Class
Review 9
Analysis data terhadap Papua
Perubahan
yang signifikan dengan menghitung waktu, nyatanya negara tercinta ini terbilang
hitam putih. Ibarat sehelai kain, jika kain tersebut dibatik maka kain ini
mempunyai arti khusus. Dan sebaliknya jika kainnya masih belum terisi atau
polos, maka kain tersebut mempunyai arti umum. Sama halnya dengan negara ini
banyaknya perbedaan dapat memicu sebuah konflik, dan jika tidak adanya
perbedaan bukan bernama hidup, kita ini hidup di dunia banyak berbagai perbedaan
yang kita kenal dengan “berbeda-beda tetapi satu jua”.
Suatu
kekuatan menjadi amunisi perdamaian yang abadi, jika nyatanya begini karena
banyaknya seseorang yang berwenang tergoyah untuk menguatkan mereka. Suatu hal
yang terungkap dari artikel “Don’t use your data as a pillow”, yaitu BP tidak
mau memberikan uang, militer seharusnya focus terhadap Papua, akan tetapi malah
focus ke BP, dan diantara nasionalisme dan HAM. Hal yang mengejutkan nyatanya
Denny Yomaki meneliti kekeringan disana, akan tetapi terjadi sesuatu yang tidak
disangka di sana pun sedang banyak percecokan tentang amunisi di tanah Papua,
yang nyatanya sedang diperdebatkan.
Terdapat
beberapa pembicaraan bahwa kepolisian Indonesia belakangan mengaku telah
menerima dana jutaan dollar dari PT Freeport Indonesia untuk mengamankan
kegiatan pertambangannya di Papua. Kapolri Jenderal Timur Pradopo bahkan
menyebut bahwa dana tersebut dialokasikan sebagai dana keamanan. "Itu dana
operasional yang diberikan langsung kepada personil kepolisian untuk membantu
kebutuhan mereka," ujarnya.
Pada
paragraf ke 27 memberikan penjelasan
tentang O’Reilly, bahwasannya adanya pembunuhan dalam serangan yang terjadi
ketika itu. Apakah serangan tersebut direncanakan bertepatan dengan kunjungan
O’Reilly? Nyatanya para agen militer Indonesia yang mengerahkan milisi ini
telah mengirimkan surat kepada mereka dengan instruksi untuk meluncurkan
serangan, ketika O’Reilly berkunjung.
Selanjutnya
ketika O’Relly berkunjung, John Rumbiak pun berusaha melerai dengan menyediakan
lebih banyak konteks, O’Relly lebih merujuk pada persoalan tentang Rumbiak
dalam opeerasi kekerasan isolate, memusnakan dan dalam proyek BP. Sejauh ini
paragraf 28 mengulas bahwa Wasior adalah lokasi proyeknya sejauh 160 kilometer.
Lalu tidak ada jalan untuk menghubungkan dua lokasi tersebut. Dalam paragraf 29
ini bahwa jika menelusuri Wasior dengan berjalan kaki selama dua minggu
lamanya. Perihal ini juga anggota milisi melakukan pengintaian.
Perihal
Dr Grote terlambat ketika pertemuan, dan buru-buru untuk menyimpulkan
percakapan yang sedang dibicarakan, Rumbiakpun meminta bahwa fungsi yang
mempengaruhi dengan pemerintahan Indonesia untuk membantu memastikan bahwa
pelaku kekerasan di Wasior dengan diusut secara eksplisit, yang terdapat pada
paragraf 30 ini.
Paragraf 31
membahas tentang John O’Reilly, sedang mengungkapkan rahasia sebuah fakta-fakta
yang sedang mendekati pihak berwenang Indonesia. Bahwasannya ada seorang anggota
salah satu partai peserta Pemilu 2014 tanpa ragu menegaskan dengan agresifitas
OPM, sebut Herman yang sehari-hari bekerja di Jakarta. Keinginan menjadi
merdeka, semakin membara terutama dipicu oleh pernyataan Presiden SBY tahun
lalu., terpisah dari NKRI tinggal soal waktu. Kemerdekaan itu sudah ditunggu
sebab pada hakekatnya seluruh rakyat Papua saat ini sudah menjadi pendukung
OPM.
