Saturday, May 10, 2014



The 11th Class Review



“Argumentative is going on…”



Pertemuan hari ini adalah pertemuan yang menyenangkan, dimana Mr. Lala terlihat ramah dan nyaman sekali sehingga membuat saya merasa enjoy. Dalam pengecekan outline baik yang direvisi atau bukan, beliau juga memberikan saran-saran atau masukan tanpa menjudge kami semua. Banyak sekali saran-saran yang diberikan beliau tentunya kepada saya. Ada yang berupa saran tentang cerita Papua itu sendiri, bahkan saran dari argumentativenya. Bahwasannya lebih baik menggunakan introduction di awal kalimat dengan “This paper is argue that… “.
Terkait dengan reasoning dan evidence dalam argumentative, kami tidak boleh menuliskan secara emosional apabila kami setuju atau tidak dengan Papua. Bahkan kami juga tidak boleh menjudge ini itu tanpa adanya bukti dan data yang kuat karena itu akan mengakibatkan mungkin terlihat seperti fitnah. Dan apabila kami setuju bahwa Papua harus tetap dengan NKRI, kami tidak boleh mencantumkan pendapat BENNY WENDA karena dia menyetujui Papua merdeka dan dialah ketua OPM di Inggris.
Dalam sharing argumentative essay dengan teman-teman, disini saya menemukan tiga alasan baru, yakni Tourism, Integrasi, dan perbedaan ideology. Point tersebut bisa dijadikan tambahan alasan untuk argumentative saya. Bukan hanya itu, the role of media juga sangat mempengaruhi. Dimana Negara  yang memiliki media sekarang dijadikanlah sebagai Negara hebat, bukan lagi Negara-negara yang memiliki nuklir. Itu merupakan paradigm yang dahulu. Kenapa demikian? Karena Negara-negara yang memiliki media dan mampu menguasainya, mereka lah juga termasuk orang-orang yang mampu membolak-balikan sejarah.
Mengomentari artikel Eben, disini kita harus bisa melihat sejarah sebagai asset, dimana alasan kita berargumen hamper kebanyakan masuk dalam point sejarah.  Oke, terkait dengan perusahaan multinasional yang melakukan tindak kristenisasi. Adanya perjanjian kerjasama secara global untuk mengadakan daerah pasar bebas (AFTA) mendorong banyak pihak eksternal atau yang dalam hal ini adalah Multi-National Corporations (MNCs) untuk berinvestasi ke negara-negara berkembang yang memiliki kelebihan dalam aspek Sumber Daya Manusia dan bahan baku yang mudah di dapatkan pada kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Akan tetapi dengan kehadiran MNCs di Indonesia, tidak serta merta hanya membawa dampak yang positif. Berbagai macam dampak negatif turut serta hadir sebagai konsekuensi  kehadiran  MNCs  tersebut,  baik  pada  dimensi  pekerja  maupun  pada  dimensi lingkungan hidup.
Perusahaan multinasional yaitu suatu perusahaan yang berbasis di satu negara (negara induk) akan  tetapi pesusahaan itu memiliki kegiatan produksi ataupun pemasaran cabang di negara – negara lain. MNC menjadi fenomena yang dominan dalam hubungan internasional saat ini terkait dengan adanya globalisasi perdagangan dan perkembangan perekonomian dunia. Dalam hal perkembangan perekonomian domestik suatu negara, MNC memiliki pengaruh yang signifikan sebab keberadaan MNC pada suatu negara menjadi salah satu penyumbang pajak tertinggi bagi pendapatan suatu negara sekaligus bagi perkembangan ekonominya. MNC adalah bentuk korporasi baru yang tidak dapat di hindari sebagai sebuah konsekuensi logis dari adanya globalisasi itu sendiri. MNC merupakan wujud dari perdagangan modern dimana profit merupakan orientasi utama dari keberadaan setiap MNC di suatu negara.
Ada beberapa contoh perusahaan multinasional di Indonesia, yaitu Dunkin Donuts, LG, Blackberry, Levi’s jean, KFC dan Epson. Yang mana perusahaan tersebut biasa kita gunakan dalam keseharian kita, entah makan siang di KFC, atau ftocopian yang menggunakan produk Epson, atau celena levis yang menurut sebagian orang bagus bahannya. Terkait dengan kristenisasi, seperti halnya Alfamart, yang selalu menanyakan sisa uang kembalian untuk donasi atau tidaknya. Padahal uang tersebut didonasikan untuk pembangunan gereja-gereja. Hal ini merupakan termasuk kristenisasi secara luas dengan adanya penyebaran gereja-gereja.
Kembali ke argumentative essay, bahwasannya evidence yang digunakan harus definite yaitu pasti. Serta penggunaan thesis harus workable dengan baik. Hal ini diperlukan untuk mendukung atau meyakinkan pembaca dalam argument yang dituliskan. Disini beliau juga menyarankan bahwa saya harus lebih teliti dalam penggunaan eventhough.
Though, although, even though, while, whereas, inspite of dan despite of merupakan contoh Conjunction jenis Adversative Conjunction. Adversative conjunction yaitu kelompok kata penghubung yang mengandung arti pertentangan antara satu bagian denagn bagian yang lain.
Macam-macam Adversative conjunction :
Though, although dan even though sebagai conjunction
Kata “though” dapat berfungsi sebagai conjunction (kata sambung) dan sebagai adverb (kata keterangan). Sebagai conjunction, THOUGH = ALTHOUGH = EVEN THOUGH (meskipun, walaupun) yang digunakan untuk mengawali sub-clause (anak kalimat) yang biasanya berlawanan makna dengan main clause, dengan pola sebagai berikut:

