Materi class review yang ke-11 ini masih
seputar spekulasi, wacana dan gambaran mengenai kondisi sosio kultural dan
politik historis yang sedang terjadi di papua Barat. Wacana ini pada dasarnya
diimplikasikan untuk memenuhi tugas akhir semester dalam writing class. Wacana
kali ini bernafaskan argumentative essay, setelah sebelumnya telah berjibaku mengenai
spekulasi benua Amerika dalam kritikal review.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa Argumentative
Essay adalah genre atau model penulisan yang mensyaratkan (maha)siswa untuk
menginvestigasi suatu topik, mengoleksi fakta-fakta, mengevaluasi bukti-bukti
dan membangun pondasi thesis dalam cara yang ringkas.
Menurut
penulis sendiri Argumentative
Essay adalah suatu
proses
penulisan yang disamping menyertakan opini, juga wajib
melakukan penelitian atau analisis mendalam (deep reasearch) bahkan observasi lapangan. Tipe penulisan yang seperti ini
biasa diaplikasikan
dikalangan akademisi, seperti ketika membuat Skripsi (S1), Thesis (S2) dan Disertasi (S3), atau data
penelitian lainnya. Ruang lingkup atau kajian didalamnya berupa penelitian dengan menggunakan metode-metode dan pendekatan-pendekatan yang sangat
variatif. Tahapan ini terbilang cukup rumit, pasalnya, disamping membutuhkan waktu yang relatif
lama, juga membutuhkan pemikiran kritis-sistematis dan faktual-actualis. Hal itulah yang dapat menciptakan paradigma baru dan
mengubah suatu fenomena yang biasa disebut dengan data.
Hal
tersebut senada dengan statement yang dicetuskan oleh saudari Laily Mughibbah,
yang saya kutip dari blog kelas “REPRESSO”, yakni Layaknya mutiara yang di hasilkan sang
kerang dari dalam tubuhnya, yang membutuhkan waktu cukup lama untuk dapat
terbentuk kuat dan indah. Semakin dalam letak mutiara tersebut, maka semakin berharga dan bernilailah pula. Hal ini seperti halnya pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang juga disebut
sebagai data, sebagai hasil dari proses research
yang diperoleh dari berbagai objek dan informan,
tidak begitu saja muncul kepermukaan dengan sendirinya. Si penyelam
(researcher) harus siap dengan segala peralatan untuk sampai ke dasar lahan
penelitiannya. Dia harus bersusah payah melawan
arus yang kapan saja bisa menghempaskan mereka menjauh dari apa yang ingin
mereka dapatkan. Semua itu dilakukan demi mendapatkan si "mutiara"
yang merupakan hasil dari proses panjang penelitian. Begitu berharga dan
sulitnya pengetahuan tersebut di dapat karena tidak hanya dengan mendengar dan
menulisnya, tapi dibutuhkan proses yang sangat menguras energi tubuh dan otak. Jadi seperti itulah gambaran
mengenai penyelaman argumentative essay.
Dalam menulis argumentative
essay seseorang harus mempersuasikan pandangannya terhadp audien, walaupun
boleh jadi mereka tidak setuju atau tidak sependapat dengan pandangan tersebut.
Hal ini tentunya membutukan kecermatan, ketelitian dan skill. Seseorang butuh
untuk menampilkan respect terhadap pandangan yang berbeda. Selain itu dalam
penulisannya, harus memilih diksi yang pass, memilih vocab dengan hati-hati,
dan pastinya tulisan tersebut harus jelas arahnya dan logis.
Sebuah argumen itu membutuhkan suatu penelitian yang sangat mendalam. Sebab
apa yang kita ungkapkan harus sesuai dengan fakta realita yang ada. Artinya
argumen harus dibangun dan diperkuat dengan sekumpulan data-data valid,
fleksibel, yang layak untuk disampaikan, sebagai referensi mengenai fenomena
tersebut. Mengapa demikian ? karena Sebuah data dalam argumentative dapat
membuktikan apa yang kita ungkapkan, tanggapi kemudian simpulkan. Itulah
mengapa data disebut sebagai konsep sistemisasi budaya (Debate=exposition=research)
Membuat argumentative essay harus disertai dengan bangunan atau fondasi alasan
(reason) dan evidence. Kita tidak diperkenankan untuk mengekspresikan sikap
personal yang idealis, pengekspresian opini yang semata-matab berasal dari
emosi , rasa tidak suka dan hal-hal subjektifitas lainnya yang mengganggu nafas
teks, karena hal tersebut hanya akan membuat suatu wacana menjadi kurang tepat
sasaran tembaknya. Argumentative essay merupakan praktek penulisan akademisi
yang syogyanya harus diekspresikan secara objektif, profesional dan profesional.
Selain itu, Perlu dipahami pula bahwa dalam menggunakan atau mengambil
eviden, kita harus terus mengkonsep ulang, mereview atau mengkaji ulang apakah
eviden yang kita gunakan tersebut layak pakai atau tidak ?,, Hal tersebut
berguna untuk memperkuat alasan yang kita bangun. Juga memperlayak kajian yang
sedang kita dalami.
Sebelum membuat keputusan
final mengenai pengekspresian opini, akan lebih baik jika kita kembali
mengevaluasi alasan yang kita bangun.
Hal itu tidak lain supaya opini kita kuat dan
tingkat memiliki validitas tinggi. Opini yang kuat yakni
opini yang relevan, penting dan dapat dipercaya. Nah untuk mengecek kuat tidaknya opini yang kita
gunakan, kita bisa bertanya terhadap diri kita sendiri, seperti : Apakah opini
yang kita gunakan itu benar? Apakah opininya berkaitan dengan topik ? kemudian
konsekuensinya bagaimana ? Dan lain-lain.
Opini, pemikiran, pendirian, pandangan, prespektif dan anggapan merupakan
suatu pembenaran yang sifatnya masih dalam sirkulasi mind-set otak (benak) dan
perasaan. Bisa menjadi valid jika ia didukung dengan sejumlah bukti fisik yang
berupa data. Implikasinya bahwa suatu kejadian dikatakan valid jika sudah
dibangun dan dibuktikan dengan sejumlah data.
Kadang menurut kita benar, menurut orang lain salah. Menurut orang
lain benar menurut kita salah. Itulah
gambaran realitas mengenai perspektif atau pandangan. Ia datang terkadang
membawa kebijaksanaan dan terkadang juga kontroversial. Realia seperti itu
terjadi seiring dengan dinamika zaman yang makin kencang.
0 comments:
Post a Comment