Paragraf 32
ini menceritakan pada saat pertemuan dikantor pusat BP, bahwa perusahaan
terlansir rahasia, akhirnya ada yang mengingkari sebuah perjanjian bahwa tidak
boleh bekerja sama dengan keamanan yang ada di Indonesia. Dan John Rumbiak pun
ingin beritanya go public, agar semua kejadian tersebut adalah sebuah berita
agar seluk beluknya terdeteksi oleh yang lain.
Paragraf 33
terungkap dan saling berhubungan dengan paragraf sebelumnya, bahwa Grimston mempertimbangkan berita yang
akan di publikasikan, karena belum bisa sepenuhnya berkomitmen untuk
menerbitkannya. Adanya keinginan dari anggota milisi untuk mencetak sebuah
nama-nama yang membantu membunuh police officers. Hal ini mengerucut pada anggota milisi,
milisi tersebut akan di bunuh jika Grimston mencetak nama-namanya. Pada
akhirnya juga Grimston tidak bias menyebutkan nama sumber milisi.
Paragraf 34
mengulas dalam tiga hari kedepan Grimston sedang memegang rahasia dengan
kerjasama BP dengan pasukan keamanan. Adanya penyisiran untuk mengamankan,
jadinya penumpasan Indonesia melakukan operasi militer Indonesia. Berdasarkan
tidak kepercayaan pemerintah Indonesia. Perihal paragraf 35 yakni baru-baru ini, dengan ratusan pasukan Indonesia hanya
terlihat dalam adegan keamanan intens, Pangeran Andrew, Utusan bisnis resmi
pemerintah, jatuh di Teluk Bintuni, salah satu sudut terpencil
Indonesia. Rencananya adalah untuk memeriksa baru £ 3.5bn pabrik gas alam
BP. Apa Duke of York mungkin tidak tahu adalah bahwa dia telah berjalan
langsung ke dalam baris antara perusahaan minyak raksasa dan penduduk desa
setempat. Dan BP pun mengatakan kebijakan keamanan yang dirancang untuk
meminimalkan kemungkinan yang akan melibatkan militer.
Paragraf 36 adalah Grimston dan O’Reilly bekerja sama
dengan aktivis HAM di Papua, dan seorang wartawan Inggris. Dalam artian secara
yang berbasis simultan untuk berkomitmen sungguh-sungguh agar terealisasi dan
terikat oleh kontingensi sejarah secara radikal. Paragraf 37, hal ini mengkritisi terhadap kebijakan ketenagakerjaan BP
ditujukan pada perusahaan tahun lalu dan Penasehat Independen Tangguh yang
diketuai oleh Lord Papua dan untuk mendidik penduduk setempat tentang
"demobilisasi" proses ketika pekerjaan konstruksi selesai.
Paragraf
38 yaitu, menyebutkan artikel Sunday Times, menceritakan fakta dalam
perjuangannya dengan pemerintahan Indonesia untuk mendapat keadilan bagi para
korban pelanggaran HAM di Wasior. Dan akhirnya O’Reilly tidak mampu untuk merespon permintaan Telys Waropen
dengan sumber daya di Papua. Paragraf 39 ini selain itu sedang diadakannya
kongres yang mana dihadiri dari ratusan delegasi, dibelakang tuntutan
masyarakat. Dan kelompok yang menyelenggarakan kongres telah menerima uang dari
BP untuk akomodasi, tranportasi dan menyewa tempat-tempat pertemuan.
Paragraf
40, wawancara yang dilakukan oleh O’Reilly sebelumnya bertemu dengan seorang
aktivis kemerdekaan Papuan yang mana hidupnya diasingkan di Belanda, sebagian
ceritanya itu akan disiarkan langsung. Paragraf 41, adanya bukti-bukti yang
diringkas bahwa agen-agen militer Indonesia telah memicu kekerasan didekat
lokasi proyek BP. Dalam wawancaranya pun menyebutkan bahwa BP mengingkari
janji-janji untuk tidak bekerja dengan pasukan keamanan Indonesia.
