Name : NURMALA
NIM :14121310339
Class : PBI-B/4th Semester
Class Review 2
Pertemuan Keduaku denganmu Writing….
Mentari telah sigap ketika harus bergegas menerangi duniaku pagi itu. Mata kantukku pun masih menemaniku kala
itu. Berat untuk kubukakan mata dan
melangkahkan kaki ke kamar mandi, tapi hatiku terasa lega karena Notebook
ku telah penuh dengan tulisan-tulisan yang menjadi penyemangatku untuk memulai
hari ini. Setelah selesai mandi, aku
bergegas untuk berpakaian rapi hari itu.
Kerudung dan baju berwarna biru menemani semangatku pagi ini. Indahnya pagiku.
Kulangkahkan kaki meninggalkan kost-an mungilku. Aku sengaja meninggalkan sarapan pagiku,
karena waktu semakin menggerogoti jadwalku.
Berlari kecil ‘tuk sampai di kelas, kulihat hanya ada beberapa
orang yang telah sampai lebih dulu di kelas.
Duduk di barisan kedua dengan hati lega, karena terhindar dari kata ‘telat’. Alhamdulillah.
Selang beberapa menit, Pak Lala masuk ke dalam kelas dengan setelan kemeja
hitamnya. Di awal pembahasan, pak Lala
bertanya kepada kami, “Kenapa harus repot-repot menulis?” Writing 4
(empat) kali ini, kita dipacu untuk merujuk pada sesuatu yang berhubungan
dengan hal literasi tingkat tinggi, yaitu Academic Writing yang pada akhirnya
akan mengacu pada:
1)
Scientific
Writing
Scientific writing berhubungan dengan sesuatu yang
ilmiah. Jadi, writing itu banyak
mengumpulkan data, akan tetapi yang benar-benar kita ambil sebagai bahan utama
adalah data yang benar-benar kita butuhkan.
Sehingga berdampak benar-tidaknya apa yang disajikan.
2)
Critical
Thinking
Critical thinking berhubungan dengan bagaimana seseorang
berfikir secara kritis. Di semester 4
(empat) kali ini, kita bukan hanya menulis biasa-biasa saja, tetapi pengetahuan
kita juga harus diasah.
3)
Student
Of Language
Student of language berarti juga sebagai student of
writing, seperti yang telah kita ketahui bahwa writing adalah sesuatu yang
sangat kompleks. Berbagai aspek terdapat
dalam writing. So, kita dituntut untuk menjadi Student of writing, bukan
hanya student of language.
4)
Writing
Development
Dalam writing
development mencakup beberapa hal yang harus kita pertimbangkan, yaitu: Ways of
knowing something, Ways of reproducing something, dan ways of representing something.
Semua itu akan membentuk informasi dan knowledge
yang mengarah pada experience.
Dari struktur di atas, dapat dijelaskan bahwa something
itu akan berupa informasi, pengetahuan dan pengalaman. Karena pengalaman itu adalah sebuah cara
untuk mencecap informasi. Ketika kita
ingin mendapatkan informasi maka kita harus mempunyai pengetahuan dari
pengalaman yang kita punya. Oleh karena
itu, kita harus mempunyai pengalaman ketika menulis, karena menulis berkaitan
dengan hati.
Selanjutnya, kita akan membahas mengenai powerpoint yang
disuguhkan oleh Pak Lala. Mari kita
simak apa saja yang terdapat dalam powerpoint tersebut. Di pertemuan kedua kali ini, kita akan
benar-benar mengetahui siapa kita sebenarnya.
Pada slide kedua, Pak lala menyuguhkan pertanyaan, siapa sih kita
sebenarnya di Mata Kuliah Wwriting ini? Terdapat beberapa pilihan yang
tersedia, yaitu:
Ø
Hanya
seorang mahasiswa yang mendaftar di kelas dan menulis tanpa tujuan?
Ø
Hanya
seorang mahasiswa yang mencoba untuk menyelesaikan setiap tugas individu tanpa
tujuan apapun?
Ø
Hanya
seorang mahasiswa yang menulis untuk mendapatkan nilai yang tepat?
Ø
Hanya
seorang mahasiswa yang menulis tanpa jiwa?
Ø Hanya seorang mahasiswa yang mencoba untuk menyelesaikan
seluruh kontrak belajar?
Dari daftar
pertanyaan diatas, saya awalnya memilih ‘hanya seorang mahasiswa yang
menulis tanpa jiwa’. Karena selama
ini saya hanya menulis tanpa benar-benar menjiwai apa yang muncul di otak saya
dan menuliskannya di notebook saya.
Tetapi saya menyadari bahwa saya ini mahasiswa, dikenal masyarakat
sebagai kaum intelektual. Dari situ saya
mulai mencintai dunia menulis. Tidak
hanya jiwa saya yang akan saya curahkan untuk menulis, akan tetapi hati saya
juga akan saya curahkan untuk menulis.
Saya juga bercita-cita menjadi seorang dosen, tapi bukan dosen yang
biasa-biasa saja. Saya ingin menjadi
dosen yang berkualitas. Saya terpacu
oleh kata-kata Pak Chaidar dan Pak Lala ‘Jadi, kala anda tidak bisa menulis,
jangan bermimpi jadi dosen!’ Oleh karena itu, saya ingin mewujudkan impian
saya.
