Writer by Khoirul Fajri
Sayup-sayup kata terus melambai-lambai dalam benak seorang
hamba kepada Tuhannya. Dalam lirih do’a dipanjatkan tuk yang Maha Kuasa. Tak
ada sesuatu beban tuk mengatakan sebuah lirih. Lirih yang menjadi sebuah pedang
di padang yang terbentang luas yang dipenuhi lautan pasukan semut. Pedang itu
siap menusuk kepada hamba yang tak siap. Ibarat sebuah lidi yang menusuk buah
busu, dengan mudahnya lidi itu menusuk. Tusukan demi sebuah popularitas yang
berujung sebuah pertemuran yang berlumuran darah. Semut itu sama semut tetapi
semut yang berbeda. Sama halnya kita dalam sebuah Negara yang berlandaskan
perbedaan begitu kontras. Jaln satu-satunya adalah bhineka tunggal ika.
Add caption |
Jika kita lihat dari zaman colonial belanda, wajah Indonesia
adalah wajah Negara yang miskin akan pendidikan. Terbukti dari banyaknya
orang-orang tua kita yang buta akan huruf. Terlebih pada zaman colonial
belanda, inggris, portugis, spanyol, maupun jepang.
Lamanya tiga setengah abad atau tiga
ratus lima puluh tahun, kita di jajah oleh belanda. Dimana pada zaman itu,
orang tua kita tidak di perkenankan sekolah terkecuali dari kalangan
konglomerat, seperti keluarga ningrat atau biasa disebut keluarga keraton, dan keluarga orang kaya yang bisa membayar upeti
pada belanda. Sesuatu yang sangat berbeda 180 derajat bahkan bisa dikatakan 360
derajat dengan sekarang. Semua lapisan masyarakat bisa menikmati bangku sekolah
minimalnya hingga sekolah menengah pertama ataupun sekolah menengah atas.
Munculnya dana untuk pendidikan
adalah suatu terobosan mutakhir yang bisa diupayakan untuk mengentas
kemiskinan, khususnya kemiskinan pendidikan. Dana tersebut disebut BOS (
bantuan operasional siswa ) yang akan di kucurkan kepada masyarakat yang kurang
mampu untuk pembiayaan sekolah. Namun kenyataan berkata lain, banyak orang yang
mampu tanda kutip “BISA UNTUK MEMBAYAR SEKOLAH”, tetapi mereka mengambil hak
orang lain. Alhasil banyak pula masyarakat yang anaknya tidak bisa melanjutkan
dunia pendidikan, dikarenakan dana yang tidak jatuh pada tempatnya.
Melihat sitem pendidikan di Negara
kita ini, kita tidak mempunyai sebuah system yang mutakhir untuk memajukan
Negara ini. Semua Negara maju sudah mempunyai system yang membuat pendidikan
tersebut maju dengan pesat. Contohnya Negara finlandia yang mempunyai peradaban
pendidikan yang sangat pesat. Pendidikan adalah sebuah ajang pertempuran dimana
tujuan pendidikan dipertaruhkan. Lalu apakah tujuan yang sebenarnya itu?. Salah satu tujuan dari pendidikan dasar adalah untuk
memberikan siswa dengan keterampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka
sebagai individu , anggota masyarakat dan warga negara . Keterampilan dasar ini
juga merupakan dasar untuk pendidikan lebih lanjut.
Dari sebuah wadah pendidikan pun sering menghasilkan pendidikan yang salah,
yang mungkin berawal dari sebuah percontohan di dunia pendidikan. Banyaknya
tawuran antar pelajar yang membuat semuanya geram akan hal tersebut. Banyal
pihak yang dirugikan, entah itu dari pihak tempat kejadian atau dari pihak
pelajarnya sendiri. Banyaknya pula pertempuran antar etnis beragama. Salah satu
faktornya tidak lain karena kurangnya sifat respect terhadap perbedaan. Bukankah
kita sudah mempunyai symbol pancasila yang disebutkan pada point ke 3 dan ke 4.
Pengamalan yang kurang adalah hal yang sangat fatal, padahal pancasila dibuat
untuk mempersatukan Negara kita ini.
