Saturday, May 10, 2014

10:25 PM
Class Review 9
Analysis data terhadap Papua
Perubahan yang signifikan dengan menghitung waktu, nyatanya negara tercinta ini terbilang hitam putih. Ibarat sehelai kain, jika kain tersebut dibatik maka kain ini mempunyai arti khusus. Dan sebaliknya jika kainnya masih belum terisi atau polos, maka kain tersebut mempunyai arti umum. Sama halnya dengan negara ini banyaknya perbedaan dapat memicu sebuah konflik, dan jika tidak adanya perbedaan bukan bernama hidup, kita ini hidup di dunia banyak berbagai perbedaan yang kita kenal dengan “berbeda-beda tetapi satu jua”.
Suatu kekuatan menjadi amunisi perdamaian yang abadi, jika nyatanya begini karena banyaknya seseorang yang berwenang tergoyah untuk menguatkan mereka. Suatu hal yang terungkap dari artikel “Don’t use your data as a pillow”, yaitu BP tidak mau memberikan uang, militer seharusnya focus terhadap Papua, akan tetapi malah focus ke BP, dan diantara nasionalisme dan HAM. Hal yang mengejutkan nyatanya Denny Yomaki meneliti kekeringan disana, akan tetapi terjadi sesuatu yang tidak disangka di sana pun sedang banyak percecokan tentang amunisi di tanah Papua, yang nyatanya sedang diperdebatkan.
Terdapat beberapa pembicaraan bahwa kepolisian Indonesia belakangan mengaku telah menerima dana jutaan dollar dari PT Freeport Indonesia untuk mengamankan kegiatan pertambangannya di Papua. Kapolri Jenderal Timur Pradopo bahkan menyebut bahwa dana tersebut dialokasikan sebagai dana keamanan. "Itu dana operasional yang diberikan langsung kepada personil kepolisian untuk membantu kebutuhan mereka," ujarnya.
Pada paragraf  ke 27 memberikan penjelasan tentang O’Reilly, bahwasannya adanya pembunuhan dalam serangan yang terjadi ketika itu. Apakah serangan tersebut direncanakan bertepatan dengan kunjungan O’Reilly? Nyatanya para agen militer Indonesia yang mengerahkan milisi ini telah mengirimkan surat kepada mereka dengan instruksi untuk meluncurkan serangan, ketika O’Reilly berkunjung.
Selanjutnya ketika O’Relly berkunjung, John Rumbiak pun berusaha melerai dengan menyediakan lebih banyak konteks, O’Relly lebih merujuk pada persoalan tentang Rumbiak dalam opeerasi kekerasan isolate, memusnakan dan dalam proyek BP. Sejauh ini paragraf 28 mengulas bahwa Wasior adalah lokasi proyeknya sejauh 160 kilometer. Lalu tidak ada jalan untuk menghubungkan dua lokasi tersebut. Dalam paragraf 29 ini bahwa jika menelusuri Wasior dengan berjalan kaki selama dua minggu lamanya. Perihal ini juga anggota milisi melakukan pengintaian.
Perihal Dr Grote terlambat ketika pertemuan, dan buru-buru untuk menyimpulkan percakapan yang sedang dibicarakan, Rumbiakpun meminta bahwa fungsi yang mempengaruhi dengan pemerintahan Indonesia untuk membantu memastikan bahwa pelaku kekerasan di Wasior dengan diusut secara eksplisit, yang terdapat pada paragraf 30 ini.
Paragraf 31 membahas tentang John O’Reilly, sedang mengungkapkan rahasia sebuah fakta-fakta yang sedang mendekati pihak berwenang Indonesia. Bahwasannya ada seorang anggota salah satu partai peserta Pemilu 2014 tanpa ragu menegaskan dengan agresifitas OPM, sebut Herman yang sehari-hari bekerja di Jakarta. Keinginan menjadi merdeka, semakin membara terutama dipicu oleh pernyataan Presiden SBY tahun lalu., terpisah dari NKRI tinggal soal waktu. Kemerdekaan itu sudah ditunggu sebab pada hakekatnya seluruh rakyat Papua saat ini sudah menjadi pendukung OPM.
