Wednesday, May 14, 2014




Pertemuan ketujuh sudah berlalu, pertanda bahwa pembelajaram writing disemester ini sudah berlangsung hampir melewati tengah semester. Masih panjang perjuangan yang harus dilewati, bukan hanya sekedar melewati tapi harusnya bisa menaklukan setiap tantangan yang ada. Pada pertemuan kali ini bertemakan ‘peer review is a must’. Dari tulisan itu pun sudah bisa diketahui bahwa kegiatan inti yang akan dilaksanakan berkaitan dengan mereview teks critical yang tentunya masih mengenai perseteruan  howard zinn dan columbus. Pada critical harusnya lebih diutamakan berdasarkan sudut pandang penulis (disini yang dimaksud yaitu mahasiswa) bukan pendapat dari orang lain.
 Semula proses mereview berjalan seperti biasa, tapi semakin lama semakin terasa muncul beberapa kendala begitupun halnya dengan kesalahan yang ada pada lembar critical. Satu hal yang dilupakan oleh hampir seluruh mahasiswa yaitu tidak mencantumkan secara eksplisit mengenai generic structur critical. Alasannya bukan karena disengaja tapi karena kurang teliti dalam membaca silabus dan dugaan yang tidak mengharuskan penulisan generic structure seperti teks artikel pada umumnya.
Di dalam kelas writing, selalu memberikan informasi-informasi baru seperti yang bisa dilihat pada slide powerpoint bahwa salah satu tugas utama penulis adalah untuk mengungkap kemungkinan-kemungkinan pemahaman  baru. Untuk menjangkau bentuk-bentuk dari pemahaman baru, diantaranya  meliputi tiga tahap penting yaitu  meniru (emulate ), menemukan (discover ), dan membuat (create). Menulis memang bukanlah hal yang mudah, seseorang biasanya akan mulai menulis melalui tahap meniru tulisan orang lain. Setelah melewati tahap meniru, seseorang akan menemukan style atau ciri pada tulisannya, kemudian tahap membuat setelah melakukan tahap-tahap sebelumnya.
Bukan hanya seperti yang disebutkan diatas, menulis juga adalah masalah menciptakan atau menghasilkan sumber daya (affordances) untuk menggali sumber baru dan mengeksplorasi potensi makna seperti sosial, agama, dan lainnya. Menulis adalah sebuah semogenesis atau meaning making practice. Dari semua hal tersebut, ada hal lain yang tidak kalah penting yaitu thesis statement  merupakan tahapan yang sangat penting untuk membuat dialog awal mengenai hal yang diharapkan oleh pembaca. Thesis statement ini sebagai batu loncatan (milestone) untuk pembaca agar dapat meloncat lebih tinggi (jump higher), maksudnya supaya pembaca lebih cepat memahami tulisan tersebut.
Dalam bukunya Ken Hyland, Rohman (1965: 107–8) menulis bahwa  ‘Good writing’ is that discovered combination of words which allows a person the integrity to dominate his subject with a pattern both fresh and original. ‘Bad writing’, then, is an echo of someone else’s combination which we have merely taken over for the occasion of our writing . . . ‘Good writing’ must be the discovery by a responsible person of his uniqueness within his subject. Diketahui bahwa menulis yang baik ketika menemukan kombinasi kata yang asli atau benar-benar dari dalam dirinya bukan kombinasi dari tulisan orang lain.
Komentar Milan Kundera (di L'Art duroman, 1986): to write, means for the poet to crush the wall behind which something that ``was always there'' hides. Maksudnya  bahwa dalam  menulis, untuk mengetahui sesuatu yang ada di belakang didnding berarti  harus menghancurkan dinding tersebut. Dalam memahami dan perubahan nilai akan ada tujuan baru untuk menghancurkan dinding yang menghalangi lalu menemukan rahasia yang tersembunyi dibalik dinding tersebut.
Dalam hal ini, tugas penyair tidak jauh berbeda dari sejarawan, yang juga lebih terfokus pada menemukan dari pada menciptakan. Seperti dalam sejarah, penyair pun mengungkapkan situasi yang selalu baru, beberapa hal dalam kehidupan manusia yang kemungkinan masih tersembunyi sampai sekarang ini.
 Mengenai sejarah, ada masalah yang muncul untuk pencarian fakta yang sebenarnya. Ini adalah misi para penyair, untuk mengembangkan misi ini penyair tidak harus menuruti kebenaran yang belum diketahui sebelumnya. Suatu kebenaran bisa dikatakan sudah jelas jika kebenaran tersebut sudah mengambang dipermukaan atau sudah banyak orang yang mengetahuinya dalam arti tidak ada fakta yang disembunyikan. Jadi, dalam menentukan suatu kebenaran tidaklah mudah. Seperti yang dikatakan diatas, untuk mengetahui kebenaram harus mengahncurkan terlebih dahulu dinding yang menghalanginya.
Sejarah sebagai hasil rekonstruksi intelektual dan imajinatif sejarawan tentang apa yang telah dipikirkan, dirasakan, atau telah diperbuat oleh manusia, baik sebagai individu maupun kelompok berdasarkan atas rekaman-rekaman lisan, tertulis atau peninggalan sebagai pertanda kehadirannya di suatu tempat tertentu. Sebagian besar tulisan sejarah menunjukkan hal tersebut seperti penggambaran rekayasa sejarah. Subjektivitas dalam sejarah merupakan sesuatu yang tidak dapat di pisahkan juga, karena penulis tidak mungkin bisa lepas dari nilai yang  di yakini oleh seorang penulis tersebut. Mereka tidak bisa lepas dari nilai politik dan etnis dimana penulis  tersebut berada.
Sejarah sebagai proses penciptaan manusia yang tidak akan pernah putus dan tanpa akhir.  Dalam  hal ini, literasi sebagai jembatan atau self discovering. Menurut Murray (1985) and others, There is an underlying assumption that thinking precedes writing and that the free expression of ideas can encourage self-discovery and cognitive maturation. Jadi, dalam mendasari suatu pemikiran dan mengekspresikan ide melalui menulis dapat menemukan diri dan mengembangkan aspek kognitif.
Dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa penulis dalam menghasilkan sumber yang baru dan mengeksplorasi potensi meliputi tiga tahap penting yaitu  meniru (emulate ), menemukan (discover ), dan membuat (create). Menulis suatu kebenaran untuk mengetahui sesuatu yang ada di belakang dinding berarti  harus menghancurkan dinding yang menghalangi lalu menemukan rahasia yang tersembunyi. Dalam hal ini, tugas penyair, ahli bahasa, dan sejarawan mempunyai tugas yang sama yaitu  menemukan sesuatu hal yang tersembunyi. Suatu kebenaran bisa dikatakan sudah jelas jika kebenaran tersebut sudah  tidak ada fakta yang disembunyikan lagi.


0 comments:

Post a Comment