Monday, February 17, 2014

11:18 PM

Learning Process as Professor Quality
Academy Wrting:        
1.      Scientific Wrting
2.      Critical Thingking (you will not have a text for quanted
3.      Student of language
4.      Student of wrting (Mengikat)
Wrting dan wrting, jika kita terapkan dengan kehidupan sehari hari pasti tidak terlepas dari wrting. Contohnya pedagang mencatat barang masuk dan keluar membutuhkan menulis, anak sekolah baik sekolah dasar sampai perguruan tinggipun pasti melakukan menulis. Tentunya dengan level dan tata cara menulis yang berbeda, menuangkan expresi yang berbeda. Seperti yang terdapat pada gambar di atas tentang Academy Wrting ada 4 yaitu:
  1. Scientific Wrting
Ilmu pengetahuan menulis tentunya tidak pernah ada batasnya, seperti belajar dari guru, dosen, bahkan professorpun masih tetap belajar wrting hingga dapat menciptakan sebuah karya. Sungguh luar biasanya menulis. Sehingga ilmu pengetahuan tentang menulis dapat diterapkan di masyarakat.
  1. Critical Thingking
Seperti yang kita ketahui bahwa kita sebagai mahasiswa tidak hanya asal baca dan mengerti tentang apa yang kita baca dari penulis. Tapi di sisi lain kita juga harus kritis dalam menanggapi bacaan, sehingga kita dapat meresponnya dengan baik dan dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan sisi lain dari seorang penulis.
Tidak mudah dalam menerapkan critical thingking. Kuncinya adalah terus berlatih dan berlatih terus, tanggap dalam setiap hal-hal yang merupakan sebuah informasi yang khusus, dan selalu belajar merespon dengan sebaik-baiknya.
  1. Student Language
Menggunakan bahasa murid seperti bahasa Indonesia yang digunakan dalam kehidupan sehari-harinya.  
  1. Mengikat (Student Of Wrting )
Mengikat dengan hati
sehingga ikhlas dijalani
untuk menghasilkan menulis yang SEJATI
dan berkualitas tinggi.
Seperti yang telah dikatakan oleh pak lala bahwa ibarat seseorang yang sedang berziqir/bermeditasi untuk mendapatkan kekhusyuannya. Begitupun dengan menulis, jiwa, pikiran dan hati harus terikat dengan menulis dan ide-ide yang brilliant.
Wrting = Complex
1. Ways of Knowing Something       
2. Ways of Representing  Something
3. Ways of Reproducing Something
Ketiga bagian tersebut dapat  menghasilkan sebuah Informasi, Knowing, dan experient.
                                   