Kembali ke bahasan artikel Prof. A. Chaedar Alwasilah, disitu terdapat
kalimat yang membuat saya merasa gatal untuk mempertanyakannya. Kalimat
tersebut bertuliskan “Hampir semua
negara maju menyadari link ini dan dengan demikian membentuk sistem pendidikan
yang baik”.
System pendidikan yang baik itu seperti apa?. Menurut pendapat saya setelah
membaca artikel dari kompas.com mengenai system pendidikan yang salah akan ciptakan
anak seperti “robot”. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak
mengajarkan kekerasan pada anak didik kita sendiri, karena kekerasan itu
sendiri akan mengarah kepada psikologi anak tersebut, dan akan berakibat fatal
jika dibiarkan begitu saja. Pendidikan yang tidak ramah tersebutlah yang
mengakibatkan peserta didik kita seperti robot. Bahkan pendidikan yang salah
akan menghasilkan lulusan pendidikan kita menjadi seorang koruptor, kejahatan.
Tidak usah jauh-jauh menyikapi dan menilainya. Kita lihat jika setiap hari
sabtu, banyak sekali peserta didik kita yang melakukan tawuran antar pelajar.
Hal tersebut dihasilkan dari pendidikan yang salah dilakukan guru selama
pembelajaran di kelas. Maka dari itu timbullah sebuah kata kiasan dari sebuah
kata guru. Guru “digugu dan di tiru”, jika guru melakukan seperti itu, maka
main set muridnya pun seperti itu.
Lalu
bagaimana menanganinya?, jika pesertanya sudah
berubah namun tetap terulang kembali. Maka yang perlu dirubah adalah
sitem pendidikannya itu sendiri. Guru yang melakukan kekerasan, cepatkanlah di
proses agar tidak ada kejadian yang sama. Mari kita menilik Negara eropa yang
mendapat gelar pendidikan terbaik seperti Finlandia. System pendidikan di
finlandia sebagai berikut:
1. Di Finlandia itu PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sangat
ditekankan, bahkan budaya membaca sudah ditekankan sejak dini. Sedangkan di
Negara kita PAUD belum ditekankan untuk diikuti.
2. Sistem kurikulum dalam hal pendidikan di Finlandia selalu
tetap/konsisten dan jarang sekali gonta-ganti. Sedangkan di Negara kita, hamper
sudah lebih dari lima kali merasakan pergantian kurikulum.
3. Guru-guru di Finlandia tidak ada yang S1 apalagi D3, minimal
bergelar S2 yang sangat diseleksi dengan ketat ketika akan diterima menjadi
tenaga pendidik. Guru-guru disana adalah guru-guru dari lulusan universitas
terbaik dan sangat terlatih, mereka bukan hanya mampu menguasai bidang studi
yang diajarkannya, namun juga sangat profesional dalam memahami dan mendalami
karakter masing-masing peserta didiknya. Disana profesi seorang guru sangat
dihargai, bayangkan gaji guru disana mencapai kisaran 42 juta rupiah /bulan
yang sekaligus merupakan gaji guru tertinggi ke-5 didunia. Pemegang gaji guru
terbesar sekarang adalah singapura. Coba kita lihat di Negara kita sendiri ini.
Menjadi seorang guru kadang masih saja ada unsur KKN. Tidak dapat dipungkiri
banyak di sekolah-sekolah, bahkan di tempat dulu saya mencari ilmu pun yang
menjadi gurunya itu kadang masih 1 saudara. Berbeda dengan finlandia yang
memiliki kualitas pemilihan guru.
