Nama : Maftuhah Rizqiyah
Nim : 14121310315
Kelas : Pbi –b
Chapter review 1
Setelah saya membaca buku milik Prof. Chaedar yang berjudul “ Pokoknya Rekayasa Literasi “ pada halaman
157. Ketika saya membaca sebuah artikel rekayasa literasi, masih banyak yang
belum saya pahami. Tetapi walaupun artikel itu sulit untuk dimengerti, saya
bisa memahaminya sedikit demi sedikit. Akhirnya disini saya menulis tentang
definisi literasi, dan kurangnya lirerasi yang diajarkan sehingga membuat
tertinggalnya literasi di Indoneia yang membuat siswa jauh tertinggal oleh
negara-negara lain. Dalam perbincangan metedologi pengajaran guru yang menjadi
buah bibir adalah genre, wahana, teks, konteks, dan literasi. Definisi lama
tentang literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Tetapi dalam
persekolahan di Indonesia istilah literasi jarang dipakai lagi, dan istilah
yang sering dipakai adalah pengajaran bahasa dan pembelajaran bahasa.
Dapat dipahami jika literate
kadang diartikan sebagai educated. Pada zaman sekarang, dimana pendidikan dasar
tidak cukup mengandalkan kemampuan baca dan tulis. Literasi dalam persoalan
psikologis berkaitan dengan kemampuan mental dan keterampilan baca-tulis,
padahal literasi adalah praktik kultural yang berkaitan pada persoalan sosial
dan politik. Para pakar pendidikan berpaling pada definisi baru yang menujukan
paradigma baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajarannya.
Disni juga ada tahapan dalam penggunaan metode dan pendekatan
terhadap pengajaran bahasa asing kedalam 5 kelompok, yaitu sebagai berikut :
·
Pendekatan struktural dengan grammar translation methods
(populer sampai zaman perang dunia ke 2) yang mana fokus pembelajarannya pada
penggunaan bahasa tulis dan penguasaan tata bahasa.
·
Pendekatan audiolingual atau dengar-ucap yang mana mletakkan
fokusnya pada latihan dialog pendek yang dikuasai oleh siswa.
·
Pendekatan kognitif dan transformatif sebagai implikasi dari
teori-teori syntactic structure. Dan pengajarannya terletak pada
pembangkitan petensi berbahasa siswa.
·
Pendekatan communicative competence. Tujuan pengajaran
bahasa ini adalah menjadikan siswa mampu berkomunikasi dalam bahasa target,
yang mana mulai dari komunikasi terbatas sampai dengan komunikasi spontan dan
alami.
·
Pendekatan literasi atau pendekatan genre-based sebagai implikasi
dari studi wacana. Tujuan pembelajaran adalah menjadikan siswa mampu
menghasilkan wacana yang sesuai dengan tuntutan konteks komunikasi. Disamping
itu pembelajaran dilakukan ada empat tahapan yaitu :
a.
Membangun pengetahuan (building knowledge of field)
b.
Menyusun model-model teks (modeling of text)
c.
Mnyusun teks bareng-bareng (joint construction of text)
d.
Menciptakan sendiri teks (indipendent of text)
Kemudian
peran literasi juga terbentuk dalam 5 verba,diantaranya:
·
Memahami
·
Melibati
·
Menggunakan
·
Menganalisis
·
Mentransformasi teks
Dengan adanya perubahan makna literasi, yang mana pasti
mengakibatkan perubahan pengajaran.
Makna dan literasi terus berevolusi dan sekarang maknanya semakin meluas dan
komplek. Sementara itu, rujukan linguistik dan sastra relatif konstan. Literasi
tetap berurusan pada penggunaan bahasa dan merupakan kajian lintas disiplin
yang memiliki 7 dimensi diantaranya :
1.
Dimensi geografis (lokal, rasional, regional).
2.
Dimensi bidang ( pendidikan, komunikasi, hiburan).
3.
Dimensi keterampilan (membaca, menulis, berhitung,berbicara).
4.
Dimensi fungsi (memecahkan masalah, mencapai tujuan).
5.
Dimensi media (teks, konteks, visual dan digital).
6.
Dimensi jumlah (satu, dua, beberapa ).
7.
Dimensi bahasa (etnis, lokal, nasional ).
Ada literasi
yang singular dan ada literasi yang plural. Kemudian ada 10 gagasan kunci
literasi yang menunjukkan paradigma literasi sekarang sesuai dengan zaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Gagasan itu diantaranya :
·
Ketertiban lembaga-lembaga sosial
Dalam
hidup bermasyarakat yang difasilitasi oleh lembaga sosial seperti RT, dan
sebagai mesin penggerak untuk menjamin ketertiban sosial. Lembaga ini perannya
dengan fasilitas bahasa sehingga muncul kekuasaan biroktat terhadap rakyat.
