Monday, May 26, 2014

11:22 PM

 

 7th Class Review

            Pada pertemuan ke delapan, pembelajaran berlangsung dengan diawali sebuah tema “peer review is a must”. Maksudnya yakni tugas writing harus di review oleh teman sebangkunya masing-masing. Hal tersebut dimaksudkan agar kami semua tahu dimana letak kesalahan dari tulisan kami tersebut, dan kemudian setelah itu merevisinya dengan benar. Peer review kemarin yakni masih menyangkut suatu artikel yang ditulis oleh Howard Zinn mengenai Columbus. Jadi itu merupakan critical review yang kedua dalam class writing ini. Meskipun kedua kalinya teks critical review tersebut dibuat, namun kesalahan masih begitu banyak dan kali ini benar-benar fatal. Kami tidak menuliskan generik strukturnya secara eksplisit. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pemahaman dalam diri kami masing-masing.
            Sebelum membahas mengenai langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh ketika akan melakukan peer review, terlebih dahulu sedikit mengulas mengenai materi pada pertemuan ke tujuh kemarin. Pada minggu kemarin telah dibahas tentang salah satu tugas utama penulis yakni untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam menjangkau suatu bentuk-bentuk baru dari pemahaman yang akan selalu meliputi tiga tahapan penting yaitu emulate-discover-create.
            Tugas penyair sebenarnya tidak jauh beda dari karya sejarah yang juga menemukan (discover) dari pada menciptakan (create). Memang dalam hal ini banyak orang yang hanya mendiscover, tetapi tidak sampai kepada creating. Sejarah seperti penyair, mengungkapkan dalam situasi yang selalu baru, tentang kemungkinan manusia yang hingga sampai sekarang tersembunyi. Sejarah itu akan selalu ditulis ulang, karena yang menubah dunia itu adalah para penulis. Namun disini tugas kita hanya cukup sampai discover saja bukan invent.



Rounded Rectangle: Historian = Linguistic = Poet








Flowchart: Terminator: Discover







Bentuk-bentuk baru dari pemahaman atau yang disebut ceruk-ceruk baru adalah possibilies understanding. Dalam hal ini pula menulis dikatakan suatu masalah dalam menciptakan affordances serta dalam mengeksplorasi potensi makna. Mengapa demikian, karena menulis merupakan sebuah semogenesis. Dalam systemic functional grammar pun telah dijelaskan bahwa language as a semiotic system = (a system of meaning).
            Selanjutnya pembahasan kemarin yaitu thesis statement. Thesis statement ini merupakan tahapan untuk membuat dialog awal dengan pembaca. Kita tahu bahwa pembaca akan selalu membawa kesan pertamanya di awal paragraf. Seorang pembaca selalu tertarik untuk membaca pada bagian awal paragraf dan terkadang pula dengan melihat sebuah judul dari bacaan tersebut. Hal ini pasti pernah dilakukan oleh banyak orang, karena judul menggambarkanisi pokok pembahasan, serta paragraf awal merupakan titik suatu permasalahan. Milan Kundera memberikan komentar (in L’Art duroman, 1986), “to write means for the poet to crush the wall behind which something that was always there” hides.
            Selesai membahas materi pada pertemuan ke tujuh kemarin, selanjutnya beralih kepada langkah-langkah dalam melakukan peer review. Peer review pada minggu kemarin dilakukan dalam waktu 45 menit. Dalam waktu 45 menit tersebut kami diharuskan untuk menilai dua parameter dasar dalam mereview yakni unity dan coherence.
            Mempertahankan kesatuan dalam paragraf mengharuskan bahwa setiap kalimat berada dalam sebuah paragraf atau setiap komposisi paragraf harus terkait erat dengan topik. Sehingga komposisi akan terpadu ketika memiliki paragraf yang penting untuk mengembangkan thesis statement. Sperti yang telah dijelaskan mengenai thesis statement bahwa kesan pertama selalu berada di awal sebuah paragraf. Sedangkan dalam coherence dalam mempertahankannya tidak hanya membutuhkan kesatuan, tetapi juga suatu aliran yang logis, mengalir, dan alami dari suatu ide yang lain. ketika kesemuanya telah memenuhi kriteria, maka koherensi telah ditetapkan.
            Terdapat tiga cara dalam menciptakan koherensi dalam sebuah paragraf atau multi teks paragraf.
1.      Mengatur ide-ide untuk mencapai penekanan. Dalam menempatkan penekanan terdapat tiga cara, bisa dengan menggunakan pernyataan langsung, bisa dengan suatu posisi, dan bisa juga dengan proporsi. Dalam posisi, contohnya seperti paragraf pertama dan paragraf terakhir atau suatu konten terlemah tetapi idenya merupakan yang terkuat. Sedangkan dalam proporsi ini suatu topik dapat menggunakan beberapa paragraf, jika memiliki nilai lebih.
2.      Mengatur ide-ide untuk mencapai koherensi. Body paragraph harus dikembangkan dengan baik dan diatur dalam urutan logis. Dalam hal ini terdapat berbagai macam metode pengorganisasian dalam supporting detail yaitu chronological order, spatial order, order of important, cause and effect, comparison and contrast, eksplanation, clasification, dan sebagainya. Namun sebenarnya kita tidak hany berpatokkan pada organisasi tersebut saja, sehingga kita harus membatasinya.
3.      Menghubungkan ide-ide kita untuk mencapai koherensi. Dalam cara yang terakhir ini kita harus menggunakan satu atau lebih jenis kata-kata atau frasa untuk menghubungkan ide-ide dalam paragraf. Kata-kata penghubung dalam menghubungkan ide-ide tersebut yaitu:
a)      Transitional expressions, seperti untuk menunjukkan lokasi, waktu, similarities, perbedaan, klasifikasi, dan lain sebagainya.
b)      Direct pronoun references
c)      Repetition of keywords.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ketika kita akan melakukan peer review, kita harus terlebih dahulu mengenali atau paham dengan dua parameter peer review tersebut. Dua parameter itu yakni unity dan cohenrence. Keduanya harus saling terpadu.

0 comments:

Post a Comment