Hari-hari terus berlalu dan masa-masa terberat
kita sebentar lagi pasti akan berakhir. Kita telah melewati perjalanan yang
sangat panjang, dimana ini merupakan pertemuan yang ke-10. Perasaan letih,
lesu, lemas, dan lain sebagainya pasti telah banyak dirasakan oleh para
mahasiswa dan mahasiswi yang mengikuti mata kuliah writing 4 ini. Meskipun pada
minggu sebelumnya kita banyak mendapatkan freetime.
Dalam perjalanan kita ini serta usaha keras
kita selama ini, bukan tidak mungkin bahwa kita tidak akan mendapatkan apa-apa.
Sekalipun letih, lesu, lemas menghampiri, sedikitnya kita telah mendapatkan
suatu pengalaman belajar yang istimewa, karena telah dibimbing oleh Mr. Lala
Bumela. Banyak para senior class kita yang ternyata iri terhadap angkatan kita.
Pada pertemuan kali ini lebih mengutamakan
pemahaman kita terhadap suatu teks. Untuk itu dipertemuan kali ini Mr. Lala
Bumela memerintahkan kepada para mahasiswanya untuk membentuk sebuah group
seperti pada pertemuan sebelumnya. Setelah semuanya bergabung dengan groupnya
masing-masing, barulah kita diperintahkan untuk mendiskusikan teks tentang
penelitiannya Eben Kirksey mengenai Papua. Kemudian seperti biasa, Mr. Lala
akan berkeliling menandatangani passport (logbook) kita masing-maisng dan
menanyakan atau mengetes apa saja yang sudah kita pahami tentang teks tersebut.
Sebelumnya beliau memerintahkan untuk mencari
apa itu BP? Dan apa sebenarnya
konflik yang ada di Papua tersebut, jangan-jangan masalah yang ada di Papua itu hanyalah
masalah ekonomi saja. Setelah ditelusuri, ternyata banyak sekali media massa
yang mengarahkan pada kejelekan Indonesia. Indonesia dianggap telah
memarjinalkan rakyat Papua dari segi ekonomi, kemudian tentang perlakuan aparat
militer Indonesia terhadap rakyat Papua, tentang bagaimana tanah-tanah adat
yang dijadikan sebagai lahan investasi, bagaimana lapangan pekerjaan yang ada
hanyalah PNS dan buruh perusahaan milik negara-negara imperialis, bagaimana
minimnya tenaga guru dan prasarana pendidikan di daerah-daerah pelosokdan tentu
masih banyak lagi persoalan lain yang telah membelenggu masyarakat Papua.
Seperti itulah media massa memperlakukan kita dengan berbagai informasi yang
terkadang menjatuhkan kita sebagai orang Indonesia.
Berikutnya mengenai BP. BP (British Petroleum)
di Indonesia adalah investor asing terbesar yang bergerak dalam bidang minyak
bumi. British Petroleum juga merupakan sebuah perusahaan minyak bumi yang
bermarkas di London yang merupakan salah satu dari empat besar perusahaan minyak
diseluruh dunia. British Petroleum juga memproduksi berbagai macam produk oli
seperti Castrol.
Lantas ada apa dengan kasus British Petroleum tersebut? Apa yang telah dilakukan oleh pihak yang
terlibat dalam konflik tersebut. Pihak yang terlibat dalam konflik tersebut
harus saling cerdik dalam menutupi keburukan mereka dengan berbagai cara dan
spekulasi agar tidak menjadi pihak yang kalah. Konflik yang terjadi tersebut
melibatkan militer dan polisi Indonesia, serta rakyat Papua, yang telah
berlangsung cukup lama.
Konflik ini diawali oleh pembukaan sebuah
perusahaan minyak asal Inggris yang membangun tambangnya di Papua yang terkenal
dengan nama BP (British Petroleum). Ketika rakyat Papua mendengar akan hal
tersebut, mereka marah melihat tanah mereka dieksploitasi dan lagi-lagi oleh
pihak asing, sedangkan dari pihak militer dan polisi malah menganggap pembukaan
perusahaan asing di tanah Papua tersebut akan menjadi pemasukan tambahan bagi
mereka. Hingga akhirnya polisi dan militer saling berlomba-lomba menyusun
siasat agar perusahaan tersebut memilih mereka sebagai pasukan pengaman
pertambangan dan tentu dengan kontrak yang lebih tinggi.
