Monday, February 17, 2014

11:14 PM

Istiqomah
PBI-B/ 14121310308
(Class Review)
Ada Apa dengan Literasi ?

Wow...tanpa terasa hari begitu cepat berlalu, dan harus kembali menjamah kitab “keramat” ini. Kini kita telah sampai pada pertemuan ke dua dalam mata kuliah Writing & Composition 4. Mengingat perjalanan kita masih panjang untuk sampai menuju ujian akhir, maka nikmati sajalah saat-saat perjuangan kita dalam membuat class review dan sebagainya.
Berbicara tentang menulis, saat saya menulis class review, saya merasa sedang menulis buku harian yang berisi tentang curhatan dan kegiatan yangsaya alami setiap minggunya. Oleh karena itu saya selalu menulis menggunakan hati, agar apa yang saya tulis sama persis dengan apa yang saya rasakan. Dengan tanpa rasa paksaan atau ganjalan.
Menulis. Mungkin dengan terbiasanya menulis buku harian adalah salah satu langkah awal menuju budaya menulis sesungguhnya. Karena seperti kita sering jumpai, banyak penulis-penulis handal yang menulis dalam bukunya berdasarkan kisah pribadi dimasa lampau. Tapi, bagaiman dengan menulis status dalam facebook, apa itu salah satu langkah awal dari melestarikan budaya menulis ?
Menurut saya pribadi, segala sesuatu yang berbau tulisan baik itu tulisan kita dalam status difacebook atau tulisan kita dalam buku diary adalah salah satu langkah awal menuju masyarakat ber-literasi. Karena sekecil apapun tulisan kita, jika itu bisa membuat orang lain terkesan atau termotivasi itu sama saja kita melestarikan budaya baca-tulis. Hanya, bagaimana pandai-pandainya kita dalam menulis, agar tulisan kita bermanfaat minimal unntuk diri sendiri.
Dalam membuat suatu karya tulis, kita harus mengkolaborasikan antara diri kita sebagai penulis dan orang lain sebagai pembaca. Karena sebagus apapun suatu tulisan jika tidak ada yang membaca sama saja seperti sampah yang tidak ada artinya.
Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal neurology beberapa waktu yang lalu menyebutkan bahwa, kegiatan membaca dan menulis dapat melibatkan peran serta otak dan membantu seseorang terhindar dari gangguan memori. Membaca dan menulis ibaratkan pisau yang diasah terus menerus sehingga menghasilkan mata pisau yang tajam.
Jika dari kutipan diatas saja kita sudah mengetahui bahwa menulis banyak khasiatnya, jadi kita tidak mempunyai alasan untuk tidak melestarikan budaya baca-tulis. Terlebih bagi jika kita menulis dengan segenap jiwa dan raga maka kitapun akan puas dengan apapun tulisan hasilkan.
Membuat suatu tulisan ibarat sedang berkeluarga. Karena dalam menulis, kita harus menggabungkan dua sisi berlawanan seperti penulis, kita harus mengetahui siapa target pembaca. Sebagai seorang penuls, kita juga harus mengetahui latar belakang dan acuan penulis agar timbul sebuah konektifitas antara keduanya.
Jadi, kesimpulannya adalah dalam membuat suatu tulisan alangkah lebih baiknya jika kita mengkoneksikan antara kita sebagai penulis dan target pembaca kita. Ibaratnya seperti kita sedang bernegosiasi dengan pembaca. Agar apa yang kitasampaikan sama persis dengan apa yang mereka terka. Karena jika kita sedang membaca secara otomatis kita sedang bernegosiasi dengan mencari makna yang terkandung dalam tulisan.

0 comments:

Post a Comment