Tuesday, February 18, 2014



            Pada pertemuan kedua ini, pembahasan mengenai pendidikan bahasa, prosfek yang dituju ke depan dan hubungan antara text, context dan reader.
            Bahasa yang berada di dunia ini tdak hanya satu bahasa, melainkan lebih dari satu bahasa. Pendidikan bahasa terdiri dari bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Jerman, Korea, Perancis dan lain sebagainya. Semua itu merupakan pendidikan literasi.
            Bangsa yang menyukai sastra adalah bangsa yang besar. Hal ini karena sastra itu penting. Kesastraan memiliki pengaruh yang luar biasa besar pada berbagai bidang kehidupan: Sosian politik, teknologi hingga religi. Seperti yang tercantum pada buku “Menyemai Karakter Bangsa: Budaya Kebangkitan Berbasis Kesastraan”, oleh Yudi Latif. Bahwa sastra bukanlah isu usang untuk membentuk karakter suatu bangsa. Sesungguhnya sastra merupakan faktor terpenting dalam merekonstruksi sebuah ide besar tentang membangun peradaban suatu bangsa. Peradaban suatu bangsa tidak bisa lepas dari budaya literasinya. Budaya literasi saat ini di Indonesia mati suri. Sehingga, perlunya kebangkitan sastra di Indonesia.
            Berliterasi itu penting. Manusia yang berliterasi merupakan orang yang berpikir. Seperti yang Mr. Lala sebutkan, bahwa Korea Utara merupakan negara yang kaya. Produk yang mereka hasilkan, misalnya Samsung menyebar luas di mana-mana dan bahkan di Indonesia ini Samsung menjadi trend disemua kalangan. Korea mampu menciptakan suatu produk yang hebat karena memiliki warga yang cerdas. Wajar saja cerdas, karena mereka mempunyai literasi yang tinggi. Sehingga, dapat kita cermati bahwa literasi itu memang penting.
            Tentunya setiap orang mempunyai prosfek yang dituju ke depan, begitupun Mr.Lala. Pertama, scientist writing. Academic merupakan basicnya. Menulis itu sepert meditasi, yang mana harus mengumpulkan energi yang cukup susah. Kedua, critical writing. Dalam critical writing, kita tidak akan menelan mentah-mentah atas suatu bacaan. Sehingga, untuk beragumen atas suatu tulisan, kita cukup mengambil sebagian informasi yang akan kita pakai dan kita kembangkan ke dalam tulisan dengan penambahan data untuk memperkuat argumen kita.
            Dengan critical writing, kita ikut berpartisipasi dengan perdebatan  akademis. Ini lebih menantang dan beresiko. Kita harus menimbang-nimbang antara bukti dan argumen orang lain, dan memberikan konstribusi sendiri. Adapun yang kita perlukan dalam critical writing::
1.      Mempertimbangkan kualitas bukti dan argumen yang telah kita baca.
2.      Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan kunci, baik positif maupun negatif yang dapat kita komentari.
3.      Identifikasi cara terbaik yang mereka tenun ke dalam argumen yang sedang kita kembangkan.
Ketiga, yaitu student of language. Kita harus mentransformasikan diri dari student of language menjadi student of writing. Keempat, yaitu mengikat. Mengikat di sini yaitu mengikat ilmu. Jadi, menulis merupakan hal yang penting dan memiliki banyak manfaat. Salah satunya yaitu dapat mengkat ilmu. Menulis itu merupakan cara untuk mengetahui sesuatu, cara untuk merepresentasikan sesuatu dan cara untuk mereproduksi sesuatu. Dan semua itu akan menghasilkan informasi dan menghasilkan knowledge. Maka terbentuklah experience.
Jika seseorang memiliki kualitas yang bagus, maka writingnya pun akan bagus. Mahasiswa dalam memasuki kelas writing harus purposeful, jangan purposeless. Energi yang dibuang itu percuma jika tidak adanya ketulusan hati. Jika menulis tanpa jiwa dan hanya untuk memenuhi learning contract pun itu percuma. Maka, menulislah dengan hati, tujuan dan jiwa.
Menurut Mr. Lala Bumela, kita merupakan multilingual writer. Penulis yang tidak hanya dalam satu bahasadan bisa kritis terhadap keduanya. Kita mentransformasikan diri dari student of language menjadi student of writing.menulislah sebagai bagian dari hidupmu, maka kamu akan dapat mengubah dunia.