Tak diduga dari pihak militer, mereka
mempunyai siasat buruk terhadap pihak polisi secara brutal di dekat perusahaan
pertambangan, sehingga dari pihak BP Menganggap bahwa telah terjadi ketidak
amanan yang tidak biasanya.setelah kejadian tersebut militer datang kepada
perusahaan pertambangan dengan menawarkan sebuah kesepakatan.
Pihak militer telah membuat pernyataan yang palsu.
Militer menyatakan bahwa Papua sangatlah tidak aman, banyak para pemberontak
yang tengah bersembunyi di dalam hutan yang suatu saat mereka akan menyerang.
Pembantaian polisi pun ditujukan kepada masyarakat Papua sebagai pihak yang
harus bertanggung jawab. Militer pun kemudian menawarkan diri agar dikontrak
sebagai pasukan pengaman dengan harga atau upah yang tinggi. Melihat bahwa
keamanan merupakan faktor yang penting khususnya bagi perusahaan, sehingga
pihak BP menyetujui penawaran militer tersebut.
Teror dan penyerangan yang terjadi di Papua,
membuat John O’reilly (wakil presiden BP Indonesia) merasa takut, karena ia
mengira bahwa akan ada penyerangan yang dilakukan anggota milisi yakni yang
membunuh polisi. Di hari yang sama saat kedatangannya di Papua, namun Eben
Kirksey menyanggahnya bahwa militer Indonesia telah menginstruksikan untuk
melakukan serangan di minggu yang sama pada kedatangan O’reilly.
Selama pertemuan dengan O’reilly ternyata gagal membuat keadaan menjadi kompleks.
Melihat hal tersebut, Rumbiak mencoba menengahi dengan memberi informasi
tentang militer Indonesia dan polisi. Mereka selalu dalam pertarungan kekuasaan
dan masing-masing saling berlomba-lomba memperebutkan kontrak keamanan.
O’reilly ingin mengetahui yang sebenarnya tentang hubungan DPP di Wasior dengan
proyek BP. Hal tersebut layaknya sebuah teror, ia tidak dapat memperkirakan
tanda dari kejadian tersebut. Padahal tempat BP dari Wasior cukup jauh dan
sulit ditempuh karena terhalang barisan gunung serta medan yang sempit. Eben
Kirksey mencoba menjelaskan tentang waktu yang ditempuh dari Wasior ke BP,
dengan memberi contoh dari kejadian di tahun 2001. Saat itu milisi membunuh
polisi dijarak yang telah dijelaskan oleh Kirksey. Dalam rangka mengumpulkan
penyelidikan tersebut, Dr. Grote yang bekerja sama dengan BP menginginkan
Kirksey untuk menggunakan pengaruh datanya pada pemerintah Indonesia, untuk
mencoba menelusuri siapa sebenarnya dalang dari kejahatan di Wasior ini, agar
pelakunya segera dituntut dan dikenai hukuman. Namun Eben Kirksey merasa
pesismis dengan sejumlah data yang dimilikinya, ia menganggap bahwa bukti dan
fakta tersebut belum cukup. (2009, 153).
Setelah berlangsung cukup lama, BP baru
merasakan kejanggalan pada pasukan militer. BP menyadari bahwa telah terjadi
pemerasan yang dilakukan oleh pihak militer pada perusahaan pertambangannya.
Hingga akhirnya pihak BP mengundang para pejuang HAM Papua ke kantor pusat
perusahaan tersebut yang bertempat di London. Disana pihak BP kemudian
menceritakan semua keburukan militer, termasuk kasus pembunuhan terhadap
polisi.
Selain itu Eben Kirksey dalam pertemuannya
bersama petinggi-petinggi negara di kantor pusat BP, mereka menemukan rahasia
bahwa BP sudah siap untuk tidak menggunakan jasa pengaman Indonesia. Kemudian
Eben Kirksey akan bekerja sama dengan The Sunday Times (surat kabar
terbesar di Inggris) untuk mempublikasikan hasil penelitiannya. Grimston
(asisten editor asing) sangat tertarik dengan penelitiannya Kirksey, termasuk
tentang pembunuhan polisi. Dia pun menginginkan agar double-agents tersebut
dipublikasikan namanya, namun Kirksey tetap menolaknya. Eben Kirksey tahu nasib
double-agents akan dalam bahaya jika ia mencantumkan namanya. (2009, 153-154).