4. Kalau kebijakan sistem pendidikan di Indonesia yang menerapkan UN,
ujian Mid-semester, ujian semester, ujian bulanan, ujian harian dan berbagai
ujian-ujian lainnya yang menurutku sangat tidak bisa membuat siswa lebih
terampil dan cerdas, beda halnya dengan Finlandia yang tidak terlalu membuat
banyak tes. Dengan banyaknya tes maka hanya akan membuat pemikiran siswa
terfokus pada nilai dan nilai. Saya yang sebagai siswa atau mahasiswa merasa
tidak munafik akan hal ini yang mencari nilai dan nilai. Karena pendidikan di
Indonesia itu sendiri yang membuat pemikiran kita sebagai siswa yang penting
ada nilai bahkan berkata yang penting lulus. Berbeda dengan finlandia yang
tidak hanya cerdas namun kreatif. Di finlandia tidak ada system ranking, bahkan
tidak ada system unggulan. Di sana semua disamaratakan berbeda dengan kita yang
menggunakan system ranking dan menggunakan system unggulan. Sesungguhnya dengan
menggunakan system ranking dan unggulan, yang akan timbul adalah membuat ciut
peserta didik yang lain. Karena peserta didik itu hanya melihat ke atas tidak
melihat sekitar.
5. Semua biaya pendidikan beserta sarana dan prasarana di Finlandia
ditanggung dan disiapkan oleh negara. Negara membayar biaya kurang lebih 200
ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan studinya hingga tingkat
universitas. Baik siswa itu miskin maupun kaya namun sama-sama memiliki
kesempatan untuk bisa belajar serta meraih cita-citanya karena semua ditanggung
oleh negara. Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana demi peningkatan
mutu pendidikannya. Semua biaya penghidupan maupun hal kecil seperti ongkos
sekolah pun di biayai oleh pemerintah demi membuat peserta didik merasa nyaman
dengan dunia pendidikannya. Berbeda dengan kita pendidikan yang dipikirkan
hanyalah uang. Jika tidak ada uang tidak bisa melanjutkan. Bahkan banyak yang
salah sasaran untuk memberi biaya pendidikan tersebut. Banyak orang yang mampu
dalam membiayai pendidikannya akan tetapi menerima kucuran itu. Mulai dari situ
Negara kita merasa paling tertinggal.
6. Kebijakan mengenai jumlah hari masuk sekolah siswa-siswa Finlandia
yaitu hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun. Beda dengan jumlah hari sekolah
di Indonesia terlalu lama yaitu 220 hari dalam setahun (termasuk negara yang
menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia),
kalau di Finlandia jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di
Indonesia. Di Negara kita masih banyak beranggapan bahwasanya jika kita banyak
dirumah yang akan terjadi kita menjadi bodoh. Orang finlandia beranggapan
berbeda dengan kita. Banyak dirumah akan menimbulkan kita semakin pintar.
Dikarenakan mereka dirumah itu belajar bukan seperti kita yang santai-santai
jika sudah di dalam rumah. Jika sudah di dalam rumah hanya menonton tv atau
bermain dengan teman sejawat.
Sesungguhnya
masih banyak lagi kelebihan dari Negara finlandia ini. Kita cuma bisa
membayangkan apakah Negara kita dapat maju dengan pesat. Factor lain yang
membuat kita tidak maju adalah karena banyaknya konflik yang berkepanjangan.
Konflik tersebut bukannya bersifat yang penting menurut saya. Jika kita
mempunyai suatu rasa menghormati.
Konflik
tersebut bukan berupa tawuran, tetapi konflik ini berupa keributan antar umat
beragama. Negara Indonesia adalah Negara yang mempunyai banyak agama, dimana
agama yang diakui ada 6. Agama yang beragam akan memunculkan pula banyak
problematika dari perbedaan tersebut. Menurut para ahli, masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang majemuk (plural society) dan masyarakat multicultural
(multicultural society). Pluralisme masyarakat adalah salah satu
ciri utama dari masyarakat multikultural yaitu suatu konsep yang menunjuk
kepada suatu masyarakat yang mengedepankan pluralisme budaya. Budaya adalah
istilah yang menunjuk kepada semua aspek simbolik dan yang dapat dipelajari
tentang masyarakat manusia, termasuk kepercayaan, seni, moralitas, hukum dan
adat istiadat. Dalam masyarakat multikultural konsepnya ialah bahwa di atas
pluralisme masyarakat itu hendaknya dibangun suatu rasa kebangsaan bersama
tetapi dengan tetap menghargai, mengedepankan, dan membanggakan pluralisme
masyarakat itu.