Sedangkan dalam persfektif Pak lala,
kita adalah A WRITER MULTILINGUAL yang menulis secara afektif dalam L1 dan L2
efektif yang berfungsi sebagai pembaca kritis baik di L1 dan L2 yang mengubah
diri dari seorang mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa menulis yang bisa mengubah
dunia. Pak Lala bertanya, ‘apakah
terlalu berlebihan untuk anda?’ Menurut
saya tidak, karena memang sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa menulis, memberikan
informasi dan keintelektualannya kepada orang lain. Daripada harus demo dan mengkritik secara
fisik, lebih baik mengkritik secara halus dengan mengeluarkan atau membagi
pengetahuan kita.
Pak Lala mengibaratkan penulis dan
pembaca itu seperti DANCER atau PENARI.
Hal ini dikutip dari: Hoey
(2001), seperti dikutip dalam Hyland (2004), mengibaratkan para
pembaca dan penulis itu sama dengan penari yang mengikuti langkah masing-masing
setiap rasa perakitan dari teks dengan mengantisipasi kemungkinan lain yang
akan dilakukan dengan membuat koneksi ke teks.
Jadi antara penulis dan pembaca seperti membuat sambungan/hubungan yang
disebut dengan seni. Contohnya, seperti
penari salsa, yang membuat koneksi antara penari laki-laki dan penari perempuan
dengan mengikuti langkah masing-masing sesuai dengan irama musik. Lehtonen (2000: 74) dalam Barthes mengatakan
bahwa:
a) Bahasa
saussure adalah suatu sistem yang didefinisikan sendiri maknanya, Barthes
melihat peran orang-orang yang berlatih aktivitas linguistik juga sebagai pusat
dalam pembentukan makna.
b)
Dalam
menulis, penulis bukanlah ahli dalam menulis sebelumnya.
c) Barthes
memang menyatakan kematian penulis, sekaligus menandakan kelahiran
pembaca.
Dari poin-poin
diatas, dapat disimpulkan bahwa ‘meaning itu terjadi ketika ada pembaca dan menulis, jika
kehilangan salah satunya maka akan kehilangan meaning, karena tidak ada yang
membaca, jadi mengakibatkan tulisan kita tidak berarti apa-apa.’
Lebih jauh lagi, Lehtonen
berpendapat bahwa:
v
Reader
atau pembaca adalah nukleus atau inti dari pembentukan makna dan pembaca
menjadi tempat dimana meaning tersebut dimiliki.
v
Teks
dan pembaca tidak pernah berdiri sendiri satu sama lain, tetapi keduanya saling
membutuhkan.
v
Membaca
termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisasikan dan menghubungkannya
untuk membentuk makna, sehingga dapat membawa pengetahuan bagi pembaca.
Selanjutnya, kita
akan membahas mengenai hubungan yang jelas antara teks, konteks, pembaca,
penulis dan makna dalam buku Lehtonen (2000).
Ok, yuk kita simak penjelasannya di bawah ini:
Dapat disimpulkan bahwa teks itu berada diantara pembaca
dan penulis. Teks itu merupakan bentuk
fisik dan multiplicity makna. Selain
itu, teks merupakan bahan baku dalam pembentukan makna. Sedangkan pembaca sebagai nucleus atau inti
dari pembentukan makna. Konteks tidak
ada sebelum teks dan penulis. Konteks
mencakup semua faktor-faktor seperti penulis dan pembaca membawa ke proses
pembentukan makna. Teks dan konteks
diibaratkan seperti interior dan eksterior.
Konteks membantu pemaknaan yang kuat bagi pembaca. Selain itu, konteks juga membantu interaksi
dengan teks. Sedangkan meaning itu berada
di akhir yang melibatkan pembaca, penulis, teks dan konteks. Meaning ini seharusnya searah, tetapi kadang
tidak sama karena sesuai dengan pengalaman masing-masing. Contohnya, ketika mengkritik sesuatu, kita
harus tahu background dari keduanya (Writer dan reader), dari keduanya yang
harus menyesuaikan itu adalah pembaca.
Ahli Bahasa Gay Cook, mengatakan
bahwa mengkarakteristikkan situasi bahasa dalam konteks. Kamu sebagai pembaca, tidak melihat aku
sebagai penulis, apa yang aku lakukan ketika menulis, kamu sebagai pembaca
hanya bisa menikmati hasil dari informasi-informasi yang saya tulis. Jadi, sebagai pembaca hanya tahu apa yang
diinformasikan dan apa yang dikoneksikan sebagai individu yeng mempresentasikan
sendiri hasil tulisan dari penulis.
Nah, dari class review kali ini
dapat disimpulkan bahwa kita bisa mengetahui siapa kita sebenarnya, dan ada diposisi
mana. Antara pembaca yang sperti apa
atau penulis yang seperti apa. Kita
dapat mengetahui sesuai dengan individu masing-masing khususnya dalam bentuk
pandangan. Pastinya, segala yang kita
lakukan akan berujung pada meaning atau makna.
0 comments:
Post a Comment