Tuesday, February 18, 2014

Name   : NURMALA
NIM    :14121310339
Class    : PBI-B/4th Semester
Class Review 2

Pertemuan Keduaku denganmu Writing….

Mentari telah sigap ketika harus bergegas menerangi duniaku pagi itu.  Mata kantukku pun masih menemaniku kala itu.  Berat untuk kubukakan mata dan melangkahkan kaki ke kamar mandi, tapi hatiku terasa lega karena Notebook ku telah penuh dengan tulisan-tulisan yang menjadi penyemangatku untuk memulai hari ini.  Setelah selesai mandi, aku bergegas untuk berpakaian rapi hari itu.  Kerudung dan baju berwarna biru menemani semangatku pagi ini.  Indahnya pagiku.
Kulangkahkan kaki meninggalkan kost-an mungilku.  Aku sengaja meninggalkan sarapan pagiku, karena waktu semakin menggerogoti jadwalku.  Berlari kecil ‘tuk sampai di kelas, kulihat hanya ada beberapa orang yang telah sampai lebih dulu di kelas.  Duduk di barisan kedua dengan hati lega, karena terhindar dari kata ‘telat’.  Alhamdulillah.
Selang beberapa menit, Pak Lala masuk ke dalam kelas dengan setelan kemeja hitamnya.  Di awal pembahasan, pak Lala bertanya kepada kami, “Kenapa harus repot-repot menulis?” Writing 4 (empat) kali ini, kita dipacu untuk merujuk pada sesuatu yang berhubungan dengan hal literasi tingkat tinggi, yaitu Academic Writing yang pada akhirnya akan mengacu pada:
1)      Scientific Writing
Scientific writing berhubungan dengan sesuatu yang ilmiah.  Jadi, writing itu banyak mengumpulkan data, akan tetapi yang benar-benar kita ambil sebagai bahan utama adalah data yang benar-benar kita butuhkan.  Sehingga berdampak benar-tidaknya apa yang disajikan.
2)      Critical Thinking
Critical thinking berhubungan dengan bagaimana seseorang berfikir secara kritis.  Di semester 4 (empat) kali ini, kita bukan hanya menulis biasa-biasa saja, tetapi pengetahuan kita juga harus diasah.