Tetapi kenyataan berkata lain. Kita susah
untuk menyatakan kita mengamali sifat pluralism itu sendiri. Dalam dunia islam
menyebutkan kerukunan adlah suatu ukhuwah Islamiyah yang menjungjung tinggi
penghormatan terhadap agama lain. Di dalam islam sendiri sering terjadi
perbedaan cara pandangan. Entah itu masalah menentukan hukum ataupun menentukan
suatu penanggalan. Dari zaman kenabian muncul beberapa madzhab yang membuat
kita bingung dan menimbulkan kontroversi. pemecahan yang sulit. Dari madzhab
pula melahirkan akar yang menjalar hingga munculnya ormas-ormas yang menitik
beratkan madzhab tersebut.
Pengertian pluralism sebagaimana
yang dikatakan oleh Anis Malik Toha, pluralism adalah kondisi hidup antar umat
beragama dalam satu komunitas dengan tetap mempetahankan ciri-ciri spesifik
dari ajaran agama masing-masing. pluralisme agama adalah sebuah rahmat serta
anugrah yang terindah dan patut kita syukuri, akan tetapi sekaligus menjadi sebuah tantangan.
Menilik sejarah perumusan pancasila
itu sendiri, banyak muncul kontroversi dari berbagai pihak agama lain.
Dikarenakan isi pancasila tesebut pada awalnya hanya menitik beratkan pada
agama islam itu sendiri. Adapun pancasila pada zaman itu seperti ini:
- Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
- Menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab
- Persatuan Indonesia
- Dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat-kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
- Dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Disitu
bukti membuktikan bahwasanya pada point pertama saja sudah jelas menitik
beratkan hukum islam. Mulai dari situ muncul perdebatan antar umat beragama.
Yang berujung perumusan ulang kembali isi pancasila tersebut. Walaupun di point
ke tiga tetap ada persatuan Indonesia. Contoh lain bobroknya sifat menghormati
antar umat beragama terjadi di Ambon khususnya poso. Banyak dari kedua pihak
yang dirugikan dengan terbunuhnya generasi penerusnya. Contoh lain pada masa
orde baru, banyaknya kaum Chinese yang dibunuh, diperkosa, ataupun di asingkan.
Itu adalah sebagian contoh dari konflik beragama itu sendiri. Lantas apa kunci
yang pas agar tidak lagi terjadinya masalah konflik agama ini.
Kuncinya sebagai
berikut:
1. Menghilangkan
perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu dengan cara
mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau
menghargai keyakinan orang lain. Melalui rasa penasaran tersebut akhirnya kita
bertanya kepada teman kita yang berbeda agama tersebut. Tapi jangan dijadikan
ajang perbandingan.
2. Jangan
menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya. Misalnya dalam hal terorisme. Banyak masyarakat dunia yang
beranggapan islam adalah agama yang berbahaya dikarenakan masalah terorisme.
Akan tetapi salahkan pelakunya jangan dilihat background keimanannya.
3. Biarkan
umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari
sikap saling menghormati. Pemerintah Indonesia memberi kebebasan dalam
membangun tempat peribadatan mereka sendiri. Akan tetapi kita “diharamkan”
untuk mengolok-olok.
4. Hindari
diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas yang
sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya. Banyak orang
didunia pekerjaan yang mendapat perlakuan berbeda ketika dia mempunyai agama
yang berbeda. Maka untuk membentuk kerukunan kita harus menghormati satu sama
lain.
Dari kerukunan beragama tersebut
kita dapat mengambil manfaatnya yaitu dengan bersatu kita akan mudah untuk
lebih maju menjadi Negara maju. Dengan bersatu kita akan mudah menjalani segala
hal. Janganlah kita bersikap eksklusivisme yang selalu menganggap agamanya yang
paling benar dan tepat, dan jangan pula kita bersikap inklusivisme. Lebih baik
kita menghindari 2 sifat tadi, karena dua sifat tadi yang membuat perpecahan
mudah terjadi.
Berbagai
kebijakan yang pemerintah buat untuk membuat tentram Negara ini telah
dilakukan. Berawal dari pancasila, kedua yaitu UUD 1945. Dari UUD 1945
pemerintah semaksimal mungkin menghilangkan rasa curiga antar umat beragama.