·
Tingkat kefasihan relatif
Setip
interaksi memerlukan kefasihan berbahasa dan literasi yang berbeda dan sangat
diperlukan untuk berinteraksi.
·
Pengembangan potensi diri dan pngetahuan
Literasi
ini membekali orang dalam berkemampuan dalam mengembangkan segala potensi
dirinya. Bahasa ibu adalah alat untuk berekspresi dalam lingkungan keluarga.
Pada tahap tinggi literasi ini membekali orang (baca:mahasiswa) kemampuan
memproduksi ilmu pengetahuan. Menulis akademik adalah bagian dari literasi yang
harus dikuasai oleh para sarjana.
·
Standar dunia
Dalam
persaingan global sekarang lebih merujuk pada mutu (bench-marking)di kembangkan
ketingkat internasional sehingga tingkat literasi suatu bangsa (baca :kualitas pendidikannya)
mudah dibandingkan dengan bangsa lain.
·
Warga masyarakat domokratis
Pendidikan
seharusnya menghasilkan manusia literatyakni manusia yng memiliki literasi
memadai sebagai warga negara yang demokratis.
·
Keragaman lokal
Mengenai
keragaman bahasa dan budaya lokal,sehingga membangun literasi dalam konteks
lokal. Jadi dengan wawasan global semakin sensitif terhadap keragaman lokal.
·
Hubungan global
Dalam
literasi tingkat tinggi ini bergantung pada 2 hal,yaitu:
1.
Penguasaan teknologi
2.
Penguasaan konsep atau pengetahuan.
·
Kewarganegaraan yang efektif
Literasi
ini akan membekali manusia berkemampuan menjadi warga negara yang efektif yang
mana mampu untuk mengubah diri, keluarga, lingkungan dan negaranya.
·
Bahasa inggris ragam dunia
Bahasa
inggris mudah di pahami oleh semua ihak melalui jaringan global di seluruh
dunia.
·
Kemampuan berpikir krisis
Literasi
bukan sekedar membaca dan menulis, melainkan menggunakan bahasa secara fasih,
efektif dan krisis.
·
Masyarakat simiotik
Simiotik
adalah ilmu tentang tanda. Sedangkan budaya adalah sistem nada, dan untuk
memaknai tanda manusia harus menguasai literasi simiotik.
Setelah
kita mempelajari 10 kunci literasi, dan pendidikan bahasa harus mengikuti 7
prinsip ini :
a.
Literasi adalah kecakapan hidup yang memungkin manusia berfungsi
maksimal sebagai anggota masyarakat.
b.
Lirasi mencakup kemampuan reseptif dalam upaya berwacana secara
tertulis maupun secara lisan.
c.
Literasi adalah kemampuan memecahkan masalah.
d.
Literasi adalah refleksi penguasaan dan apresiasi masalah.
e.
Literasi adalah kegiatan refleksi (diri).
f.
Literasi adalah hasil kolaborasi.
g.
Literasi adalah kegiatan melakukan interpretasi.
Sejak tahun 1999 Indonesia dalam proyek penelitian dunia
yang dikenal denagan PIRLS, PISA, TIMSS yang mana untuk mengukur literasi
membaca , matematika. Penemuan terpenting dari PIRLS 200 yang relevan tentang
literasi membaca siswa kelas IV Indonesia serta posisinya di bandingkan dengan
negara peserta lainnya. Kita dapat menarik pengajaran tentang literasi di
indonesia.
Dimana literasi
siswa Indonesia sangat jauh tertinggal dari negara lain, yang artinya
pendidikan nasional dikita belum bisa menghasilkan warga negara yang liberat
yang siap bersaing dengan negara lain. Diman pendidikan literasi adalah
investasi jangka panjang yang berfungsi untuk menjamin kehidupan sosial ekonomi
yang lebih baik. Tanpa ada kegiatan membaca, orang sulit menjadi penulis. Namun
banyak membaca tidak menjamin orang rajin menulis. Jadi lebih banyak ilmuan
daripada penulis.
Dalam konteks
pembelajaran literasi disekolah, misalnya kita harus melihat pemahaman guru
literasi dan penguasaan teknik pengajaran siswa. Artinya penguasaan tentang
literasi dan paedagogi pengajaran literasi harus dikusai oleh guru. Penelitian
Setiadi (2010) menemukan kenyataan seperti berikut :
1.
Dalam pembelajaran membaca dan menulis, para guru mengandalkan pada
buku paket dan kurikulum untuk materi mengajarnya.