Kemampuan untuk menulis dengan baik bukan keahlian yang diperoleh secara alami. Keterampilan mnulis harus dipraktekkan dan dipelajari melalui pengalaman. Penulis terlibat dalam interaksi dua arah, antara terus-menerus mengembangkan pengetahuan, dan terus mengembangkan text (Bereiter and Scardamalia, 1987, Hal.12). sehingga, menulis akademik membutuhkan usaha, praktek dalam menyusun, mengembangkan dan menganalisis ide-ide.
Menurut Hyland (2004:4), menulis merupakan praktek berdasarkan ekspertasi: kesempatan pembaca mengekspertasikan tujuan penulis ditingkatkan jka penulis mengambil masalah untuk mengantisipasi apa yang pembaca mungkin harapkan berdasarkan text sebelumnya yang telah ia baca dalam jenis yang sama.
Writer dan reader sama halnya seperti dancers. Yang mana saling melengkapi satu sama lain. Sama halnya menurut Hoey (2001), seperti yang dikutif pada Hyland (2004), yang menyakan writer dan reader seperti dancer yang mengikuti langkah dancer satu sama lain, setiap memasang arti dari text dengan antisipasi apa yang kemungkinan dilakukan dengan membuat hubungan dengan text sebelumnya. Sehingga, penulis harus mengukur target dan mengira-ngira atau mengantisipasi apa yang akan ditulis. Reader dan writir harus membangun koneksi yang kuat. Koneksi tersebut disebut art. Reader dan reader merupakan pusat informasi makna.
            Terdapat tokoh yang berbeda dalam gambaran mengenai bahasa dan makna yaitu Saussure dan Barthes. Menurut Saussure, dimana bahasa merupakan sistem sendiri yang mana mendefinisikan makna dirinya sendiri. Barthes melihat peran orang-orang yang berlatih/praktek dalam kegiatan linguistik juga menjadi pusat dalam pembentkan makna.
Menurut Barthes, penulis bukan menulis sebelumnya yang melakukan tindakan menulis, tetapi mengambil bentuk sebagai salah satunya ketika menulis. Untuk menyelesaikan “ The Death of the Author”, Barthes menyatakan kematian penulis sekaligus menyatakan lahirnya pembaca. Pembaca memiliki kedudukan penting yang dijadikan inti dari pembentukan makna dan membaca menjadi tempat di mana makna dimiliki. Penulis bukan merupakan agen bebas dalam memproduksi makna.
Konteks kelhatan sebagai dasar terpisah dari text, yang mana dalam perannya tentunya merupakan jenis tambahan informasi yang dapat menjadi bantuan dalam memahami suatu text. Konteks seringkali dipahami sebagai beberapa elemen external pada text, khususnya dasar menurut sejarah dan sosial di mana text diproduksi.konteks termasuk semua faktor yang writer dan reader bawa ke dalam proses dalam pembentukan makna.
Text merupakan tempat di mana berjuang untuk menghasilkan makna. Mereka tidak berisi kode yang terus menerus, tidak ada dari mereka yang mempunyai gambaran sebelumnya tentang makna.
Oleh karena itu, hubungan antara text, context dan reader dapat menjadi poin keberangkatan dalam mencari pembentukkan makna. Text ditentukan oleh factor utama yang berkaitan dengan pembuatan mereka dan bacaan. Context diproduksi di antara sesuatu yang lain, bahasa yang tersedia dan keterbatasan atas suatu hal yang tidak berkesinambugan satu sama lain, literasi dan arti ketentuan lain, komitmen penulis dan penulis dari suatu text. Context bacaan dalam perubahan termasuk niat pendengar text, reader ditujukan dalam text, tekanan tercipta oleh publishing dan lembaga penyalur dan juga kebiasaan pembaca text, dengan kualitas mereka.
Guy Cook, seorang ahli bahasa mengkarateristikan situasi bahasa dalam konteks. Kamu sebagai pembaca tidak melihat aku sebagai penulis, apa yang aku lakukan ketika menulis, kamu sebagai pembaca hanya bisa menikmati hasil dari informasi yang saya itu. Jadi maksudnya, apa yang dilakukan penulis, pembaca tidak akan tahu.
Jadi,bangsa yang menyukai sastra adalah bangsa yang besar. Sastra merupakan factor terpenting dalam merekonstruksi sebuah ide besar tentang membangun peradaban. Dalam menulis kita harus dengan hati, tujuan dan jiwa. Reader dan writer harus membangun koneksi yang kuat. Meaning bisa dibangun karena kolaborasi antara writer dan reader. Kemudian, hubungan antara text, context dan meaning yaitu text berada pada writer dan context berada pada reader. Dengan adanya text, context dan reader maka akan membentuk meaning. Meaning antara reader dan writer terkadang berbeda, karena sesuai dengan experiencenya masing-masing.

0 comments:

Post a Comment