Sunday, May 11, 2014

Konflik Papua:
Campur Tangan Pihak Asing
(Written by: Nofi Maryana)


            Papua. Begitu ia disebutkan, pasti yang tergambar dalam benak banyak orang adalah konflik atau terornya. Sebenarnya teror seperti apa yang terjadi di Papua itu? Teror yang terjadi disana tak lain adalah teror yang dilakukan oleh Indonesian Brutal Security Forces kepada milisi papua atau human right atas perintah dan dorongan militer Indonesia sendiri.
                Lalu bagaimana dengan separatism? Siapa separatism itu? Separatism tak lain adalah mereka yang ingin membebaskan diri dan papua dari tangan NKRI. Konflik Papua ini ternyata menarik perhatian dunia sehingga banyak sekali riset-riset yang mencermati kasus tersebut. Seperti Ester Heidbuchel (2007) misalnya, ia mengkategorikan konflik Papua dalam empat level; pertama, subjektif level yakni perbedaan sterotip orang Papua dengan Indonesia (ketakuan disintegrasi vs ketakutan untuk dimusnahkan). Kedua, isuue level yakni inkonsistensi kebijakan, pelanggaran HAM dan korupsi. Ketiga, damand level yakni integritas atau persatuan nasional vs tuntutan merdeka atau pelurusan sejarah. Keempat, compromissie level berupa otonomi khusus.
                Dari artikel Eben Kirksey diketahui bahwa Papuan menaruh expectasi yang besar terhadap dirinya. Dari mulai farewall party yang diadakan Denny Yomaki dengan begitu megah hingga ‘ngototnya’ Waropen meminta Eben untuk menggunakan hasil penelitiannya di Wasior itu sebagai alat membebaskan papua melalui istilah Don’t  Use Your Data as a Pillow.
Paragraph 27: Agen militer Indonesia menyuruh milisi Papua untuk melaksanakan misi serangan kepada polisi CERs di minggu yang sama dengan kunjungan O’Reilly.
Paragraph 28: Militer Indonesia dan gerilyawan Papua bekerja sama menyerang polisi.
Paragraph 29: Rumbiak itu meminta agar data tentang kekerasannya dipergunakan tidak untuk disimpan, agar kekerasan dari Wasior itu dituntut
Paragraph 30: John Rumbiak meminta Dr.Grote menggunakan pengaruhnya terhadap pemerintah Indonesia untuk membantu memastikan bahwa pelaku  kekerasan di Wasior harus ditangkap, tapi O’Reilly tidak setuju dengan alasan bahwa pihaknya belum cukup percaya dengan fakta yang ada untuk mendekati autoritas Indonesia.
Paragraph 31: John Rumbiak tetap kukuh mendesak Eben untuk go publik atas hasil penelitiannya itu dengan menaruhnya di main paper. Setelah pertemuan di kantor pusat BP di London, Eben dan Rumbiak tahu kalau BP memiliki rahasia. BP secara rahasia ingkar janji untuk tidak bekerja sama dengan Indonesia Security Forces.
Paragraph 32: Grimston dari Sunday Time menyatakan bahwa paper Eben akan dipublish jika Eben memberi  tahu nama anggota milisi yang membantu membunuh police officer, tapi Eben tidak melakukannya.
Paragraph 33: Grimston dan Eben saling bekerja saling mengkonfirmasi atas detail kolaborasi BP dengan Indonesian Security Forces.
Paragraph 34: Artikel Eben akhirnya di publish di Sunday Time.
Paragraph 35: penelitian Eben di tukar dengan proyeknya Haraway.  Eben telah menantang NKRI “memutar balikan fakta”
Paragraph 36:
Paragraph 37: Eben adalah seorang pakar aksi dengan hangat di sambut oleh Papua dengan hangat di sambut oleh Papua yang telah memproyeksikan bp karena Eben merupakan beberapa cabang gerakan kemandirian dan banyak yang melihat bahwa bp itu yang bersekutu dengan papua adalah sebuah kebebasan.  Tahun 2000 kongres papua adalah peristiwa yang baru terjadi yang mendelegasikan menyatukan kesatuan oleh papua yang di biayai oleh BP.
Paragraph 38: Radio BBC mengungkapkan fakta di papua bahwa terjadi wawancara antara BP dan Dewan Presidium Papua, dan sebelum terjadinya wawancara Eben melakukan pembelajaran dari Vikrtor Kaisiepo tentang pengalaman hidup paua yang pernah di jajah oleh Belanda.  Jadi warga papua belajar dari sebuah kegagalan.
Paragraph 39: agen militer melakukan pendekatan ke BP dengan cara tak tk yang kasar untuk memproyeksikan lokasi.  Maksudnya, agen militer ingin bekerja sama dengan BP dan sebelumnya juga terdapat kesepakatan untuk bekerja sama antara agen militer dan BP agar memperoleh keuntungan yang lebih besar.  Tapi, BP mengingkari janjinya untuk tidak memberikan benteng pengamanan. Dalam kerjasamanya terdapat benteng pengamanan dan pertahanan yang bertujuan untuk memperlancar kerjasama tersebut tapi BP itu mencabut benteng pengamanannya karena mengetahui bahwa agen militer melakukan kecurangan dalam kerjasamanya.