2.
Pemodelan dalam kegiatan membaca dan menulis tidak baik dilakukan
oleh guru.
3.
Walaupun kualifikasi akademik guru sangat memahami, tetapi guru
tersebut tidak mendapatkan pelatihan yang memadai dalam kegiatan mengelola
kelas. Maka guru tersebut memerlukan latihan demi meningkatkan kualitas kerja
mereka.
Ujung tombak pendidikan literasi adalah guru dengan langkah
profesionalnya yang terlihat dalam enam hal, yaitu :
Komitmen
profesional, komitmen etnis, strategi analisis dan refleksi, efikasi guru,
pengetahuan bidang studi, dan keterampilan literasi dan numerasi.
Orang
literat adalah rang yang terdidik dan berbudaya. Rekayasa literasi adalah upaya
yang disengaja dan sistematis untuk menjadikan manusia terdidik dan berbudaya
lewat penguasaan bahasa secara optimal. Yang mana penguasaan bahasa adalah
pintu masuk menuju pendidikan dan pembudayaan. Contohnya sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal adalah sistem pertama untuk membangun yang pada
umumnya.
Perbaikan rekayasa literasi menyangkut empat dimensi,
yaitu :
a.
Linguistik atau fokus teks
b.
Kognitif atau fokus minda
c.
Sosiokultural atau fokus kelompok
d.
Perkembangan atau fokus pertumbuhan
Literasi meliputi keterampilan membaca dan menulis. Dengan demikian
rekayasa literasi berarti merekayasa pengajaran membaca dan menulis. Pengajaran
membaca dan menulis harus ada dalam empat dimensi yang saling terkait.
Pengajaran bahasa yang baik akan menghasilkan orang literat yang mampu
menggunakan empat dimensi secara seempak, aktif, terintegrasi.
Membaca dan menulis memmbutuhkan pengetahuan dan keterampilan.
Untuk menjadi “ literat ’’ itu adalah sebuah proses ‘ menjadi ’ secara
berkelanjutan yakni melalui pendidikan sepanjang hayat. Mengajarkan literasi
itu beratri mengajarkan kepekaan tekstual dan kultural teks lintas kelompok dan
lembaga. Dan seorang literat tidak sekedar membaca dan menulis, tetapi juga
terdidik dan mengenal sastra. Ketika tujuan pengajaran adalah penguasaan
pengajaran lisan, bahasa lisan yang efektif tetap harus memenuhi asumsi
kultural dalam bahasa yang dipelajari.
Kemudian pengajaran literasi pada intinya menjadikn manusia yang
secara fungsional mampu untuk membaca dan menulis, terdidik, cerdas, dan
menunjukkan apresiasi terhadap sastra.
Disini ada 3 paradigma pembelajaran literasi, diantaranya :
·
Paradigma decoding yang mana berfungsi sebagai pintu masuk
literasi, dan belajar bahasa dimulai dengan menguasai bagian-bagian
bahasa.contohnya siswa mampu membuat hubungan tulisan dengan makna.
·
Paradigma keterampilan yang
mana penguasaan morfem dan kosa kata adalah dasar untuk membaca. Contohnya
siswa dilatih reading comprehension sebagai dari penguasaan kosa kata.
·
Paradigma secara utuh yaitu kegiatan pengajaran makna secara utuh
tidak parsial. Contohnya siswa harus dihadapkan dengan teks otentik untuk
mendapatkan makna baru –bukannya bentuk (kosa kata) baru.
Kemudian paradigma sendiri artinya cara pandang dan pemaknaan
terhadap objek pandang (baca:pengajaran literasi). Perubahan sudut pandang akan
membawa konsekuensi ke metode dan teknik pengajaran pada kasat mata dan
hasilnya dapat di ukur.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi siswa di indonesia yang
sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain, sehingga untuk membangun
literasi harus diawali dengan guru yang profesional. Guru profesional hanya
dari pendidikan guru yang profesional juga, dan literasi juga bukan hanya pada
pembaca dan penulis. Tetapi literasi pada ujung-ujungnya adalah pada praktik
literasil. Jadi dengan demikian, perlu adanya perubahan paradigma pengajaran
literasi di jajaran pengambilan kebijakan. Perubahan paradigma adalah hijrah
intelektual,hijrah nalar karena perubahan zaman. Untuk melakukan perubahan
tersebut banyak cara yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki literasi yang
lebih baik, dan bisa berkembang di zaman berikutnya. Seorang guru berperan
penting untuk mengubah literasi siswa lebih baik lagi di tahun yang akan
datang.
0 comments:
Post a Comment