Agenda pada pertemuan kali ini adalah
konsultasi mengenai tulisan yang sedang ‘digarap’ dan mengetahui sejauh mana
perkembangan informasi ynag diperoleh dalam mengumpulkan alasan serta bukti
sebagai pendukung. Secara bergiliran
setiap mahasiswa melaporkan perkembangannya, dosen memberikan saran dan memberi
petunjuk mengenai hal – hal yang perlu
ditambahkan untuk argumentative essay. Dari kegiatan konsultasi ini dapat
diketahui secara detail kekurangannya dan untuk menunjukan thesis yang sudah dianggap
workable yang bisa dikembangkan kedalam argumentative essay-I laik dis one.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang sangat
essensial. Penulisan suatu tulisan tidak dilakukan dengan menggunakan asas
‘asal jadi’ tapi tulisan yang baik harus mempunyai makna yang terkandung dalam
tulisan tersebut. Hal yang tidak boleh diabaikan juga mengenai target atau
sasaran sebuah tulisan ditujukan untuk siapa dan untuk apa ? orang yang
dijadikan subjek sebagai pembaca itulah yang menjadi tolak ukur bagus tidaknya
suatu tulisan. Tidak heran jika kebanyakan mahasiswa memprioritaskan tulisannya
untuk dosen karena memang pembaca yang akan menilainya adalah dosen. Tidak
sedikit orang yang ingin menjdi penulis, termasuk mahasiswa yang ada disini. Oleh
karena itu, sangat mengapresiasi sekali ketika Mr. Lala ingin melakukan ‘syiar’
tentang menulis. Ini adalah bisnis yang sangat besar dan yang kami
tunggu-tunggu kelanjutannya.
Ada beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan
kali ini. Adapun beberapa poin yang dibahas dalam pertemuan ini yaitu :
Reasoning
and Evidence
Dalam sebuah argumentative essay tentu
tidak akan terlepas dari reason atau alasan yang menyebabkan seseorang berargumen. Banyak kriteria
dari sebuah alasan untuk dinyatakan sebagai alasan yang kuat, antara lain dapat
diterima oleh akal (logis), dapat dipercaya, dan sebagainya. Selain itu,
pemberian bukti –bukti yang banyak dapat memperkuat alasan yang dipaparkan dan dapat
lebih menyakinkan pembaca. Berikut ini
ada dua hal yang berkaitan dengan pembahasan mengenai papua :
a.
Peran
media dalam mempengaruhi kasus di Papua
Media menjadi kekuatan besar dalam
propaganda sebuah Negara dan juga
mempunyai kemampuan untuk menjadi investigator dalam sebuah isu. Media mempunyai
kemampuan untuk membangun opini publik yang dapat mempengaruhi penilaian
masyarakat terhadap sebuah isu yang diangkat. Penilaian ini juga berkaitan
dengan kondisi pihak yang terlibat di dalamnya. Sehingga kehadiran media ini
bisa digunakan untuk publisitas atau juga pembunuhan citra seseorang ataupun
suatu negara. Lebih parahnya, bagi masyarakat awam dengan kemampuan filter
berita dan tingkat pemahaman rendah, apa yang disajikan bisa merupakan fakta
dan dengan mudah mereka menjadi “korban media”. Seperti halnya yang terjadi di
papua, masyarakat di sana mudah tehasut oleh berita mengenai kekerasan dan
pelanggaran HAM yang marak diberitakan oleh media, sehingga muncul pandangan
untuk merdeka. Itu semua dapat disebabkan karena pengaruh media.
Pemberitaan oleh media bisa melahirkan kecenderungan
munculnya pemikiran, kebiasaan dan sikap baru dalam menanggapi suatu hal. Kekuatan
media internasional ini juga berkesinambungan dengan kekuatan negara yang ada
di belakangnya. Kemampuan media untuk membangun opini publik mempertegas fakta
bahwa media membawa pengaruh yang besar bagi eksistensi sebuah Negara. Tidak
dapat dipungkiri, media dapat menjatuhkan citra pihak tertentu hanya dengan
sekali pemberitaan. Sebuah berita kecil dapat dibesar-besarkan sedangkan hal
yang sebenarnya penting bisa dianggap biasa saja. Kasus yang terjadi di papua
juga tidak terlepas dari pengaruh media yang terlalu mendramatisir setiap
kejadian, sehingga terkesan sangat kejam dan melebih-lebihkan. Itu merupakan
salah satu penggunaan media sebagai pengalihan isu yang menjadi hal negatif
dari media.
Berbicara mengenai papua, tidak akan
terlepas dari sejarah karena itu adalah aspek yang akan sangat dipengaruhi.
Namun tidak hanya sejarah, hal lain yang bisa terkena imbasnya adalah
budaya. Sebagaimana dikatakan seorang antropolog,
Evans-Pritchard (1961), bahwa “sejarah adalah budaya dan budaya adalah
sejarah”. Dengan kata lain, sejarah adalah produk budaya, sebaliknya budaya
merupakan produk sejarah.