Semua lapisan masyarakat seharusnya ikut melaksanakan aksi perdamaian dan
ketentraman ini.
Karena
semua alasan itu semua kita diwajibkan memahami sebuah empat pilar yang berisi
tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, dan
UUD 1945. Keempat tersebut di sepakati oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai
perekat kita semua. Undang Undang Dasar 1945 bab IX Pasal 19
Ayat (1) menyiratkan bahwa agama dan syariat agama dihormati dan didudukkan
dalam nilai asasi kehidupan bangsa dan negara. Dan setiap pemeluk agama bebas
menganut agamnya dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
Bangsa Indonesia sejak dulu dikenal sebagai Negara
yang religious dan sangat kental akan hal spiritual. Sebenarnya julukan itu
sangat matang untuk dipegang jika kita memang sudah mengimani kalimat tadi. Bukankah
di dalam agama kita masing-masing mempunyai sebuah aturan di mana kita terhadap
agama lain harus saling menghormati dan saling membantu bergotong royong. Di
agama kita masing-masing pun diajari dalam kitabnya masing-masing bahwasanya
saling menghormati adalah hal yang penting demi terciptanya perdamaian. Jika jalan
perdamaian tidak bisa di capai yang timbul adalah sebuah konflik yang tidak
akan pernah habis jika semuanya tetap membawaego mereka sendiri.
Contoh masyarakat yang menjungjung tinggi
penghormatan adalah di desa banguntapa dusun sorowajan. Masyarakat disana
adalah masyarakat plural. Masyarakat disana menganut lima keyakinan yang ada di
Indonesia. Warga disana mempunyai adat istiadat yang bisa menyatukan perbedaan
tersebut. Nama adat tersebut adalah ritual nyadran. Masyarakat disana sering
kali melaksanakan ritual nyadran ini, terutama biasanya masyarakat jawa.
Tradisi ini dilakukan turun te,murun dari nenek moyang mereka, dan memang
tradisi nenek moyang mereka. Ritual nyadran ini sudah ada sejak tahun 1975.
Tradisi ini biasa dilakukan satu tahun sekali dan diikuti oleh lima pemeluk
agama di desa tersebut. Ada yang islam, hindu, budha, khatolik, dan protestan.
Tujuan dari acara ini adalah untuk memberikan do’a kepada leluhur mereka yang sudah
meninggal terlebih dahulu, dan juga untuk melestarikan tradisi yang
dilaksanakan dari zaman dahulu. Lalu bagaimana dengan do’anya?. Untuk masalah
do’a mereka percayakan kepada setiap pemimpin agama mereka masing-masing.
Itulah prosesi nyadran lintas agama yang dilakukan masyarakat sorowajan sehingga
tercipta kerukunan.
Dari semuanya dapat saya simpulkan bahwa pluralism
adalah rahmatal lil ‘alamin yang patut kita syukuri. Perbedaan yang mencolok
bukan menjadi suatu masalah yang perlu diperbesarkan. Dari perbedaan tersebut
menjadikan suatu Negara menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Daya tarik itu
sendiri menjadikan Negara kita banyak yang mengunjungi, seperti wisatawan asing
yang ingin melihatnya. Budaya kita pun akan terkenal ke mancanegara dengan
datangnya para wisatawan asing. Untuk kita sendiri pun, perbedaan akan menjadikan
sebuah pelajaran yang dimana bisa kita pelajari.
Dalam islam sudah jelas tertera dalam kitab sucinya
yaitu Al-Qur’an yang berbunyi dalam
terjemahannya yaitu, "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya".
(Q.S. An Nisa: 59). Jadi tidak ada kata lain untuk menyatakan kita saling
bermusuhan, karena saya yakin di agama kita masing-masing dipelajarinya hidup
saling menghormati antar umat beragama.
http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/17/mengintip-negara-dengan-sistem-pendidikan-terbaik-di-dunia-599764.html
Generic structurenya ko ga sesuai dengan silabus? Please focus on the two crucial variables: classroom discourse and religious harmony
ReplyDelete