Paragraf 32 ini menceritakan pada saat pertemuan dikantor pusat BP, bahwa perusahaan terlansir rahasia, akhirnya ada yang mengingkari sebuah perjanjian bahwa tidak boleh bekerja sama dengan keamanan yang ada di Indonesia. Dan John Rumbiak pun ingin beritanya go public, agar semua kejadian tersebut adalah sebuah berita agar seluk beluknya terdeteksi oleh yang lain.
Paragraf 33 terungkap dan saling berhubungan dengan paragraf sebelumnya,  bahwa Grimston mempertimbangkan berita yang akan di publikasikan, karena belum bisa sepenuhnya berkomitmen untuk menerbitkannya. Adanya keinginan dari anggota milisi untuk mencetak sebuah nama-nama yang membantu membunuh police officers.  Hal ini mengerucut pada anggota milisi, milisi tersebut akan di bunuh jika Grimston mencetak nama-namanya. Pada akhirnya juga Grimston tidak bias menyebutkan nama sumber milisi.
Paragraf 34 mengulas dalam tiga hari kedepan Grimston sedang memegang rahasia dengan kerjasama BP dengan pasukan keamanan. Adanya penyisiran untuk mengamankan, jadinya penumpasan Indonesia melakukan operasi militer Indonesia. Berdasarkan tidak kepercayaan pemerintah Indonesia. Perihal paragraf 35 yakni baru-baru ini, dengan ratusan pasukan Indonesia hanya terlihat dalam adegan keamanan intens, Pangeran Andrew, Utusan bisnis resmi pemerintah, jatuh di Teluk Bintuni, salah satu sudut terpencil Indonesia. Rencananya adalah untuk memeriksa baru £ 3.5bn pabrik gas alam BP. Apa Duke of York mungkin tidak tahu adalah bahwa dia telah berjalan langsung ke dalam baris antara perusahaan minyak raksasa dan penduduk desa setempat. Dan BP pun mengatakan kebijakan keamanan yang dirancang untuk meminimalkan kemungkinan yang akan melibatkan militer.
Paragraf 36 adalah Grimston dan O’Reilly bekerja sama dengan aktivis HAM di Papua, dan seorang wartawan Inggris. Dalam artian secara yang berbasis simultan untuk berkomitmen sungguh-sungguh agar terealisasi dan terikat oleh kontingensi sejarah secara radikal. Paragraf 37, hal ini mengkritisi terhadap kebijakan ketenagakerjaan BP ditujukan pada perusahaan tahun lalu dan Penasehat Independen Tangguh yang diketuai oleh Lord Papua dan untuk mendidik penduduk setempat tentang "demobilisasi" proses ketika pekerjaan konstruksi selesai. 
Paragraf 38 yaitu, menyebutkan artikel Sunday Times, menceritakan fakta dalam perjuangannya dengan pemerintahan Indonesia untuk mendapat keadilan bagi para korban pelanggaran HAM di Wasior. Dan akhirnya O’Reilly tidak mampu  untuk merespon permintaan Telys Waropen dengan sumber daya di Papua. Paragraf 39 ini selain itu sedang diadakannya kongres yang mana dihadiri dari ratusan delegasi, dibelakang tuntutan masyarakat. Dan kelompok yang menyelenggarakan kongres telah menerima uang dari BP untuk akomodasi, tranportasi dan menyewa tempat-tempat pertemuan.
Paragraf 40, wawancara yang dilakukan oleh O’Reilly sebelumnya bertemu dengan seorang aktivis kemerdekaan Papuan yang mana hidupnya diasingkan di Belanda, sebagian ceritanya itu akan disiarkan langsung. Paragraf 41, adanya bukti-bukti yang diringkas bahwa agen-agen militer Indonesia telah memicu kekerasan didekat lokasi proyek BP. Dalam wawancaranya pun menyebutkan bahwa BP mengingkari janji-janji untuk tidak bekerja dengan pasukan keamanan Indonesia.