Paragraph 40: membahas mengenai kebudayaan yang ada di papua terutama Biak. Kasus kekerasan terjadi di Biak pada tanggal 6 Juli 1998, saat masyarakat melakukan aksi menuntut kemerdekaan di papua di Tower Biak.  Aksi tersebut dilakukan dari tanggal 2 Juli sampai dengan 6 Juli 1998. Masyarakat dengan penuh semangat melakukan aksi besar-besar di Tower,dan menaikan bendera di Tower.  Jumlah massa aksi yangdiprediksikan berjumlah 100 orang lebih, membakar jiwa kesemangatan mereka untuk tetap bertahan.  Aksi tersebut dilaksanakan selam 4 hari.  Kemudian dibubarkan paksa oleh militer gabungan seperti TNI AL, TNI AU, dan TNI AD bersama POLRI.
Paragraph 41: Banyak orang papua mencari eben dan menyangka eben bersekutu denga militer NKRI, kemudian John Rumbiak dan orang-orang papua mengajurkan meneliti kerjasama dengan presidium papua.  Kemudian eben belajar tentangpresidium ke multi nasional korporasi dan bahkan agen korporasi indonesia.  Ketika eben mulai kesulitan, dia bersekutu dengan Denny Yomaki.
Paragraph 42: kemudian Denny Yomaki merekrut Eben dalam penelitiannya untuk memimpin Eben dalam menghadapi orang-orang yang tidak mengetahui Eben yang sebenarnya bisa dinamakan sebagai musuh Jeman yang berpotensi.  Seorang aktivis tersebut mengajari Eben tentang kebebasan kemerdekaan lalu eben ingin menggabungkan para cendekiawan papua barat untuk menghadiri wakil pemerintah di London, Washington, dan Jakarta.  Dalam rapat tersebut, semuanya ide dari Eben.
Paragraph 43: viktor kaisiepo melayani sebagai seorang pengacara yang memimpin Eben untuk memikirkan bahwa kenapa eben itu memutuskan siapa yang akan membaca kemudian eben menerjemahkan penelitiannya dalam laporan denny.  Dengan penelitiannya tersebut di baca oleh semua pemerintah dengan kasus lain eben melakukan penelitiannya untuk melengkapi BBC Radio dan mengampanyekan tentang data papua.
Paragraph 44: banyak sarjana yang menjadi pengacara dari elompok mereka belajar contohnya Charles Seret yang menggunakan datanya sebagai koleksi dengan analisa yang berbasis komputer.  Seperti kartun – kartun tetapi di deteksi kan untuk politis yang lemah.  Yang positifnya yaitu untuk melihat penelitannya itu berepengaruh tetapi tanpa pamrih ( meminta imbalan). Charles meminta pemikiran ulang terhadap aktivis, bukunya eben yang berjudul antrophology.  Charles menghimbau kepada eben agar menggunakan ilmu pengetahuannya sebagai ilmu yang positif(Seret: 2006 113)
Paragraph 45: metode itu tidak boleh yang negative tetapi harus yang positiv.  Eben melihat dari sudut pandang epistemologis yang bebas dari nilai(ideologi dan sosial).  Sandra harding mengatakan bahwa dalam strategi penelitian eben tanpa adanya strategi yang kuat (1996:241).  Sandra harding adalah seorang yang memiliki jiwa kepolitikan yang kuat.  Sandra harding meminta fakta yang kuat dengan sarjana yang berintegrasi tinggi (eben) untuk memajukan demokrasi.  Contohnya moral dan suatu kenegaraan(2004:136)  selain itu sandra harding pun mengatakan “ bahwa data penelitian itu lebih kuat terhadap pengetahuan di bandingkan ilusi atau rekayasa data.
Paragraph 46:  proyek eben itu dalam pengalaman teori yang kaku (satu perstujuan yang mengikat). Selama penelitian, eben mencoba perthankan pertanyaan dari viktor(paragrap 43).  Cendekiawan di papua barat(orang-orang pintar) mencari eben di luar papua.  Tantangan terang tersebut menjadikan kesempatan emas untuk eben karena sumber daya intelektual  eben.
Paragraph 47: sandra harding dalam sudut pandang yang berbeda melihat kemistisan yang ada di papua.  Eben dan viktor dapat memainkan kemistisan papua sebagai sebuah pacuan untuk dia menghindari sebuah cobaan.  Lalu kemudian menandai seseorang / eben yang mengetahui pengetahuannya sebgai sebuah kesalahan.  Eben berkata”Kita dapat musnah dengan memanipulasi data tersebut.
Paragraph 48: Eben menyelesaikan penelitian di november 2007, dengan gelar PhDKu disertasi, dan memperbaiki sebuah penelitiannya.  Dalam penelitiannya tersbut menyulap data yang sekian banyak hanya dijadikan dalam satu buku.  Eben itu mencoba setia untuk menerjemahkan sebuah peristiwa di dalam mencoba untuk membebaskan Papua dari NKRI kemudian eben berniat untuk merekayasa.  Pada peristiwa yang sama dan eben mengetahui sumbernya.
                Kemudian konflik selanjutnya adalah tentang BP (British Petroleum) seperti yang dikatakan mr lala bahwa disini, BP mengadu domba Papuan, TNI, Polri dan OPM. Skemanya seperti:



