Sunday, June 8, 2014

10:02 PM


10th Class Review
Written by Muhammad Saefullah

Menjadi penulis itu keren. Ide dan pemikiran bisa menjadi mahakarya yang spektakuler, hanya orang-orang tertentu lah yang bisa menjadi penulis, seharusnya setiap insan juga sadar dari potensi yang dimiliki. Kebanyakan dari kita tidak sadar akan bakat yang dimiliki, terlalu naif jika sebelum mencoba sudah menyerah duluan, lebih baik mati dalam peperangan dari pada bunuh diri sebelum berperang. Tanpa diduga, lembaran kertas sudah terpenuhi dengan tinta hitam yang berisi gagasan, ide, dan pemikiran yang eksploratif, padahal penulis class review ini seperti tidak ada bakat dalam tulis-menulis.
Survive, kata-kata itu cocok sekali mengawali paragraf dua ini, ratusan lembar telah dihasilkan dari perjuangan yang hampir mencapai titik akhir. Kerja keras telah menjadikan penulis sosok yang keren di berbagai aspek, eksistensi penulis melambung bahkan namanya kini ada di list hasil pencarian artikel. Keren bukan? Sekalian numpang tenar di media sosial, hasil ini merupakan salah satu stimulus untuk memompa semangat tulis-menulis, bahkan sekarang penulis bergerak lebih jauh lagi dalam upaya penggalian sumber-sumber sohih. Argumentative essay pun kini menjadi “santapan empuk” untuk tiga pekan terakhir, pastinya akan menambah sosok keren saya.
Ayo bapak-bapak ibu-ibu... dipilih saja sayurnya, masih segar ini dan bisa bertahan hingga tiga pekan yang akan datang, ada define the topic, limit the topic, analyse the topic dan yang lain sebagainya. Nampaknya suasana tersebut hanya terjadi di pasar Writing, orang-orang akan meracik bahan-bahan itu menjadi sebuah hidangan argumentative essay. Masakan itu rencananya akan dihidangkan kepada Chef Lala sebagai makanan penutup dari satu semester ini, hasil yang sedap pun harus disiapkan untuk memberikan kesan terakhir yang baik.
Sebelum memasak hidangan argumentative essay lebih lanjut, alangkah baiknya kalau mengetahui hidangan apa sih argumentative essay itu. Masakan ini ialah merupakan jenis dari menulis yang membutuhkan pelajar menyelidiki topik, mengumpulkan, menghasilkan, dan mengevaluasi fakta-fakta, dan membangun posisi pada topik dalam cara yang ringkas. Masakan ini hampir terjadi kebingungan antara argumentative essay dan expository essay. Dua aliran ini hampir sama, tetapi argumentative essay berbeda dari expository essay dalam jumlah pre-writing (penemuan) dan penelitian yang berbelit-belit. Argumentative essay secara umum ditandai sebagai puncak atau akhir proyek di tahun pertama menulis atau komposisi pelajaran yang maju dan panjangnya yang berbelit-belit, penelitian yang mendetail. Expository essay kurang berbelit-belit penelitiannya dan lebih pendek dalam kepanjangannya. Expository essay juga sering digunakan untuk latihan kelas writing atau tes seperti GED atau GRE.
Dalam menulis argumentative essay ada hal yang sangat penting dan menjadi target utama. Penulis harus mengajak pembacanya untuk mempertimbangkan sudut pandang penulis, meskipun pembaca mungkin tidak setuju dengannya. Menulis essay jenis ini tentunya membutuhkan perhatian dan ketrampilan. Kita perlu untuk menunjukkan respek kepada sudut pandang lain yang melawan, penulis juga butuh ketrampilan untuk memilih kosa kata secara hati-hati dan semuanya itu harus ditulis dengan jelas dan masuk akal.
Seperti yang penulis sebutkan tadi dalam pasar Writing, menulis argumentative essay itu harus define the topic. Beberapa topik sangat perlu untuk didefinisikan, contohnya seperti topiknya itu “haruskah sekolah itu mengembangkan pendidikan moral?” maka penulis harus bisa menjelaskan pengertian dari pendidikan moral itu sendiri.
