bukan sekedar membaca dan menulis, tetapi juga di harapkan dengan
literasi manusia (hususnya pelajar) mampu berbahasa denagan fasih, efektif dan
juga kritis. Selain itu juga mampu memproduksi dan mereproduksi ilmu
pengetahuan. Menulis secara akademis seharusnya mampu kita kuasai karena kita
sebagai calon sarjana. Ini merupaka salah satu bentuk persiapan kita pula
ketika memulai untuk menulis artikel dan skripsi.
Pada zaman
sekarang ini, berbagai alat dan informasi yang canggih bermunculan. Semata-mata
karena mereka berperadaban tinggi dalam masyarakat literat. Ini merupakan tonjokkan yang kuat untuk kita sebagai
pelajar dan calaon pengajar. Berusaha menjadi manusia yang ideal, manusia yang
mampu berinovasi, manusia yang tidak ‘budek’
akan informasi yang di luar, agar kita mampu mempersiapkan diri
menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat ini. Kita juga sebagai
masyarakat yang multicultural, sudah menjadi kewajiban kita untuk saling
menghormati satu sama lain, mampu menciptakan kerja sama yang baik antara
pengajar dan pelajar. Dengan sepeti itu pendidikan akan berfungsi sebagaimana
mestinya. Kita harus berusaha untuk pencapaian literasi dalam praktik kutural
yang berkaitan dengan persoalan social agar siap menghadapi perkembangan
selanjutnya. Terimakasih.
0 comments:
Post a Comment