Friday, May 23, 2014

11:04 PM



Agenda pada pertemuan kali ini adalah konsultasi mengenai tulisan yang sedang ‘digarap’ dan mengetahui sejauh mana perkembangan informasi ynag diperoleh dalam mengumpulkan alasan serta bukti sebagai pendukung.  Secara bergiliran setiap mahasiswa melaporkan perkembangannya, dosen memberikan saran dan memberi petunjuk  mengenai hal – hal yang perlu ditambahkan untuk argumentative essay. Dari kegiatan konsultasi ini dapat diketahui secara detail kekurangannya dan untuk menunjukan thesis yang sudah dianggap workable yang bisa dikembangkan kedalam argumentative essay-I laik dis one.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang sangat essensial. Penulisan suatu tulisan tidak dilakukan dengan menggunakan asas ‘asal jadi’ tapi tulisan yang baik harus mempunyai makna yang terkandung dalam tulisan tersebut. Hal yang tidak boleh diabaikan juga mengenai target atau sasaran sebuah tulisan ditujukan untuk siapa dan untuk apa ? orang yang dijadikan subjek sebagai pembaca itulah yang menjadi tolak ukur bagus tidaknya suatu tulisan. Tidak heran jika kebanyakan mahasiswa memprioritaskan tulisannya untuk dosen karena memang pembaca yang akan menilainya adalah dosen. Tidak sedikit orang yang ingin menjdi penulis, termasuk mahasiswa yang ada disini. Oleh karena itu, sangat mengapresiasi sekali ketika Mr. Lala ingin melakukan ‘syiar’ tentang menulis. Ini adalah bisnis yang sangat besar dan yang kami tunggu-tunggu kelanjutannya.
Ada beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan kali ini. Adapun beberapa poin yang dibahas dalam pertemuan ini yaitu :
Reasoning and Evidence
Dalam sebuah argumentative essay tentu tidak akan terlepas dari reason atau alasan yang  menyebabkan seseorang berargumen. Banyak kriteria dari sebuah alasan untuk dinyatakan sebagai alasan yang kuat, antara lain dapat diterima oleh akal (logis), dapat dipercaya, dan sebagainya. Selain itu, pemberian bukti –bukti yang banyak dapat memperkuat alasan yang dipaparkan dan dapat lebih menyakinkan pembaca.  Berikut ini ada dua hal yang berkaitan dengan pembahasan mengenai papua :
a.    Peran media dalam mempengaruhi kasus di Papua
Media menjadi kekuatan besar dalam propaganda sebuah Negara dan  juga mempunyai kemampuan untuk menjadi investigator dalam sebuah isu. Media mempunyai kemampuan untuk membangun opini publik yang  dapat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap sebuah isu yang diangkat. Penilaian ini juga berkaitan dengan kondisi pihak yang terlibat di dalamnya. Sehingga kehadiran media ini bisa digunakan untuk publisitas atau juga pembunuhan citra seseorang ataupun suatu negara. Lebih parahnya, bagi masyarakat awam dengan kemampuan filter berita dan tingkat pemahaman rendah, apa yang disajikan bisa merupakan fakta dan dengan mudah mereka menjadi “korban media”. Seperti halnya yang terjadi di papua, masyarakat di sana mudah tehasut oleh berita mengenai kekerasan dan pelanggaran HAM yang marak diberitakan oleh media, sehingga muncul pandangan untuk merdeka. Itu semua dapat disebabkan karena pengaruh media.
Pemberitaan oleh media bisa melahirkan kecenderungan munculnya pemikiran, kebiasaan dan sikap baru dalam menanggapi suatu hal. Kekuatan media internasional ini juga berkesinambungan dengan kekuatan negara yang ada di belakangnya. Kemampuan media untuk membangun opini publik mempertegas fakta bahwa media membawa pengaruh yang besar bagi eksistensi sebuah Negara. Tidak dapat dipungkiri, media dapat menjatuhkan citra pihak tertentu hanya dengan sekali pemberitaan. Sebuah berita kecil dapat dibesar-besarkan sedangkan hal yang sebenarnya penting bisa dianggap biasa saja. Kasus yang terjadi di papua juga tidak terlepas dari pengaruh media yang terlalu mendramatisir setiap kejadian, sehingga terkesan sangat kejam dan melebih-lebihkan. Itu merupakan salah satu penggunaan media sebagai pengalihan isu yang menjadi hal negatif dari media.
Berbicara mengenai papua, tidak akan terlepas dari sejarah karena itu adalah aspek yang akan sangat dipengaruhi. Namun tidak hanya sejarah, hal lain yang bisa terkena imbasnya adalah budaya.  Sebagaimana dikatakan seorang antropolog, Evans-Pritchard (1961), bahwa “sejarah adalah budaya dan budaya adalah sejarah”. Dengan kata lain, sejarah adalah produk budaya, sebaliknya budaya merupakan produk sejarah.
