The 11th
Class Review
“Argumentative
is going on…”
Pertemuan
hari ini adalah pertemuan yang menyenangkan, dimana Mr. Lala terlihat ramah dan
nyaman sekali sehingga membuat saya merasa enjoy. Dalam pengecekan outline baik
yang direvisi atau bukan, beliau juga memberikan saran-saran atau masukan tanpa
menjudge kami semua. Banyak sekali saran-saran yang diberikan beliau tentunya
kepada saya. Ada yang berupa saran tentang cerita Papua itu sendiri, bahkan
saran dari argumentativenya. Bahwasannya lebih baik menggunakan introduction di
awal kalimat dengan “This paper is argue that… “.
Terkait
dengan reasoning dan evidence dalam argumentative, kami tidak boleh
menuliskan secara emosional apabila kami setuju atau tidak dengan Papua.
Bahkan kami juga tidak boleh menjudge ini itu tanpa adanya bukti dan
data yang kuat karena itu akan mengakibatkan mungkin terlihat seperti fitnah. Dan
apabila kami setuju bahwa Papua harus tetap dengan NKRI, kami tidak boleh
mencantumkan pendapat BENNY WENDA karena dia menyetujui Papua merdeka
dan dialah ketua OPM di Inggris.
Dalam
sharing argumentative essay dengan teman-teman, disini saya menemukan tiga
alasan baru, yakni Tourism, Integrasi, dan perbedaan ideology. Point
tersebut bisa dijadikan tambahan alasan untuk argumentative saya. Bukan hanya
itu, the role of media juga sangat mempengaruhi. Dimana Negara yang memiliki media sekarang dijadikanlah
sebagai Negara hebat, bukan lagi Negara-negara yang memiliki nuklir. Itu
merupakan paradigm yang dahulu. Kenapa demikian? Karena Negara-negara yang
memiliki media dan mampu menguasainya, mereka lah juga termasuk orang-orang
yang mampu membolak-balikan sejarah.
Mengomentari
artikel Eben, disini kita harus bisa melihat sejarah sebagai asset, dimana
alasan kita berargumen hamper kebanyakan masuk dalam point sejarah. Oke, terkait dengan perusahaan multinasional
yang melakukan tindak kristenisasi. Adanya perjanjian kerjasama secara global
untuk mengadakan daerah pasar bebas (AFTA) mendorong banyak pihak eksternal
atau yang dalam hal ini adalah Multi-National Corporations (MNCs) untuk
berinvestasi ke negara-negara berkembang yang memiliki kelebihan dalam aspek
Sumber Daya Manusia dan bahan baku yang mudah di dapatkan pada kawasan Asia
Tenggara, khususnya Indonesia. Akan tetapi dengan kehadiran MNCs di Indonesia,
tidak serta merta hanya membawa dampak yang positif. Berbagai macam dampak
negatif turut serta hadir sebagai konsekuensi
kehadiran MNCs tersebut,
baik pada dimensi
pekerja maupun pada
dimensi lingkungan hidup.
Perusahaan
multinasional yaitu suatu perusahaan yang berbasis di satu negara (negara
induk) akan tetapi pesusahaan itu memiliki kegiatan produksi ataupun
pemasaran cabang di negara – negara lain. MNC menjadi fenomena yang dominan
dalam hubungan internasional saat ini terkait dengan adanya globalisasi
perdagangan dan perkembangan perekonomian dunia. Dalam hal perkembangan
perekonomian domestik suatu negara, MNC memiliki pengaruh yang signifikan sebab
keberadaan MNC pada suatu negara menjadi salah satu penyumbang pajak tertinggi
bagi pendapatan suatu negara sekaligus bagi perkembangan ekonominya. MNC adalah
bentuk korporasi baru yang tidak dapat di hindari sebagai sebuah konsekuensi
logis dari adanya globalisasi itu sendiri. MNC merupakan wujud dari perdagangan
modern dimana profit merupakan orientasi utama dari keberadaan setiap MNC di
suatu negara.
Ada beberapa
contoh perusahaan multinasional di Indonesia, yaitu Dunkin Donuts, LG,
Blackberry, Levi’s jean, KFC dan Epson. Yang mana perusahaan tersebut biasa
kita gunakan dalam keseharian kita, entah makan siang di KFC, atau ftocopian
yang menggunakan produk Epson, atau celena levis yang menurut sebagian orang
bagus bahannya. Terkait dengan kristenisasi, seperti halnya Alfamart, yang
selalu menanyakan sisa uang kembalian untuk donasi atau tidaknya. Padahal uang
tersebut didonasikan untuk pembangunan gereja-gereja. Hal ini merupakan
termasuk kristenisasi secara luas dengan adanya penyebaran gereja-gereja.