Paragraf
42, diharapkan proyek BP dilanjutkan hingga ingin menghentikan kekerasan
militer. Selanjutnya pada paragraf 43 pun orang-orang Papua lainnya melakukan
penelitian dengan berkolaborasi dari pemimipin kemerdekaan lainnya, upaya
mempelajari kemerdekaan. Paragraf 44, agar tercapainya proyek dalam penelitian
para aktivis hak asasi manusia merekrut banyak orang yang menjadi penopang
untuk lebih menggali proyeknya.
Pada
paragraf 45 banyaknya pendukung internasional yang aktif berkampanye tentang
Papua Barat. Agar semua orang mengerti dan mengetahui banyak informasi yang
harus di publikasikan, beliau menerjemahkan ke berbagai bahasa terutama
Indonesia. Paragraf 46, Hale 2006:113 mengatakan “deploy positivist social
science methods and subject them to rigorous critique while acknowledging with
acceptance the cognitive dissonance that results.” Paragraf 47 mengulas tentang
pendekatan-pendekatan pengetahuan, peneliti juga sebelumnya tidak pernah keluar
dari nilai-nilai yang sudah ditentukan.
Paragraf
selanjutnya yaitu 48, dalam pengakuannya bahwa Papua adalah besar dan bahwa ia telah
sulit untuk mengidentifikasi yang merupakan penduduk asli desa
tersebut. Pada situasi ini menunjukkan bahwa BP telah memberikan salam
temple untuk beberapa orang, sehingga mereka dapat melakukan perjalanan lebih
lanjut "Kami percaya kami telah menetapkan standar baru untuk kelompok BP.
Telah ada banyak kemajuan namun tidak ada kepuasan," katanya.
Paragraf 49, ketergantungan
rakyat pada BP sangat tinggi. Akan ada masalah ketika pekerjaan berakhir. Akan
ada degradasi ekonomi dan psikologis, kata pemimpin Papua dalam surat mereka
kepada Guardian. Dan pada paragraf 50, yaitu membuat domain dengan peran
yang sesuai dengan isi kisah dan problemnya.
Dan terakhir adalah paragraf 51, yaitu dalam bekerja beliau potret
etnografi dengan realitas hidup yang berdampingan di Papua Barat.
Sejak 1976,
para pejabat perusahaan pertambangan Freeport
Indonesia sering menerima surat dari OPM yang mengancam perusahaan
dan meminta bantuan dalam rencana pemberontakan musim semi. Perusahaan menolak
bekerja sama dengan OPM. Mulai 23 Juli sampai 7 September 1977, milisi OPM
melaksanakan ancaman mereka terhadap Freeport dan memotong jalur
pipa slurry dan bahan
bakar, memutus kabel telepon dan listrik, membakar sebuah gudang, dan
meledakkan bom di sejumlah fasilitas perusahaan.
Sebenarnya apa yang mau disiapkan
oleh masyarakat Papua menuju Papua merdeka? banyak masyarakat Papua yang benar
benar berjuang untuk Papua merdeka, tetapi ada sebagian masyarakat Papua lain
yang hanya sibuk dengan budaya modern yang datang bertubi tubi,
banyak masyarakat yang sibuk dengan
menghitung togel tanpa mengenal waktu, ada masyarakat lain yang duduk
berkelompok kelompok untuk berpesta miras (minuman keras) dan juga ada banyak
pelajar dan mahasiswa yang selalu disebut tulang punggung bangsa Papua.
Jadi, kesimpulannya adalah dalam
artikelnya Eben terasa serba salah, nyatanya tidak sesuai dan sejalan dengan
penelitiannya dan dengan kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan yang
ada. OPM yang akan menyerang militer, dan nama baik BP pun bersih pada
penyerangan, dan dapat di petik bahwa orang barat sangat pintar mengadu domba
BP, dan pada saat bersamaan OPM pun diundang untuk mengklarifikasi berita yang
ada.
0 comments:
Post a Comment