Paragraf 42, diharapkan proyek BP dilanjutkan hingga ingin menghentikan kekerasan militer. Selanjutnya pada paragraf 43 pun orang-orang Papua lainnya melakukan penelitian dengan berkolaborasi dari pemimipin kemerdekaan lainnya, upaya mempelajari kemerdekaan. Paragraf 44, agar tercapainya proyek dalam penelitian para aktivis hak asasi manusia merekrut banyak orang yang menjadi penopang untuk lebih menggali proyeknya.
Pada paragraf 45 banyaknya pendukung internasional yang aktif berkampanye tentang Papua Barat. Agar semua orang mengerti dan mengetahui banyak informasi yang harus di publikasikan, beliau menerjemahkan ke berbagai bahasa terutama Indonesia. Paragraf 46, Hale 2006:113 mengatakan “deploy positivist social science methods and subject them to rigorous critique while acknowledging with acceptance the cognitive dissonance that results.” Paragraf 47 mengulas tentang pendekatan-pendekatan pengetahuan, peneliti juga sebelumnya tidak pernah keluar dari nilai-nilai yang sudah ditentukan.
Paragraf selanjutnya yaitu 48, dalam pengakuannya bahwa Papua adalah besar dan bahwa ia telah sulit untuk mengidentifikasi yang merupakan penduduk asli desa tersebut. Pada situasi ini menunjukkan bahwa BP telah memberikan salam temple untuk beberapa orang, sehingga mereka dapat melakukan perjalanan lebih lanjut "Kami percaya kami telah menetapkan standar baru untuk kelompok BP. Telah ada banyak kemajuan namun tidak ada kepuasan," katanya. 
Paragraf 49, ketergantungan rakyat pada BP sangat tinggi. Akan ada masalah ketika pekerjaan berakhir. Akan ada degradasi ekonomi dan psikologis, kata pemimpin Papua dalam surat mereka kepada Guardian. Dan pada paragraf 50, yaitu membuat domain dengan peran yang sesuai dengan isi kisah dan problemnya.  Dan terakhir adalah paragraf 51, yaitu dalam bekerja beliau potret etnografi dengan realitas hidup yang berdampingan di Papua Barat.
Sejak 1976, para pejabat perusahaan pertambangan Freeport Indonesia sering menerima surat dari OPM yang mengancam perusahaan dan meminta bantuan dalam rencana pemberontakan musim semi. Perusahaan menolak bekerja sama dengan OPM. Mulai 23 Juli sampai 7 September 1977, milisi OPM melaksanakan ancaman mereka terhadap Freeport dan memotong jalur pipa slurry dan bahan bakar, memutus kabel telepon dan listrik, membakar sebuah gudang, dan meledakkan bom di sejumlah fasilitas perusahaan.
Sebenarnya apa yang mau disiapkan oleh masyarakat Papua menuju Papua merdeka? banyak masyarakat Papua yang benar benar berjuang untuk Papua merdeka, tetapi ada sebagian masyarakat Papua lain yang hanya sibuk dengan budaya modern yang datang bertubi tubi, banyak masyarakat yang sibuk dengan menghitung togel tanpa mengenal waktu, ada masyarakat lain yang duduk berkelompok kelompok untuk berpesta miras (minuman keras) dan juga ada banyak pelajar dan mahasiswa yang selalu disebut tulang punggung bangsa Papua.
Jadi, kesimpulannya adalah dalam artikelnya Eben terasa serba salah, nyatanya tidak sesuai dan sejalan dengan penelitiannya dan dengan kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. OPM yang akan menyerang militer, dan nama baik BP pun bersih pada penyerangan, dan dapat di petik bahwa orang barat sangat pintar mengadu domba BP, dan pada saat bersamaan OPM pun diundang untuk mengklarifikasi berita yang ada.

0 comments:

Post a Comment