Kembali ke
argumentative essay, bahwasannya evidence yang digunakan harus definite
yaitu pasti. Serta penggunaan thesis harus workable dengan baik. Hal ini
diperlukan untuk mendukung atau meyakinkan pembaca dalam argument yang
dituliskan. Disini beliau juga menyarankan bahwa saya harus lebih teliti dalam
penggunaan eventhough.
Though,
although, even though, while, whereas, inspite of dan despite of merupakan contoh Conjunction jenis Adversative
Conjunction. Adversative conjunction yaitu kelompok kata penghubung yang
mengandung arti pertentangan antara satu bagian denagn bagian yang lain.
Macam-macam
Adversative conjunction :
Though, although
dan even though sebagai conjunction
Kata
“though” dapat berfungsi sebagai conjunction (kata sambung) dan sebagai adverb
(kata keterangan). Sebagai conjunction, THOUGH = ALTHOUGH = EVEN THOUGH (meskipun,
walaupun) yang digunakan untuk mengawali sub-clause (anak kalimat) yang
biasanya berlawanan makna dengan main clause, dengan pola sebagai berikut:
Pola 1 = Main
clause + though + subject + verb +…
Atau diletakkan sebelum main
clause:
Pola 2 = Though +
subject + verb +…, main clause.
NOTE: Jangan lupa membubuhkan tanda koma sebelum
main clause.
Contoh POla 1
a.
I will get through it though it is hard. (Aku akan berhasil melewatinya walaupun
sulit).
b.
We kept playing football though it rained
hard. (Kami terus bermain bola walaupun
hujan deras).
c.
He didn’t pass the exam though he had
studied hard. (Dia tidak lulus
ujian walaupun dia telah belajar dengan tekun).
d.
She is still a humble person though she has
become a famous artist. (Dia masih orang
yang rendah diri walaupun dia telah menjadi artis terkenal).
Contoh Pola 2
a.
Though it is hard, I will get through it. (Walaupun sulit, aku akan berhasil
melewatinya).
b.
Though it rained hard,
we kept playing football. (Walaupun hujan deras, kami terus (tidak berhenti)
bermain bola).
c.
Though he had studied hard, he didn’t pass the exam. (Walaupun dia telah belajar dengan tekun, dia
tidak lulus ujian).
d.
Though she has become a famous artist, she is still a
humble person. (Walaupun dia
telah menjadi artis terkenal, dia masih orang yang rendah diri).
Kalimat
di atas akan bermakna sama jika though digantikan dengan although atau even
though.
Contoh:
a.
I will get through it although/even though it
is hard. (Aku akan
berhasil melewatinya walaupun sulit).
b.
We kept playing football although/even though it
rained hard. (Kami terus
bermain bola walaupun hujan deras).
c.
He didn’t pass the exam although/even though he
had studied hard. (Dia tidak lulus
ujian walaupun dia telah belajar dengan tekun).
d.
She is still a humble person although/even
though she has become a famous artist.
(Dia masih orang yang rendah diri walaupun dia telah menjadi artis terkenal).
NOTE: Sebagai conjunction, though lebih jarang
digunakan daripada although dan eventhough.
“Though”
sering digunakan dalam unreal/contrary to fact conditional. Dalam hal ini,
though harus bersandingan dengan “as” menjadi “as though“, yang bermakna
sama dengan “as if“, yaitu “seolah-olah/seakan-akan”. Dalam kalimat conditional,
although dan even though tidak digunakan.
Contoh:
He always talks to her picture as though she were right in front
of him. (Dia selalu ngomong
dengan fotonya seolah-olah dia (orangnya) ada di depannya).
Saran Mr. Lala
mengenai Argumentative Essay:
a.
OPM
(POLITIK BELANDA) = bagian dari BOM WAKTU, harus dipetakan secara detail,
b.
History
Papua <1945, 1945-1965, 1965<
c.
Culture,
boleh dijadikan sebagai reason kedua.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa alasan yang digunakan dalam argumentative essay harus
pasti atau definite. Tentunya dengan bumbu-bumbu yang beliau telah sarankan
untuk saya, mungkin akan terasa lebih renyah. serta penggunaaan grammar dan conjunction harus lebih hati-hati lagi.
0 comments:
Post a Comment