Sejarah sebagai asset. Asset di sini bukanlah sebatas berkaitan dengan kekayaan saja. Tapi lebih dari itu, bagaimana sebuah asset ini mewariskan dan menjaganya pada generasi yang akan datang. Sampai saat ini, sejarah masih ditangkap pengertiannya sebatas pada sebentuk kepurbaan (archaic), urutan tahun, serta rupa-rupa peristiwa dan tokoh besar. Adapun budaya sendiri masih diidentikkan dengan seni tari dan musik daerah. Padahal sejarah dan budaya bisa diintegrasikan dalam sebuah satu kesatuan yang saling berkaitan. Mengerdilkan sejarah sama halnya mengerdilkan budaya bangsa sendiri. Maka itu, ingatlah pesan Bung Karno: “jangan sekali-kali melupakan sejarah”.
b.    Peran perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional yaitu suatu perusahaan yang berbais disuatu Negara (Negara induk) akan tetapi perusahaan itu memiliki kegiatan produksi ataupun pemasaran cabang di Negara-negara lain (Negara cabang). Perushaan multi nasional atau multinational corporations (MNC) menjadi fenomena yang dominan dalam hubungan inetrnasional saat ini terkait dengan adanya globalisasi perdagangan dan perkembangan perekonomian dunia. Seperti british petroleum, Philips, coca-cola, dan sebagainya.
Namun, dalam pelaksanaan kegiatan ekonominya perusahaan multinasional juga mempunyai dampak negative, antara lain :
·         Perusahaan-perusahaan multinasional sangat kuat menjalankan kepentingan ekonomi untuk kepentingan mereka sendiri.
·         Perushaan multinasional ini tidak tertarik untuk menunjang usaha pembangunan suatu Negara.
·         Berpotensi besar merusak perekonomian tuan rumah dengan cara menekan timbulnya semangat bisnis para usahawan lokal.
·         Dapat mengurangi penghasilan devisa, baik dari sisi neraca transaksi maupun neraca modal.
Salah satu perusahaan multinasional yang beroperasi di daerah papua yaitu PT. Freeport Indonesia (FI). Warga yang bertikai menuntut penutupan PT. FI karena dinilai tidak memberikan keuntungan yang adil bagi warga lokal. Menurut mereka, sejak Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Irian Barat 1969 dilaksanakan, Pepera telah melenceng jauh dari amanat rakyat Papua. Kemudian, kontrak yang dilakukan Pemerintah Indonesia bersama PT. FI mereka nilai tidak mengakomodasi hak rakyat Papua.
Definite Evidence
Sebuah argumentative essay harus banyak didukung oleh adanya bukti yang bersifat akurat. Fakta-fakta tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dari bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar, atau internet), wawancara atau angket, penelitian atau pengamatan langsung melalui observasi.
Sebuah karangan argimentatif yang baik biasanya mengemukakan alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, dan sejenisnya, digunakan penulis untuk memengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, dan keyakinannya. Dalam argumentatif, penulis menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan dan alasan yang kuat dengan maksud agar pembaca terpengaruh. Keberadaan data, fakta, dan alasan sangat mutlak dalam karangan argumentasi. Bukti-bukti ini dapat berupa benda-benda konkret, angka statistik, dan rasionalisasi penalaran penulis.
Working Thesis
Apakah thesis statement? Thesis statement adalah satu atau dua kalimat yang berisi topik (topic), klaim (claim) dan alasan (reason). Kalimat yang bernama thesis statement sebenarnya selalu ada di sebuah tulisan. Bentuk thesis statement ini dapat tersurat dan tersirat. Hal ini dibutuhkan karena klaim dan alasan topik harus dibuktikan pada bagian body of paragraph dan pembuktian itu dijabarkan secara ringkas di dalam kesimpulan. Pembahasan ini akan lebih gamblang dengan mengambil berbagai contoh dari koran dan majalah. Dengan menempatkan diri sebagai pembaca, seorang penulis dapat juga melihat thesis statement penulis lainnya tentang bagaimana mereka meletakkan thesis statement itu dan bagaimana cara memberikan bukti-bukti. Hubungan antara thesis statement dan setiap paragraf berupa sebuah paragraf yang efektif. Di dalam sebuah paragraf yang efektif, terdapat empat hal yang mendasar:  kesatuan, hubungan yang jelas dengan thesis statement, adanya kepaduan dan pengembangan paragraf yang baik.

Dari pemaparan beberapa hal diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa sebuah argumentative essay tidaklah dapat berdiri sendiri, melainkan harus ditopang oleh adanya alasan, bukti, fakta yang kuat agar pandangan yang disampaikan mengenai suatu hal dapat diterima oleh orang lain. Adanya unsure-unsur diatas dapat mempengaruhi pembaca untuk ikut masuk dalam pandangan seorang penulis. Tentunya untuk mewujudkan semua hal tersebut harus mencari beberapa sumber informasi, antara lain melalui bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar, atau internet), wawancara atau angket, penelitian atau pengamatan langsung melalui observasi.



0 comments:

Post a Comment