Wrting  = Reproduksi Terus menerus.
Menulis = Hati
Artinya: Menulis kita ibaratkan kepada seseorang yang hafidz yaitu apabila seseorang yang hafal qur’an namun tidak pernah di deres (di review) setiap harinya  maka hafalan qur’an tersebut pasti akan hilang tetapi jika sebaliknya yaitu di deres atau di review kembali pasti akan terjaga hafalanya tapi begirupun dengan menulis harus mereproduksi terus menerus. Mengapa? Agar semakin banyak menulis semakin terasah pemikiran dan semakin baik kualitas yang dihasilkan oleh para writer.
            Mengapa menulis berhubungan dengan hati? Kita sebagai mahasiswa yang selalu di tugaskan terus menerus tentang wrting tentunya menulis tidak bisa terburu-buru dan juga tidak bias bersantai-santai. Menulis bukan hanya menggunkan otak tetapi menulis juga menggunakan perasaan. Perasaan hati yang benar-benar terarah kepada sasaran apa yang ditulisnya. Perasaan hati memang faktor utama dalam proses wrting. Tidak menutup kemungkinan pula perasaan yang tenang, tentram, sunyi dan nyaman sehingga dapat menenagkan pikiran untuk dapat bermeditasi agar dapat menuilis. Hanya orang-orang yang ingin mencoba melakukan setiap text yang dibaca maupun yang di produksi dengan keikhlasan hatinya dengan hasil bermutu tinggi dan melengkapi kekurangan dari proses belajar menulis.
            Menulis bukan hanya tertuju dengan satu bahasa saja.  Kita ingat pada class review pertama mengenai bahasa pertama dan bahasa kedua bahasa pertama yang merupakan fondasi bagi kita untuk menuju bahasa yang ke dua. Sehingga  tidak aneh jika menulis dapat menproduksi dari beberapa bahasa contohnya. Kita sebagai orang Indonesia tapi banyak penulis yang menggunakan bahasa Ingrris contohnya saja Bapak Chaedar dan masih banyak lagi. Itulah ragamnya menulis dan menjadi seorang penulis tidak semudah asal tulis namun harus konsisten dan benar-benar apa yang diproduksikannya. Bukankah Pak Lala pernah bilang untuk system belajar dengan mengkombinasikan bahasa itu lebih baik contohnya: kita membaca buku dalam full bahasa inggris tetapi kita jelaskan kembali ke bahasa Indonesia yaiu bahasa kita sendiri ataupun sebaliknya. Itu adalah sebuah system pengajaran yang luar biasa. Tanpa disadari itu merupakan dari L1 dan L2.
            Semakin tinggi orang yang literasi, semakin kaya ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Sebab literasi adalah bagian dari hidup kita. Menulis merupakan sebuah seni yang dapat mengapresiasikan apa yang telah di tulisnya. Sehingga sifat menulis adalah colorfull so, don’t colorless harus berkombinasi dengan hal-hal yang terkait dengan apa yang telah di tulisnya. Seni dari sebuah penulis yang memiliki cita rasa tinggi adalah mampu menghasilkan sebuah text yang bermutu, berkualitas dan berintegritas.
Text = Reader= Wrter
            Untuk mendapatkan kualitas penulis dan pembaca yang berkualitas sehingga dari text tersebut yang bersumber dari penulis dan pembaca dapat menghasilkan meaning information dari sebuah text yang dinamis. Sehingga pembaca menjadi terpacu untuk merespon lebih jauh.
Pekerjaan reader juga tidak kita anggap enteng semua mempunyai porsinya masing-masing seperti reader dari mulai seorang reader membaca apa? Apa yang dipelajarinya lalau diterapkannya seperti apa. So, semua hal harus dapat melakukan lebih. Semuanya adalah kembali kepada purpose.
Menurut Lehtonen mengatakan bahwa “pembaca adalah inti aksen dari sebuah makna informasi dan pembaca menjadi sebuah tempat dimana makna itu dimiliki”. Artinya asken yang terdapat pada penulis itu direalisasikan melakui aksen pembaca yang menghasilkan makna informasi baik melalui respon yang baik, ktitik yang bersifat membangun ataupun pendapat dari seorang pembaca.
            Membaca juga mempunyai sasaran yaitu: bacaan apa yang mesti kita baca, bentuk dan maksud tujuan apa kita baca, dan lain sebagainya. Sehingga dapat menghasilkan pengetahuan dari apa yang kita baca.
Menurut Lehtonen text itu lebih dari sebuah fisik tetapi terdapat pada bentuk perintah untuk menjadi semiontik (berhubungan tanda dan symbol). Sebaliknya text juga dapat menjadi semiotic hanya ketika mereka mempunyai bentuk fisiknya. Jadi artinya bahwa text di bangun secara keseluruhan yang utuh yang terkait dengan satu sama lainnya text juga  merupakan sebuah komunikasi dengan kata-kata lain yang terangkai di dalamnya. Seseorang juga dapat memproduksi sebuah rangkaian text yang saling berhubungan.
Dikatakan text juga diciptakan dari sebuah teknologi yang ditandai dengan sebuh konsep dari  budaya yang merata. Selain  itu text juga dijelaskan bahwa text juga dapat berbentuk dari tulisan, gambar, music dan gambar-gambar yang lainnya.
Dari semua bentuk text di atas mempunyai 3 bentuk karakteristik yaitu:
1.               Text ditandai dengan fisik and semiotik.
Keberadaan fisik diantaranya verbal, wrting. Dan semiotic ditandai dengan Tanda, metafunction, cara-cara tertentu.
2.               Mempunyai tanda semantic meaning.


Context
            Setiap text selalu mempunyai konteks yang terdapat didalamnya dan keduanya seirama dan dekat serta hubungan dengan text yang lainnya. Di dalam konsep tradisional dari sebuah text dan conteks. Conteks does not exist before the author of the text, neither does it exist outside of them. Jadi conteks itu selalu mengikuti text yang selalu keluar bersamaan tanpa adanya text maka tidak ada conteks dan sebaliknya.
            Jadi kesimpulannya adalah saya teringat apa yang diterangkan oleh Pak Lala disemester 3 yang beliau membuat paper meneliti tentang Madrassa. Ketika itu beliau di panggil oleh pemateri”saya lupa namanya”. Bahasa ibu dan bahasa yang disampaikan dengan pengajarannya yang selalu diterapkan oleh pak Lala seperti membaca buku full English dan mereviewnya kembali dengan bahasa Indonesia ataupun sebaliknya. Tugas tersebut lebih baik dibandingkan dengan hanya mendengarkan dosen berceramah.

0 comments:

Post a Comment