Dalam menghadapi kasus tersebut, John Rumbiak
selalu memberikan support terhadap Eben Kirksey. Ia memberikan informasi
tentang data-data dan penelitiannya, baik dalam hal informasi Papua, bahkan
wilayah kajian yang harus Kirksey gali lebih dalam lagi. (2009, 149-150).
Rumbiak juga sependapat dengan Grimston untuk mempublikasikan nama narasumber,
namun Kirksey tetapa menjaganya, karena ia tahu narasumbernya akan menjadi
incaran para militer. Hal itu juga dikarenakan ia mengetahui banyak rahasia
tentang militer. (2009, 148 dan 151).
Penelitian-penelitian Eben Kirksey didukung
oleh berbagai pandangan tentang pengetahuan. Salah satunya yaitu ia membuktikan
pendapat Donna Harraway yang mengatakan bahwa pengetahuan terletak pada sudut
pandang dari sekarang. Hal tersebut terbukti dari penelitiannya tentang antropologi
Papua. Dimana struktur informasi terpinggirkan atau kurang ke dalam bentuk
reportase yang bernilai global. Hal tersebut sebagai bentuk berubahnya sudut
pandang si peneliti dengan cara masuk dan melihat langsung ke dalam objek yang
bersangkutan. (CF. Nagel 1986 : 67/2009, 154).
Penelitian menerjemahkan Eben Kirksey sama
dengan pendapat harraway, yakni bagaimana kita menerjemahkan pengetahuan dari
banyak perbedaan dan perbedaan kekuatan massyarakat. Hal tersebut sama seperti
objek outoritas Kirksey dan kredibilitasnya dalam dunia sosial, dimana orang
Papua dilarang masuk pada wilayahnya sendiri. Berbagai koalisi muncul dari
berbagai kelompok mahasiswa Papua, aktivis lingkungan dan aktivis HAM. Mereka
semua menginginkan agar proyek BP berhenti di tanah Papua. Keberhasilannya
tersebut membuatnya terfikirkan tentang fakta-fakta yang ia nyatakan dalam
penelitiannya. Menurutnya fakta-fakta tersebut mungkin akan bermanfaat bagi
pemerintah Indonesia untuk mendapatkan keadilan, bagi pelanggar HAM di Wasior.
Eben Kirksey pun tetap menjaga narasumbernya dengan tidak mencantumkan nama
mereka (2009, 154-155).
Stelah pihak BP melaporkan kejanggalan dari
pihak militer, disisi lain BP dihadapkan oleh sejimlah kasus pada
perusahaannya. BP dianggap telah ingkar janji terhadap rakyat Papua yang mana
BP berjanji akan memberikan kemakmuran bagi rakyat Papua, seperti mendirikan
rumah yang lebih baik, pekerjaan jangka panjang, serta perlindungan penuh
terhadap lingkungan. Tetapi dikarenakan gas yang mengalir, kepala desa kini
mengeluh pahit bahwa perusahaan telah mengingkari perjanjian. BP juga telah
melarang orang Papua pergi melaut dan tidak diizinkan menangkap ikan atau udang
di zona eksklusif yang ditetapkan oleh BP.
Pihak BP tidak tinggal diam menanggapi hal
tersebut di atas, mereka mengatakan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyangkal adanya kerusakan lingkungan di tanah Papua.
2. Pihak BP terikat aturan tentang jumlah pekerjadari Papua.
3. Tenaga konstruksi sebanyak 30% berasal dari Papua, sebagai lapangan
pekerjaan untuk mereka yang berjangka panjang.
4. BP lebih memprioritaskan desayang terkena dampak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara BP dan
pihak militer sama-sama terlibat sebuah kasus, namun mereka saling cerdik dalam
menutupi keburukan mereka. Secerdik-cerdiknya mereka menutupi kasusnya pasti
akan terbongkar juga. Banyak masyarakat Papua yang kontra dengan adanya proyek
BP, karena sebagian menganggap telah diingkari, meskipun begitu ada saja yang
menganggap BP sebagai kawan demi kepentingan semata.
0 comments:
Post a Comment