Setelah mendefinisikan topik yang dibuat, baru penulis membatasi judulnya. Argumentatuve essay perlu pembatasan. Sebagai contohnya jika judulnya itu tingkatan menulis dan thesisnya mengatakan “guru tidak harus menggunakan tingkatan menulis”, pembaca mungkin kaget apa yang dimaksud penulis “semua guru-guru dari berbagai level mulai TK sampai kuliah” atau “hanya guru-guru tertentu” yang tidak harus menggunakannya.
Penulis juga butuh yang terakhir ini, analyse the topic. Sebelum penulis memutuskan sudut pandangnya, isu-isu yang akan menjadi topik harus dianalisis secara komprehensif. Sebagian besar topik argumentative mempunyai dua sudut pandang yaitu setuju dan tidak setuju, dan bisa dinyatakan sebagai yes/no question, seperti contohnya “haruskah pelajar SMA bekerja selama masa sekolahnya?.
Contoh pendapat yang mendukung pelajar SMA itu harus belajar ialah karena mereka bisa membantu untuk kuliah, mereka bisa mempunyai teman-teman baru, belajar tanggung jawab, dan mereka mungkin menemukan karir untuk dirinya. Namun, ada juga yang tidak sependapat kalau siswa SMA harus bekerja, alasannya ialah karena mereka akan lebih baik kualitasnya jika mereka tidak bekerja, dan siswa-siswa bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Bagaimanapun juga, untuk memasak argumentative essay penulis butuh saran dari master chef yang sudah berpengalaman. Sebelum membuat keputusan akhir tentang sudut pandang penulis, karena hal itu merupakan ide bagus untuk mengevaluasi kekuatan dan alasan yang mendukung penulis yang sudah diurutkan. Alasan yang kuat itu salah satunya ialah keyakinan, relevan, dan penting. Penulis bisa menggunakan pertanyaan: apakah benar? Apakah berhubungan dengan jelas topiknya? Caranya itu, atau akibatnya sudah nyata? Untuk mengidentifikasi kebenaran dari semua hal.
Yang harus ditulis selanjutnya ialah thesis statement. Thesis statement pada argumentative essay harus berisi sebuah opini. Opini-opini itu biasanya diungkapkan dengan modal verb “should” atau penilaian seperti “good” dan “bad”. Contoh thesis statement ialah “teenagers should have part-time jobs”, atau bisa juga “part-time work is good for teenagers”.
Thesis statement yang lengkap berisi alasan-alasan, atau supporting argument. Seperti halnya contoh berikut: majikan ingin sekali untuk bekerja, mereka itu fleksibel, dan mereka puya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk melakukan banyak catatan tingkatan pekerjaan. Thesis statement juga mungkin berisi sudut pandang yang berlawanan , ketika beberapa orang itu mengatakan anak muda/remaja tidka punya etika bekerja yang  baik, majikan harus menggajinya karena mereka ingin sekali untuk bekerja, fleksibel dan sebagainya. Jadi, alasan-alasan yang dingkapkan pada thesis statement akan mendukung sudut pandang penulis yang lebih kuat.
Akhirul kalam, dapat disimpulkan bahwa dari pembahasan class review kali ini tentang argumentative essay. Bebrapa pertemuan yang tersisa mungkin akan bergelut dengannya, argumentative essay juga hampir sama dengan expository essay, namun ada perbedaan yang prinsipil. Penulis bisa menggunakan daya, fakta, tabel dan sebagainya untuk memperkuat tulisan, sehingga argumen bisa diterima dengan akal secara logis, dan yang harus diingat oleh penulis bahwa tujuan akhir dari argumentative essay bukan lain untuk mengajak pembaca satu pemikiran dengannya.

0 comments:

Post a Comment