Sunday, June 8, 2014

10:05 PM


11th Class Review
Written by Muhammad Saefullah

            Pelan namun pasti mata ini akan terbuka lebar dengan kebobrokan Indonesia. Lagu yang menjadi bukti perjuangan (dari sabang sampai merauke) bangsa Indonesia bergejolak menuju titik jenuh. Indonesia harus sadar dan terbangun bahwa tipu muslihat negara-negara Eropa terus mengincar. Indonesia kini menjadi sasaran tembak yang “empuk” dari negara-negara penguasa untuk mengeruk sumber daya alam.
Berbagai sumber yang sudah dibaca telah menyadarkan sedikit generasi muda. Betapa tidak, Papua yang menjadi salah satu wilayah NKRI yang sedang berjihad hanya beberapa orang yang mengetahuinya. Artikel-artikel yang menuliskan tentang Papua nampaknya membuat bingung generasi pemula yang mendalami kasus ini, begitu kompleksnya masalah yang hingga sekarang terus berlangsung, informasi yang memberikan isu ikhwal Papua harus dipilih terlebih dahulu karena banyak unsur pribadi yang dituis. Ekonomi, politik, budaya, dan sosial mewarnai kasus Papua yang semakin bergulir bak bola panas, dengan bagaimana caranya Indonesia harus memertahankan.
            Pandangan terfokus seketika saat melihat salah satu artikel yang diterbitkan di internet oleh Global Review Institute. Artikel ini menjelaskan dengan gamblang masalah-masalah di dunia internasional, bahkan ironisnya lagi masalah Papua yang menjadi sorotan dunia. Papua menjadi wilayah rebutan dari negara-negara berkuasa yang ingin menjarah kekayaannya.
            Global review menjelaskan abhwa kerusuhan-kerusuhan yang ada di Papua sampai saat ini gara-gara empat negara yaitu Australia, Inggris, Belanda, dan Amerika Serikat. Pendapat ini bahkan didukung oleh bapak linguistik dunia Noam Chomsky, kritikus dunia ini mengatakan skandal besar yang ada di Papua selama ini ialah akibat dari Amerika dan Australia. Australia sebelumnya sudah berhasil memerdekakan Timor Leste dari Indonesia, sekarang mempunyai misi untuk lebih memperkuat ekspansinya.
            Lewat gerakan masyarakat yang tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka terus menyuarakan kemerdekaan. Inggris sangat mendukung Papua merdeka karena beberapa waktu lalu kantor OPM ini resi dibuka di Oxford, kantor tersebut membuktikan secara tidak langsung mendukung dan berkomitmen untuk membantu memerdekakan Papua. Negara lainpun juga sudah dibangun kantor-kantor.
            Semakin banayk mendapatkan sumber informasi Papua, maka semakin bingung untuk membuktikan kebenaran. Seperti yang diketahui oleh Amerika yaitu lewat produk googlenya, saat mencari info tentang Papua data-data yang mutakhir ternyata tidak bisa diaksess oleh orang pribumi dan disimpan oleh Amerika karena takut membahayakan negaranya, akibatnya postingan asal-asalan mewarnai dunia blog mengangkat kasus Papua.
            Perlu dicatat oleh bangsa Indonesia bahwa perusahaan di Papua itu salah satu cara eropa menghancurkan Indonesia. Tanpa kita sadari keberadaan Freeport dan BP merupakan sumber masalah yang nyata, berbagai konflik akan terus mencuak ke permukaan selama kedua perusahaan tersebut masih melenggang bebas di tanah Cendrawasih. Coba bayangkan seandainya pemerintahan yang dipimpin oleh Soeharto tidak mengeluarkan UU infestor asing yang boleh bisnis di Indonesia, pasti tidak ada perusahaan yang berjumlah 150 lebih menduduki Papua, tidak ada pro dan kontra sesama rakyat Indonesia karena adanya perusahaan telah mengakibatkan suasana yang memanas.
            Indonesia harus siap dengan berbagai kemungkinan. Skenario yang dibuat oleh negara yang ingin Papua merdeka sangat rapih, Amerika bahkan sedang menyiapkan manuver-manuvernya untuk menggoalkan misinya. Global review menyebutkan salah sastu badan Intelijen Amerika yang tergabung dalam Rand Corporation telah mengusulka Indonesia untuk dipecah menjadi delapan bagian, usulan ini jangan dianggap enteng karena Rand Corporation ini merupakan lembaga resmi yang ada di Amerika dan diawasi oleh Pentagon. Jadi tidak menutup kemungkinan rencana ini akan dijalankan.
            Bukti lain menyebutkan bahwa kasus Papua cepat atau lambaat akan segera diinternasionalisasi. Lagi-lagi dalangnya ialah Amerika, sejak kepemimpinan Obama baru berjalan berita ini santer didengar, Amerika sangat menjunjung tinggi HAM . entah mengapa kebetulan atau disengaja kasus di Papua juga berkaitan dengan HAM, kejadian ini mempermudah Amerika untuk membawa kasus ke dunia internasional yang mana akhirnya nanti Indonesia terpojokkan dan harus melepas Papua. Kalau negara ini lepas dari NKRI negara-negara tetangga akan berlomba untuk merebutnya karena alamnya yang sangat kaya.
            Indonesia akan menangis dan negara penguasa akan bahagia. Titik akhir dari perdebatan Papua jangan sampai Indonesia menangis dan tinggal namanya saja, sejarah telah tergores oleh para pejuang dengan begitu rapih jangan sampai rusak dan sia-sia perjuangan mereka. Dengan semangatnya yang begitu menggebu-gebu bung Karno rela untuk merebut dna memperjuangkan Papua kembali ke Indonesia, TRIKORA yang sudah dilahirkan menjadi skasi bisu yang diharapkan agar bisa memotivasi bangsa menjaga keutuhan NKRI.
            Inilah agenda pemerintah RI yang terbengkalai selama bertahun-tahun. Indonesia butuh pemimpin yagn berani dan tegas unutk menyelesaikan masalah Papua, jangan sampai masalah ini berlarut-larut hingga generasi mendatang. Banyak jalan untuk menyelesaikan konflik ini, pertama pemerintah dengan segera mengadakan dialog antar orang Papua dengan perwakilan pemerintah agar adanya transparansi. Kedua, pemerintah juga harus menghargai orang asli Papua dan lebih memperhatikannya agar tidak ada lagi suara-suara referendum, dan masih banyak lagi cara lainnya. Jadi, dengan cara apapun mempertahankan Papua dari NKRI memang sudah menjadi harga mati tanpa kompromi.

0 comments:

Post a Comment