Istiqomah
PBI-B/
14121310308
(Class
Review)
Ada Apa dengan Literasi ?
Wow...tanpa
terasa hari begitu cepat berlalu, dan harus kembali menjamah kitab “keramat”
ini. Kini kita telah sampai pada pertemuan ke dua dalam mata kuliah Writing
& Composition 4. Mengingat perjalanan kita masih panjang untuk sampai
menuju ujian akhir, maka nikmati sajalah saat-saat perjuangan kita dalam
membuat class review dan sebagainya.
Berbicara
tentang menulis, saat saya menulis class review, saya merasa sedang menulis
buku harian yang berisi tentang curhatan dan kegiatan yangsaya alami setiap
minggunya. Oleh karena itu saya selalu menulis menggunakan hati, agar apa yang
saya tulis sama persis dengan apa yang saya rasakan. Dengan tanpa rasa paksaan
atau ganjalan.
Menulis.
Mungkin dengan terbiasanya menulis buku harian adalah salah satu langkah awal
menuju budaya menulis sesungguhnya. Karena seperti kita sering jumpai, banyak
penulis-penulis handal yang menulis dalam bukunya berdasarkan kisah pribadi
dimasa lampau. Tapi, bagaiman dengan menulis status dalam facebook, apa itu
salah satu langkah awal dari melestarikan budaya menulis ?
Menurut
saya pribadi, segala sesuatu yang berbau tulisan baik itu tulisan kita dalam
status difacebook atau tulisan kita dalam buku diary adalah salah satu langkah
awal menuju masyarakat ber-literasi. Karena sekecil apapun tulisan kita, jika
itu bisa membuat orang lain terkesan atau termotivasi itu sama saja kita
melestarikan budaya baca-tulis. Hanya, bagaimana pandai-pandainya kita dalam
menulis, agar tulisan kita bermanfaat minimal unntuk diri sendiri.
Dalam
membuat suatu karya tulis, kita harus mengkolaborasikan antara diri kita
sebagai penulis dan orang lain sebagai pembaca. Karena sebagus apapun suatu
tulisan jika tidak ada yang membaca sama saja seperti sampah yang tidak ada
artinya.
Sebuah studi yang dimuat dalam jurnal
neurology beberapa waktu yang lalu menyebutkan bahwa, kegiatan membaca dan
menulis dapat melibatkan peran serta otak dan membantu seseorang terhindar dari
gangguan memori. Membaca dan menulis ibaratkan pisau yang diasah terus menerus
sehingga menghasilkan mata pisau yang tajam.
Jika
dari kutipan diatas saja kita sudah mengetahui bahwa menulis banyak khasiatnya,
jadi kita tidak mempunyai alasan untuk tidak melestarikan budaya baca-tulis.
Terlebih bagi jika kita menulis dengan segenap jiwa dan raga maka kitapun akan
puas dengan apapun tulisan hasilkan.
Membuat
suatu tulisan ibarat sedang berkeluarga. Karena dalam menulis, kita harus
menggabungkan dua sisi berlawanan seperti penulis, kita harus mengetahui siapa
target pembaca. Sebagai seorang penuls, kita juga harus mengetahui latar
belakang dan acuan penulis agar timbul sebuah konektifitas antara keduanya.
Jadi,
kesimpulannya adalah dalam membuat suatu tulisan alangkah lebih baiknya jika
kita mengkoneksikan antara kita sebagai penulis dan target pembaca kita.
Ibaratnya seperti kita sedang bernegosiasi dengan pembaca. Agar apa yang
kitasampaikan sama persis dengan apa yang mereka terka. Karena jika kita sedang
membaca secara otomatis kita sedang bernegosiasi dengan mencari makna yang
terkandung dalam tulisan.
0 comments:
Post a Comment