Learning Process as Professor
Quality
Academy Wrting:
1. Scientific
Wrting
2. Critical
Thingking (you will not have a text for quanted
3. Student
of language
4. Student
of wrting (Mengikat)
Wrting
dan wrting, jika kita terapkan dengan kehidupan sehari hari pasti tidak
terlepas dari wrting. Contohnya pedagang mencatat barang masuk dan keluar
membutuhkan menulis, anak sekolah baik sekolah dasar sampai perguruan tinggipun
pasti melakukan menulis. Tentunya dengan level dan tata cara menulis yang
berbeda, menuangkan expresi yang berbeda. Seperti yang terdapat pada gambar di
atas tentang Academy Wrting ada 4 yaitu:
- Scientific
Wrting
Ilmu pengetahuan menulis tentunya tidak pernah ada
batasnya, seperti belajar dari guru, dosen, bahkan professorpun masih tetap belajar
wrting hingga dapat menciptakan sebuah karya. Sungguh luar biasanya menulis.
Sehingga ilmu pengetahuan tentang menulis dapat diterapkan di masyarakat.
- Critical
Thingking
Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai
mahasiswa tidak hanya asal baca dan mengerti tentang apa yang kita baca dari
penulis. Tapi di sisi lain kita juga harus kritis dalam menanggapi bacaan,
sehingga kita dapat meresponnya dengan baik dan dapat mengetahui kelemahan dan
kelebihan sisi lain dari seorang penulis.
Tidak mudah dalam menerapkan critical thingking.
Kuncinya adalah terus berlatih dan berlatih terus, tanggap dalam setiap hal-hal
yang merupakan sebuah informasi yang khusus, dan selalu belajar merespon dengan
sebaik-baiknya.
- Student Language
Menggunakan bahasa murid seperti bahasa Indonesia
yang digunakan dalam kehidupan sehari-harinya.
- Mengikat (Student
Of Wrting )
Mengikat dengan hati
sehingga ikhlas dijalani
untuk menghasilkan menulis yang SEJATI
dan berkualitas tinggi.
Seperti yang telah dikatakan oleh pak lala bahwa ibarat
seseorang yang sedang berziqir/bermeditasi untuk mendapatkan kekhusyuannya.
Begitupun dengan menulis, jiwa, pikiran dan hati harus terikat dengan menulis
dan ide-ide yang brilliant.
Wrting
= Complex
1.
Ways of Knowing Something
2.
Ways of Representing Something
3.
Ways of Reproducing Something
Ketiga
bagian tersebut dapat menghasilkan
sebuah Informasi, Knowing, dan experient.
Wrting
= Reproduksi Terus menerus.
Menulis
= Hati
Artinya:
Menulis kita ibaratkan kepada seseorang yang hafidz yaitu apabila seseorang
yang hafal qur’an namun tidak pernah di deres (di review) setiap harinya maka hafalan qur’an tersebut pasti akan hilang
tetapi jika sebaliknya yaitu di deres atau di review kembali pasti akan terjaga
hafalanya tapi begirupun dengan menulis harus mereproduksi terus menerus.
Mengapa? Agar semakin banyak menulis semakin terasah pemikiran dan semakin baik
kualitas yang dihasilkan oleh para writer.
Mengapa menulis berhubungan dengan
hati? Kita sebagai mahasiswa yang selalu di tugaskan terus menerus tentang
wrting tentunya menulis tidak bisa terburu-buru dan juga tidak bias
bersantai-santai. Menulis bukan hanya menggunkan otak tetapi menulis juga
menggunakan perasaan. Perasaan hati yang benar-benar terarah kepada sasaran apa
yang ditulisnya. Perasaan hati memang faktor utama dalam proses wrting. Tidak
menutup kemungkinan pula perasaan yang tenang, tentram, sunyi dan nyaman
sehingga dapat menenagkan pikiran untuk dapat bermeditasi agar dapat menuilis.
Hanya orang-orang yang ingin mencoba melakukan setiap text yang dibaca maupun
yang di produksi dengan keikhlasan hatinya dengan hasil bermutu tinggi dan
melengkapi kekurangan dari proses belajar menulis.
Menulis bukan hanya tertuju dengan
satu bahasa saja. Kita ingat pada class
review pertama mengenai bahasa pertama dan bahasa kedua bahasa pertama yang
merupakan fondasi bagi kita untuk menuju bahasa yang ke dua. Sehingga tidak aneh jika menulis dapat menproduksi
dari beberapa bahasa contohnya. Kita sebagai orang Indonesia tapi banyak
penulis yang menggunakan bahasa Ingrris contohnya saja Bapak Chaedar dan masih
banyak lagi. Itulah ragamnya menulis dan menjadi seorang penulis tidak semudah
asal tulis namun harus konsisten dan benar-benar apa yang diproduksikannya.
