7th Class Review
Pada pertemuan ke
delapan, pembelajaran berlangsung dengan diawali sebuah tema “peer review is a
must”. Maksudnya yakni tugas writing harus di review oleh teman sebangkunya masing-masing. Hal tersebut dimaksudkan agar kami semua tahu dimana letak kesalahan dari tulisan kami tersebut, dan kemudian setelah itu merevisinya dengan benar. Peer review kemarin yakni masih menyangkut suatu artikel yang
ditulis oleh Howard Zinn mengenai Columbus. Jadi itu merupakan critical review
yang kedua dalam class writing ini. Meskipun kedua kalinya teks critical review
tersebut dibuat, namun kesalahan masih begitu banyak dan kali ini benar-benar
fatal. Kami tidak menuliskan generik strukturnya secara eksplisit. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya pemahaman dalam diri kami masing-masing.
Sebelum membahas mengenai langkah-langkah apa saja yang harus
ditempuh ketika akan melakukan peer review, terlebih dahulu sedikit mengulas
mengenai materi pada pertemuan ke tujuh kemarin. Pada minggu kemarin telah
dibahas tentang salah satu tugas utama penulis yakni untuk mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru dalam menjangkau suatu bentuk-bentuk baru dari
pemahaman yang akan selalu meliputi tiga tahapan penting yaitu
emulate-discover-create.
Tugas
penyair sebenarnya tidak jauh beda dari karya sejarah yang juga menemukan
(discover) dari pada menciptakan (create). Memang dalam hal ini banyak orang
yang hanya mendiscover, tetapi tidak sampai kepada creating. Sejarah seperti
penyair, mengungkapkan dalam situasi yang selalu baru, tentang kemungkinan manusia
yang hingga sampai sekarang tersembunyi. Sejarah itu akan selalu ditulis ulang,
karena yang menubah dunia itu adalah para penulis. Namun disini tugas kita
hanya cukup sampai discover saja bukan invent.
Bentuk-bentuk baru dari pemahaman atau yang disebut ceruk-ceruk
baru adalah possibilies understanding. Dalam hal ini pula menulis
dikatakan suatu masalah dalam menciptakan affordances serta dalam
mengeksplorasi potensi makna. Mengapa demikian, karena menulis merupakan sebuah
semogenesis. Dalam systemic functional grammar pun telah dijelaskan bahwa
language as a semiotic system = (a system of meaning).
Selanjutnya pembahasan kemarin yaitu thesis
statement. Thesis statement ini merupakan tahapan untuk membuat dialog awal
dengan pembaca. Kita tahu bahwa pembaca akan selalu membawa kesan pertamanya di
awal paragraf. Seorang pembaca selalu tertarik untuk membaca pada bagian awal
paragraf dan terkadang pula dengan melihat sebuah judul dari bacaan tersebut. Hal
ini pasti pernah dilakukan oleh banyak orang, karena judul menggambarkanisi
pokok pembahasan, serta paragraf awal merupakan titik suatu permasalahan. Milan
Kundera memberikan komentar (in L’Art duroman, 1986), “to write means for the
poet to crush the wall behind which something that was always there” hides.
Selesai
membahas materi pada pertemuan ke tujuh kemarin, selanjutnya beralih kepada
langkah-langkah dalam melakukan peer review. Peer review pada minggu kemarin
dilakukan dalam waktu 45 menit. Dalam waktu 45 menit tersebut kami diharuskan
untuk menilai dua parameter dasar dalam mereview yakni unity dan coherence.
Mempertahankan
kesatuan dalam paragraf mengharuskan bahwa setiap kalimat berada dalam sebuah
paragraf atau setiap komposisi paragraf harus terkait erat dengan topik.
Sehingga komposisi akan terpadu ketika memiliki paragraf yang penting untuk
mengembangkan thesis statement. Sperti yang telah dijelaskan mengenai thesis
statement bahwa kesan pertama selalu berada di awal sebuah paragraf. Sedangkan
dalam coherence dalam mempertahankannya tidak hanya membutuhkan kesatuan,
tetapi juga suatu aliran yang logis, mengalir, dan alami dari suatu ide yang
lain. ketika kesemuanya telah memenuhi kriteria, maka koherensi telah
ditetapkan.
Terdapat
tiga cara dalam menciptakan koherensi dalam sebuah paragraf atau multi teks
paragraf.
1. Mengatur ide-ide untuk mencapai penekanan. Dalam menempatkan penekanan
terdapat tiga cara, bisa dengan menggunakan pernyataan langsung, bisa dengan
suatu posisi, dan bisa juga dengan proporsi. Dalam posisi, contohnya seperti
paragraf pertama dan paragraf terakhir atau suatu konten terlemah tetapi idenya
merupakan yang terkuat. Sedangkan dalam proporsi ini suatu topik dapat
menggunakan beberapa paragraf, jika memiliki nilai lebih.
2. Mengatur ide-ide untuk mencapai koherensi. Body paragraph harus
dikembangkan dengan baik dan diatur dalam urutan logis. Dalam hal ini terdapat
berbagai macam metode pengorganisasian dalam supporting detail yaitu
chronological order, spatial order, order of important, cause and effect,
comparison and contrast, eksplanation, clasification, dan sebagainya. Namun
sebenarnya kita tidak hany berpatokkan pada organisasi tersebut saja, sehingga
kita harus membatasinya.
3. Menghubungkan ide-ide kita untuk mencapai koherensi. Dalam cara yang
terakhir ini kita harus menggunakan satu atau lebih jenis kata-kata atau frasa
untuk menghubungkan ide-ide dalam paragraf. Kata-kata penghubung dalam
menghubungkan ide-ide tersebut yaitu:
a) Transitional expressions, seperti untuk menunjukkan lokasi, waktu,
similarities, perbedaan, klasifikasi, dan lain sebagainya.
b) Direct pronoun references
c) Repetition of keywords.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa ketika kita akan melakukan peer review, kita harus terlebih dahulu
mengenali atau paham dengan dua parameter peer review tersebut. Dua parameter
itu yakni unity dan cohenrence. Keduanya harus saling terpadu.
0 comments:
Post a Comment