Analogi diatas menerangkan bahwa TNI, polri, papuan dan OPM sama-sama meninta japrem kepada BP. Milisi papua menganggap bahwa Papua adalah milik mereka maka awal konflik BP ini adalah rasa tidak terima dan ketidakpuasan masyarakat adat papua atas perilaku pihak perusahaan BP-Indonesia.
Sebagaimana diketahui oleh banyak orang termasuk masyarakat dunia bahwa Indonesia merdeka pada 17 agustus 1945.  Setelah dianalisa oleh grup kami, ternyata terdapat hubungan dengan konflik Papua, mungkin itulah awal atau dasar dari adanya konflik Papua.  Kemerdekaan Indonesia didapat dari tangan Jepang atau pada saat Jepang menjajah.  Namun perlu diketahui bahwa tanah Papua masih berada dalam genggaman Belanda ketika itu.  Papua adalah tanah kaya yang jika digali selama 100 tahun pun tidak akan habis sumberdaya alam di dalamnya, oleh karena itu Belanda cemas dengan kehadiran Jepang di Indonesia yang bisa kapan saja melakukan perebutan terhadap tanah Papua.  Dengan senjata yang lebih lengkap dan canggih Jepang akan lebih kuat dari Indonesia.  Akhirnya Belanda memakai cara licik untuk menusir Jepang dari tanah Indonesia, yaitu dengan cara membantu Indonesia merdeka.  Kesempatan Indonesia mendapatkan Papua lebih kecil ketimbang Jepang, karena senjata yang tidak memadai.  Dengan merdekanya Indonesia dari Jepang, maka Belanda pun dapat tersenyum karena Papua akan tetap dalam genggaman.
Dibalik kebahagiaan Indonesia dalam menyambut kemerdekaan ada satu pihak yang merasa tersakiti.  Papua merasa dikucilkan, merasa dianaktirikan oleh ibu pertiwi.  Ini dikarenakan Indonesia menggelar kemerdekaan tanpa Papua, mengapa tidak merebut papua baru kemudian merdeka?  Pertanyaan yang normal muncul dibenak masyarakat Papua.  Kecemburuan inilah yang mendasari adanya gerakan Papua merdeka.  Lalu berdirilah OPM pada 28 Juli 1967, meskipun sebenarnya pada 1 Mei 1963 Papua sudah bagian dari Indonesia, sakit hati tersebut masih melekat dalam.

Pada akhirnya Belanda harus merelakan Papua kembali pada pangkuan ibu pertiwi pada 1 Mei 1963.  Amerika ada di balik itu semua, Amerika membujuk atau dapat dikatakan memaksa Belanda untuk melepaskan Papua.  Layaknya Belanda yang menolong Indonesia saat kemerdekaan, Amerika pun memiliki rencana rahasia di balik bujukan juga paksaan kepada Belanda tersebut.  Pada tahun 1967, berdiri lah Freeport Indonesia di tanah Papua yang merupakan perusahaan Amerika.  Dengan keluarnya Belanda maka saatnya Amerika yang mendominasi.  Itu bukti bahwa pihak asinglah yang memperkeruh suasana.

0 comments:

Post a Comment