Bukankah Pak Lala pernah bilang untuk system belajar dengan mengkombinasikan
bahasa itu lebih baik contohnya: kita membaca buku dalam full bahasa inggris
tetapi kita jelaskan kembali ke bahasa Indonesia yaiu bahasa kita sendiri
ataupun sebaliknya. Itu adalah sebuah system pengajaran yang luar biasa. Tanpa disadari itu merupakan dari L1 dan L2.
Semakin tinggi orang yang literasi,
semakin kaya ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Sebab literasi adalah bagian
dari hidup kita. Menulis merupakan sebuah seni yang dapat mengapresiasikan apa
yang telah di tulisnya. Sehingga sifat menulis adalah colorfull so, don’t
colorless harus berkombinasi dengan hal-hal yang terkait dengan apa yang telah di
tulisnya. Seni dari sebuah penulis yang memiliki cita rasa tinggi adalah mampu
menghasilkan sebuah text yang bermutu, berkualitas dan berintegritas.
Text
= Reader= Wrter
Untuk mendapatkan kualitas penulis
dan pembaca yang berkualitas sehingga dari text tersebut yang bersumber dari
penulis dan pembaca dapat menghasilkan meaning information dari sebuah text
yang dinamis. Sehingga pembaca menjadi terpacu untuk merespon lebih jauh.
Pekerjaan
reader juga tidak kita anggap enteng semua mempunyai porsinya masing-masing
seperti reader dari mulai seorang reader membaca apa? Apa yang dipelajarinya
lalau diterapkannya seperti apa. So, semua hal harus dapat melakukan lebih.
Semuanya adalah kembali kepada purpose.
Menurut
Lehtonen mengatakan bahwa “pembaca
adalah inti aksen dari sebuah makna informasi dan pembaca menjadi sebuah
tempat dimana makna itu dimiliki”. Artinya asken yang terdapat pada penulis itu
direalisasikan melakui aksen pembaca yang menghasilkan makna informasi baik
melalui respon yang baik, ktitik yang bersifat membangun ataupun pendapat dari
seorang pembaca.
Membaca juga mempunyai sasaran
yaitu: bacaan apa yang mesti kita baca, bentuk dan maksud tujuan apa kita baca,
dan lain sebagainya. Sehingga dapat menghasilkan pengetahuan dari apa yang kita
baca.
Menurut
Lehtonen text itu lebih dari sebuah fisik tetapi terdapat pada bentuk perintah
untuk menjadi semiontik (berhubungan tanda dan symbol). Sebaliknya text juga
dapat menjadi semiotic hanya ketika mereka mempunyai bentuk fisiknya. Jadi
artinya bahwa text di bangun secara keseluruhan yang utuh yang terkait dengan
satu sama lainnya text juga merupakan
sebuah komunikasi dengan kata-kata lain yang terangkai di dalamnya. Seseorang
juga dapat memproduksi sebuah rangkaian text yang saling berhubungan.
Dikatakan
text juga diciptakan dari sebuah teknologi yang ditandai dengan sebuh konsep
dari budaya yang merata. Selain itu text juga dijelaskan bahwa text juga
dapat berbentuk dari tulisan, gambar, music dan gambar-gambar yang lainnya.
Dari
semua bentuk text di atas mempunyai 3 bentuk karakteristik yaitu:
1.
Text ditandai dengan fisik and semiotik.
Keberadaan
fisik diantaranya verbal, wrting. Dan semiotic ditandai dengan Tanda, metafunction,
cara-cara tertentu.
2.
Mempunyai tanda semantic meaning.
Context
Setiap text selalu mempunyai konteks
yang terdapat didalamnya dan keduanya seirama dan dekat serta hubungan dengan
text yang lainnya. Di dalam konsep tradisional dari sebuah text dan conteks.
Conteks does not exist before the author of the text, neither does it exist outside
of them. Jadi conteks itu selalu mengikuti text yang selalu keluar bersamaan
tanpa adanya text maka tidak ada conteks dan sebaliknya.
Jadi kesimpulannya adalah saya
teringat apa yang diterangkan oleh Pak Lala disemester 3 yang beliau membuat
paper meneliti tentang Madrassa. Ketika itu beliau di panggil oleh pemateri”saya
lupa namanya”. Bahasa ibu dan bahasa yang disampaikan dengan pengajarannya yang
selalu diterapkan oleh pak Lala seperti membaca buku full English dan mereviewnya
kembali dengan bahasa Indonesia ataupun sebaliknya. Tugas tersebut lebih baik
dibandingkan dengan hanya mendengarkan dosen berceramah.
0 comments:
Post a Comment