Sejarah sebagai asset. Asset di sini
bukanlah sebatas berkaitan dengan kekayaan
saja. Tapi lebih dari itu, bagaimana sebuah asset ini mewariskan
dan menjaganya pada generasi yang akan datang. Sampai saat ini, sejarah masih
ditangkap pengertiannya sebatas pada sebentuk kepurbaan (archaic), urutan tahun,
serta rupa-rupa peristiwa dan tokoh besar. Adapun budaya sendiri masih
diidentikkan dengan seni tari dan musik daerah. Padahal sejarah dan budaya bisa
diintegrasikan dalam sebuah satu kesatuan yang saling berkaitan. Mengerdilkan
sejarah sama halnya mengerdilkan budaya bangsa sendiri. Maka itu, ingatlah
pesan Bung Karno: “jangan sekali-kali melupakan sejarah”.
b.
Peran
perusahaan multinasional
Perusahaan multinasional yaitu suatu
perusahaan yang berbais disuatu Negara (Negara induk) akan tetapi perusahaan
itu memiliki kegiatan produksi ataupun pemasaran cabang di Negara-negara lain
(Negara cabang). Perushaan multi nasional atau multinational corporations (MNC)
menjadi fenomena yang dominan dalam hubungan inetrnasional saat ini terkait
dengan adanya globalisasi perdagangan dan perkembangan perekonomian dunia.
Seperti british petroleum, Philips, coca-cola, dan sebagainya.
Namun, dalam pelaksanaan kegiatan
ekonominya perusahaan multinasional juga mempunyai dampak negative, antara lain
:
·
Perusahaan-perusahaan multinasional sangat
kuat menjalankan kepentingan ekonomi untuk kepentingan mereka sendiri.
·
Perushaan multinasional ini tidak tertarik
untuk menunjang usaha pembangunan suatu Negara.
·
Berpotensi besar merusak perekonomian tuan
rumah dengan cara menekan timbulnya semangat bisnis para usahawan lokal.
·
Dapat mengurangi penghasilan devisa, baik
dari sisi neraca transaksi maupun neraca modal.
Salah satu perusahaan multinasional yang
beroperasi di daerah papua yaitu PT. Freeport Indonesia (FI). Warga yang
bertikai menuntut penutupan PT. FI karena dinilai tidak memberikan keuntungan
yang adil bagi warga lokal. Menurut mereka, sejak Penentuan Pendapat Rakyat
(Pepera) Irian Barat 1969 dilaksanakan, Pepera telah melenceng jauh dari amanat
rakyat Papua. Kemudian, kontrak yang dilakukan Pemerintah Indonesia bersama PT.
FI mereka nilai tidak mengakomodasi hak rakyat Papua.
Definite
Evidence
Sebuah argumentative essay harus banyak
didukung oleh adanya bukti yang bersifat akurat. Fakta-fakta tersebut dapat
diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dari bahan bacaan (buku, majalah,
surat kabar, atau internet), wawancara atau angket, penelitian atau pengamatan
langsung melalui observasi.
Sebuah karangan argimentatif yang baik
biasanya mengemukakan
alasan, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti,
dan sejenisnya, digunakan penulis untuk memengaruhi pembaca agar mereka
menyetujui pendapat, sikap, dan keyakinannya. Dalam argumentatif, penulis
menyampaikan pendapat yang disertai penjelasan dan alasan yang kuat dengan
maksud agar pembaca terpengaruh. Keberadaan data, fakta, dan alasan sangat
mutlak dalam karangan argumentasi. Bukti-bukti ini dapat berupa benda-benda
konkret, angka statistik, dan rasionalisasi penalaran penulis.
Working
Thesis
Apakah thesis statement? Thesis statement adalah satu atau dua kalimat yang berisi topik (topic), klaim (claim) dan alasan
(reason). Kalimat yang bernama thesis
statement sebenarnya selalu ada di sebuah tulisan. Bentuk thesis statement ini dapat tersurat dan
tersirat. Hal ini dibutuhkan karena klaim dan alasan topik harus dibuktikan
pada bagian body of paragraph dan
pembuktian itu dijabarkan secara ringkas di dalam kesimpulan. Pembahasan ini
akan lebih gamblang dengan mengambil berbagai contoh dari koran dan majalah.
Dengan menempatkan diri sebagai pembaca, seorang penulis dapat juga melihat thesis statement penulis lainnya tentang
bagaimana mereka meletakkan thesis statement itu dan bagaimana cara memberikan
bukti-bukti. Hubungan antara thesis
statement dan setiap paragraf berupa sebuah paragraf yang efektif. Di dalam
sebuah paragraf yang efektif, terdapat empat hal yang mendasar: kesatuan, hubungan yang jelas dengan thesis
statement, adanya kepaduan dan pengembangan paragraf yang baik.
Dari
pemaparan beberapa hal diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa sebuah
argumentative essay tidaklah dapat berdiri sendiri, melainkan harus ditopang
oleh adanya alasan, bukti, fakta yang kuat agar pandangan yang disampaikan
mengenai suatu hal dapat diterima oleh orang lain. Adanya unsure-unsur diatas
dapat mempengaruhi pembaca untuk ikut masuk dalam pandangan seorang penulis.
Tentunya untuk mewujudkan semua hal tersebut harus mencari beberapa sumber
informasi, antara lain melalui bahan bacaan (buku, majalah, surat
kabar, atau internet), wawancara atau angket, penelitian atau pengamatan
langsung melalui observasi.
0 comments:
Post a Comment