11th Class Review
Minggu
kemarin kita telah mengetahui apa itu esay argumentatif. Namun nampaknya esay
yang satu ini bisa dibilang gampang-gampang susah. Gampang karena itu berupa
opini kita, tetapi susah atau sulit karena yang menjadi topiknya adalah Papua
Barat. Kita disudutkan pada dua pilihan mengenai Papua Barat, apakah Papua
tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), atau
haruskah Indonesia membiarkan Papua lepas begitu saja.
Sebelum
membuat esay argumentatif tentang Papua, kali ini Mr. Lala Bumela menugaskan
untuk membuat outline dari argumentatif esay. Outline argumentatif esay ini
hampir mirip seperti ketika kita akan membuat karangan, maka harus ada
kerangkanya terlebih dahulu. Outline ini merupakan fondasi, karena outline ini
yang nantinya akan dikembangkan dalam menulis esai argumentatif.
Pada
pembuatan outline argumentatif yang pertama, Mr. Lala Bumela tidak dapat hadir
dikarenakan anaknya sedang sakit. Maka yang memeriksa outline kita adalah teman
dari reading club kita masing-masing. Kemudian pada outline yang kedua
diperiksa oleh beliau. Layaknya konsultasi saja mengenai apa yang harus ditulis
dalam esai argumentatif kita mengenai Papua tersebut. Dalam memulai konsultasi
ini, kita semua berhitung dari 1-10 orang, kemudian 10 orang harus maju ke
dapan secara bergantian. Sama seperti halnya Mid test bulan lalu. Kita harus
mengetahui dan menguasai apa yang kita tulis, kemudian Mr. Lala Bumela akan
mengomentarinya serta memberika masukan pada esai kita tersebut.
Meskipun
pada dua pekan terakhir ini kita telah membuat dua outline mengena Papua, namun
tetap saja masih banyak yang harus dikoreksi dan direvisi. Dalam hal ini saya
mendukung Papua untuk tetap menjadi bagian dari NKRI, namun yang salah dalam
argumen saya yakni hanya mengenai sumber daya alamnya saja, justru hal yang
penting malah tidak dibahas. Mr. Lala Bumela pun menyarankan agar mengambil
sudut pandang dari kaca mata sejarah.
Setelah
selesai 10 orang maju ke depan, hampir semuanya disarankan untuk mengambil dari
sudut pandang sejarah yakni sejarah Papua sebagai aset negara. Kita harus
mempertahankan Papua sebagai bagian dari NKRI dikarenakan sejarah, bukan hanya
dari kekayaan alam semata. Mengapa sejarah itu merupakan alasan yang kuat?
Karena jika Papua memisahkan diri dari Indonesia, maka itu akan mencacati
sejara. Untuk itu sejarah harus dipertahankan keasliannya sampai kapanpun.
Meskipun banyak sejarah yang kono katanya telah dimanipulasi dan dirubah naskah
aslinya, namun kita harus pandai-pandai mengolah suatu informasi. Contohnya
saja seperti orang-orang Papua yang kontra dengan NKRI, maka banyak sekali
pemberitaan-pemberitaan yang miring mengenai Indonesia. Bahkan media massa pun
telah banyak membuat manusia tercuci otaknya.
Menurut
Noam Chomsky, fakta di media massa hanyalah hasil dari rekonstruksi dan olahan
para pekerja redaksi. Walaupun mereka telah bekerja dengan menerapkan
teknik-teknik jurnalistik yang presisi, tetapi tetap saja kita tidak dapat
mengatakan bahwa apa yang mereka tulis adalah fakta yang sebenarnya. Maka dalam
hal ini yang namanya rekonstruksi tentunya sangat bergantung pada bagaimana
orang-orang dibalik media dalam melakukan kerja-kerjanya.
Mr.
Lala Bumela pun mengatakan bahwa kita harus jeli membaca atau mengambil suatu
informasi. Kita harus mengetahui tentang bagaimana media asing tersebut memutar
balikkan fakta-fakta, dan bagaimana media asing memperlakukan kita, apakah itu
adil atau tidak, menguntungkan atau tidak, atau justru malah menjebak kita
dalam mencari evidence.
Untuk
itu, demi menghindari kesalahan informasi pada argumentatif esay kita tersebut,
terdapat tiga point penting yang harus ada dalam argumentatif esay kita
nantinya. Tiga point penting tersebut yaitu:
1. Reasoning and Evidence
Dalam sebuah argumentatif esay, tentu tidak
akan terlepas dari reason atau alasan yang menyebabkan seseorang berargumen.
Terdapat kriteria dalam memberikan suatu alasan yang kuat, antara lain dapat
diterima oleh akal (logis), dapat dipercaya, dan sebagainya. Selain itu
pemberian bukti. Bukti yang banyak dapat memperkuat alasan yang dipaparkan dan
dapat lebih meyakinkan pembaca.
2. Definite Evidence
Sebuah argumentatif esay harus banyak didukung
oleh adanya bukti yang ersifat fakta. Fakta-fakta tersebut dapat diperoleh
dengan berbagai cara seperti melalui bahan bacaan (buku, majalah, surat kabar,
dan lainnya), wawancara atau angket, dan penelitian atau pengamatan langsung
melalui observasi. Argumentatif esay yang baik biasanya mengemukakan alasan,
contoh, dan bukti yang kuat, serta meyakinkan. Alasn-alasan, bukti dan
sejenisnya digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui
pendapat, sikap dan keyakinannya. Keberadaan data, fakta, dan alasan sangat mutlak
dalam argumentatif esay. Bukti-bukti tersebut dapat berupa benda-benda konkret,
angka statistik, dan rasionalisasi penalaran dari penulis.
3. Working Thesis
Thesis statement berisi topik, klaim, dan
alasan. Thesis statement ini sebenarnya selalu ada dalam sebuah tulisan. Bentuk
thesis statement ini dapat tersurat atau tersirat. Hal tersebut dibutuhkan
karena topik, klaim, dan alasan harus dibuktikan pada tubuh suatu paragraf dan
pembuktiaan itu bida ditulis secara ringkas didalam kesimpulan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa sebuah argumentatif esay sangat terkait dengan adanya alasan, bukti,
fakta yang kuat, dan working thesis yang tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar
argumen kita dapat diterima oleh orang lain.
0 comments:
Post a Comment