3)      Student Of Language
Student of language berarti juga sebagai student of writing, seperti yang telah kita ketahui bahwa writing adalah sesuatu yang sangat kompleks.  Berbagai aspek terdapat dalam writing. So, kita dituntut untuk menjadi Student of writing, bukan hanya student of language.
4)      Writing Development
Dalam writing development mencakup beberapa hal yang harus kita pertimbangkan, yaitu: Ways of knowing something, Ways of reproducing something, dan ways of representing something.  Semua itu akan membentuk informasi dan knowledge yang mengarah pada experience.                                                                                          
Dari struktur di atas, dapat dijelaskan bahwa something itu akan berupa informasi, pengetahuan dan pengalaman.  Karena pengalaman itu adalah sebuah cara untuk mencecap informasi.  Ketika kita ingin mendapatkan informasi maka kita harus mempunyai pengetahuan dari pengalaman yang kita punya.  Oleh karena itu, kita harus mempunyai pengalaman ketika menulis, karena menulis berkaitan dengan hati.
Selanjutnya, kita akan membahas mengenai powerpoint yang disuguhkan oleh Pak Lala.  Mari kita simak apa saja yang terdapat dalam powerpoint tersebut.  Di pertemuan kedua kali ini, kita akan benar-benar mengetahui siapa kita sebenarnya.  Pada slide kedua, Pak lala menyuguhkan pertanyaan, siapa sih kita sebenarnya di Mata Kuliah Wwriting ini? Terdapat beberapa pilihan yang tersedia, yaitu:
Ø  Hanya seorang mahasiswa yang mendaftar di kelas dan menulis tanpa tujuan?
Ø  Hanya seorang mahasiswa yang mencoba untuk menyelesaikan setiap tugas individu tanpa tujuan apapun?
Ø  Hanya seorang mahasiswa yang menulis untuk mendapatkan nilai yang tepat?
Ø  Hanya seorang mahasiswa yang menulis tanpa jiwa?
Ø  Hanya seorang mahasiswa yang mencoba untuk menyelesaikan seluruh kontrak belajar?
Dari daftar pertanyaan diatas, saya awalnya memilih ‘hanya seorang mahasiswa yang menulis tanpa jiwa’.  Karena selama ini saya hanya menulis tanpa benar-benar menjiwai apa yang muncul di otak saya dan menuliskannya di notebook saya.  Tetapi saya menyadari bahwa saya ini mahasiswa, dikenal masyarakat sebagai kaum intelektual.  Dari situ saya mulai mencintai dunia menulis.  Tidak hanya jiwa saya yang akan saya curahkan untuk menulis, akan tetapi hati saya juga akan saya curahkan untuk menulis.  Saya juga bercita-cita menjadi seorang dosen, tapi bukan dosen yang biasa-biasa saja.  Saya ingin menjadi dosen yang berkualitas.  Saya terpacu oleh kata-kata Pak Chaidar dan Pak Lala ‘Jadi, kala anda tidak bisa menulis, jangan bermimpi jadi dosen!’ Oleh karena itu, saya ingin mewujudkan impian saya.
            Sedangkan dalam persfektif Pak lala, kita adalah A WRITER MULTILINGUAL yang menulis secara afektif dalam L1 dan L2 efektif yang berfungsi sebagai pembaca kritis baik di L1 dan L2 yang mengubah diri dari seorang mahasiswa bahasa menjadi mahasiswa menulis yang bisa mengubah dunia.  Pak Lala bertanya, ‘apakah terlalu berlebihan untuk anda?’  Menurut saya tidak, karena memang sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa menulis, memberikan informasi dan keintelektualannya kepada orang lain.  Daripada harus demo dan mengkritik secara fisik, lebih baik mengkritik secara halus dengan mengeluarkan atau membagi pengetahuan kita.
            Pak Lala mengibaratkan penulis dan pembaca itu seperti DANCER atau PENARI.  Hal ini dikutip dari:  Hoey (2001), seperti dikutip dalam Hyland (2004), mengibaratkan para pembaca dan penulis itu sama dengan penari yang mengikuti langkah masing-masing setiap rasa perakitan dari teks dengan mengantisipasi kemungkinan lain yang akan dilakukan dengan membuat koneksi ke teks.  Jadi antara penulis dan pembaca seperti membuat sambungan/hubungan yang disebut dengan seni.  Contohnya, seperti penari salsa, yang membuat koneksi antara penari laki-laki dan penari perempuan dengan mengikuti langkah masing-masing sesuai dengan irama musik.  Lehtonen (2000: 74) dalam Barthes mengatakan bahwa:
a) Bahasa saussure adalah suatu sistem yang didefinisikan sendiri maknanya, Barthes melihat peran orang-orang yang berlatih aktivitas linguistik juga sebagai pusat dalam pembentukan makna.
b)      Dalam menulis, penulis bukanlah ahli dalam menulis sebelumnya.
c) Barthes memang menyatakan kematian penulis, sekaligus menandakan kelahiran pembaca.  
Dari poin-poin diatas, dapat disimpulkan bahwa ‘meaning itu  terjadi ketika ada pembaca dan menulis, jika kehilangan salah satunya maka akan kehilangan meaning, karena tidak ada yang membaca, jadi mengakibatkan tulisan kita tidak berarti apa-apa.’
Lebih jauh lagi, Lehtonen berpendapat bahwa:
v  Reader atau pembaca adalah nukleus atau inti dari pembentukan makna dan pembaca menjadi tempat dimana meaning tersebut dimiliki.
v  Teks dan pembaca tidak pernah berdiri sendiri satu sama lain, tetapi keduanya saling membutuhkan.
v  Membaca termasuk memilih apa yang harus dibaca, mengorganisasikan dan menghubungkannya untuk membentuk makna, sehingga dapat membawa pengetahuan bagi pembaca.
Selanjutnya, kita akan membahas mengenai hubungan yang jelas antara teks, konteks, pembaca, penulis dan makna dalam buku Lehtonen (2000).  Ok, yuk kita simak penjelasannya di bawah ini:      
Dapat disimpulkan bahwa teks itu berada diantara pembaca dan penulis.  Teks itu merupakan bentuk fisik dan multiplicity makna.  Selain itu, teks merupakan bahan baku dalam pembentukan makna.  Sedangkan pembaca sebagai nucleus atau inti dari pembentukan makna.  Konteks tidak ada sebelum teks dan penulis.  Konteks mencakup semua faktor-faktor seperti penulis dan pembaca membawa ke proses pembentukan makna.  Teks dan konteks diibaratkan seperti interior dan eksterior.  Konteks membantu pemaknaan yang kuat bagi pembaca.  Selain itu, konteks juga membantu interaksi dengan teks.  Sedangkan meaning itu berada di akhir yang melibatkan pembaca, penulis, teks dan konteks.  Meaning ini seharusnya searah, tetapi kadang tidak sama karena sesuai dengan pengalaman masing-masing.  Contohnya, ketika mengkritik sesuatu, kita harus tahu background dari keduanya (Writer dan reader), dari keduanya yang harus menyesuaikan itu adalah pembaca.
            Ahli Bahasa Gay Cook, mengatakan bahwa mengkarakteristikkan situasi bahasa dalam konteks.  Kamu sebagai pembaca, tidak melihat aku sebagai penulis, apa yang aku lakukan ketika menulis, kamu sebagai pembaca hanya bisa menikmati hasil dari informasi-informasi yang saya tulis.  Jadi, sebagai pembaca hanya tahu apa yang diinformasikan dan apa yang dikoneksikan sebagai individu yeng mempresentasikan sendiri hasil tulisan dari penulis.
            Nah, dari class review kali ini dapat disimpulkan bahwa kita bisa mengetahui siapa kita sebenarnya, dan ada diposisi mana.  Antara pembaca yang sperti apa atau penulis yang seperti apa.  Kita dapat mengetahui sesuai dengan individu masing-masing khususnya dalam bentuk pandangan.  Pastinya, segala yang kita lakukan akan berujung pada meaning atau makna.


0 comments:

Post a Comment