Pola 1 = Main clause + though + subject + verb +…          Atau diletakkan sebelum main clause:
Pola 2 = Though + subject + verb +…, main clause.
NOTE: Jangan lupa membubuhkan tanda koma sebelum main clause.
Contoh POla 1
a.       I will get through it though it is hard. (Aku akan berhasil melewatinya walaupun sulit).
b.      We kept playing football though it rained hard. (Kami terus bermain bola walaupun hujan deras).
c.       He didn’t pass the exam though he had studied hard. (Dia tidak lulus ujian walaupun dia telah belajar dengan tekun).
d.      She is still a humble person though she has become a famous artist. (Dia masih orang yang rendah diri walaupun dia telah menjadi artis terkenal).

Contoh Pola 2
a.       Though it is hard, I will get through it. (Walaupun sulit, aku akan berhasil melewatinya).
b.      Though it rained hard, we kept playing football. (Walaupun hujan deras, kami terus (tidak berhenti) bermain bola).
c.       Though he had studied hard, he didn’t pass the exam. (Walaupun dia telah belajar dengan tekun, dia tidak lulus ujian).
d.      Though she has become a famous artist, she is still a humble person. (Walaupun dia telah menjadi artis terkenal, dia masih orang yang rendah diri).

Kalimat di atas akan bermakna sama jika though digantikan dengan although atau even though.

Contoh:
a.       I will get through it although/even though it is hard. (Aku akan berhasil melewatinya walaupun sulit).
b.      We kept playing football although/even though it rained hard. (Kami terus bermain bola walaupun hujan deras).
c.       He didn’t pass the exam although/even though he had studied hard. (Dia tidak lulus ujian walaupun dia telah belajar dengan tekun).
d.      She is still a humble person although/even though she has become a famous artist. (Dia masih orang yang rendah diri walaupun dia telah menjadi artis terkenal).

NOTE: Sebagai conjunction, though lebih jarang digunakan daripada although dan eventhough.
“Though” sering digunakan dalam unreal/contrary to fact conditional. Dalam hal ini, though harus bersandingan dengan “as” menjadi “as though“, yang bermakna sama dengan “as if“, yaitu “seolah-olah/seakan-akan”. Dalam kalimat conditional, although dan even though tidak digunakan.
Contoh:
He always talks to her picture as though she were right in front of him. (Dia selalu ngomong dengan fotonya seolah-olah dia (orangnya) ada di depannya).

Saran Mr. Lala mengenai Argumentative Essay:
a.       OPM (POLITIK BELANDA) = bagian dari BOM WAKTU, harus dipetakan secara detail,
b.      History Papua <1945, 1945-1965, 1965<
c.       Culture, boleh dijadikan sebagai reason kedua.


Jadi, dapat disimpulkan bahwa alasan yang digunakan dalam argumentative essay harus pasti atau definite. Tentunya dengan bumbu-bumbu yang beliau telah sarankan untuk saya, mungkin akan terasa lebih renyah. serta penggunaaan grammar dan conjunction harus lebih hati-hati lagi.



0 comments:

Post a Comment