Class Review 3
Pentingnya Literasi
Tidak
terasa minggu ke minggu sudah terlewati, dan sekarang tibalah pada minggu ke
tiga dimana kuliah writing 4 ini. sang waktu berlari sangat cepat menyisakan
rasa pusing dikepala.
Jika
berbicara literasi maka ruang lingkupnya amat banyak. Baik dibidang politik,
ekonomi, dan psikologi itu semua adalah praktek dari pada literasi. Mengapa
harus literasi? Pertama, budaya literasi yang kuat menghasilkan kesadaran.
Kedua, budaya literasi menstimulasi pikiran, sikap, dan karakter. Ketiga,
budaya literasi menyambungkan sejarah, ilmu, perjalanan budaya antar generasi
lalu, kini, dan mendatang.
Kontinyuitas
suatu peradaban, budaya, seni, ilmu pengetahuan suatu komunitas akan tetap
terjaga. Dengan litersi lintasan sejarah peradaban, budaya dan pendidikan, ilmu
pengetahuan dan sebagainya akan berjalan linear, lurus, dan dinamis.
Singkatnya, budaya literasi akan membentuk jiwa, ruh, semangat, kesadaran,
karakter sosial dan perilaku.
Sebenarnya
dulu sejarah banten kontemporer (pasca reformasi) diawali budaya yang besar dan
masyur. Mereka kaya akan sejarah dan literature setidaknya itu semua menjadikan
spirit dan kebanggaan bagi generasi berikutnya. Tapi sekarang itu semua tinggal
kenangan yang tanpa makna.
Memang
mengembangkan budaya literasi yang kontinyu di negeri ini banyak menemui
kesulitan diantaranya budaya litersi tidak didukung oleh kestabilan
psiko-sosial dan ekonomi masyarakat, budaya literasi merupakan puncak kesadaran
dari proses yang dibentuk oleh suatu lingkungan masyarakat belajar yang
sistematis dan terprogram, budaya literasi kurang dikenal dalam masyarakat
agraris.
Budaya
instan (budaya cepat) tengah menjangkiti semua kalangan, sekolah ingin cepat,
kuliah ingin cepat. Kedua, limgkungan belajar yang kurang konsisten, sehingga
tidak menarik untuk si siswa. Ketiga, runtuhnya keteladanan pendidik seperti
orang tua, guru, dsb.
Disisi
lain menanggapi carut-marutnya persoalan pendidikan, para pengambil kebijakan
pendidikan hanya menjadikan issue pendidikan sebagai lips services, kebiajakan
yang tidak pernah tuntas. Singkatnya, pendidikan telah direduksi menjadi hanya
proses teknis-formal menuju pasaran kerja. Pendidikan telah kehilangan
substansinya. Bagaimana budaya literasi di indonesia?
Kita
lihat faktanya sekarang hanya pilihan buku dan majalah yang digandrungi masih
bersifat yang ringan dan having fun. Coba kita tengok kaum muda di perpustakaan
daerah dan kampus. Budaya literasi kaum muda baru setingkat bacaan ringan dan
mudah, belum meningkat pada bacaan semi ilmiah atau buku-buku serius.
Iqra
adalah wahyu pertama yang Allah turunkan. Kenapa Allah memerintahkan untuk
membaca? Karena untuk menuju perubahan ternyata harus dibekali dulu dengan
ilmu, dan ilmu dapat diraih dengan membaca, serta membaca dapat difasilitasi
oleh buku.
Kebiasaan
membaca, berbanding lurus dengan kemajuan. Kebiasaan membaca juga merupakan
fondasi kemajuan suatu bangsa. Kita lihat negara-negara maju mereka membangun
negaranya denagn diawali proyek membangun budaya baca di masyarakatnya sejalan
dengan apa yang dikatakan oleh pak lala, bahwa orang literate adalah orang yang
kaya atau menjadi penguasa. Dan kunci dari semua itu adalah membaca.
Kita
juga dapat belajar dari negara-negara maju seperti jepang, china, dan india
dari segi literasi. Jepang bangkit pada pertengahan abad ke sembilan belas
dengan restorasi meijinya. Pada saat itu jepang memulai kebangkitanya dengan
membangun manusianya dulu, dan yang paling utama adalah pemberantakan buta
huruf, dan didukung dengan dana APBNnya 43% untuk pendidikan. Yang minim sumber
daya alam bahkan sering dilanda bencana akan tetapi dia bisa menjadi negara
maju di Asia bahkan dunia.
Permasalahan
yang dihadapi negara Indonesia, kemelut pendidikan, kemiskinan, carut-marut
politik akan terus menjadi masalah jika akar dari persoalan tersebut tidak
diatasi. Rendahnya budaya membaca adalah akar dari permasalahan pendidikan saat
ini.
Ada
beberapa cakupan dari academic writing diantaranya :
·
Kohesi : mengalir dan
nyambung antara kalimat dan paragraf.
·
Clarity : makna yang
disampaikan harus jelas.
·
Consistency :
konsistensi mengacu pada keseragaman gaya penulisan.
·
Logical order : mengacu
pada urutan logis dari inforamasi. Dalam penulisan academic cenderung bergerak
dari umum ke khusus.
·
Unity : sederhana,
kesatuan mengacu pada penegecualian informasi yang tidak secara langsung
berhubungan dengan topik yang dibahas dalam paragraf tertentu.
·
Concisenes : ekonomi
dalam penggunaan kata-kata artinya tulisanya sampai ketitik, dalam artian harus
jelas, meaningnya dapat tersampaikan dan tidak perlu ada pengulangan.
·
Completeness : tidak
harus ada kata-kata yang diulang penulis berkewajiban untuk memberikan
informasi yang penting. Contohnya : dalam definisi cacar air, pembaca akan
mengharapkan untuk mengetahui bahwa itu adalah penyakit anak-anak yang ditandai
dengan ruam.
·
Variety : ragam
membantu pembaca dengan menambahkan beberapa bumbu-bumbu untuk teks.
·
Formality : formalitas,
di academic writing ini kita kita menulis secara formalitas, dalam segi bahasa
dan struktur harus diperhatikan.selain itu, penggunaan kata ganti seperti “I”
harus dihindari.
Jadi dengan pendidikan literasi yang
baik, maka akan menghasilkan orang-orang yang berliterasi tinggi pula dan itu
merupakan suatu aset bagi bangsa untuk menuju peradaban yang lebih maju lagi.
Karena literasi adalah dasar/pondasi yang bisa mewujudkanya.
0 comments:
Post a Comment