Tuesday, April 15, 2014

IDEOLOGY : BUZZWORD OF HISTORY

(by: Nofi Maryana)



Sejarah apabila dikaji lebih dalam sama dengan jurnalisme. Didalamnya ada unsur subyektivitas yang tidak terelakkan. Ketika memilih sebuah tema untuk diberitakan, atau ketika seorang sejarawan memilih tema untuk ditulis, keduanya sudah dalam posisi subyektif. Mengapa memilih tema yang ini dan tidak tema yang lain, padahal penting atau tak pentinnya suatu tema, hanya berdasar pada soal “menurut siapa”. Tetapi yang membuatnya menjadi obyektif adalah, baik  sejarah maupun jurnalisme memiliki metode penulisannya masing masing.






Ideologi adalah faktor utama pembentuk subjektifitas tersebut. Penulisan sejarah ataupun jurnalisme adalah soal ideologi. Ideologi membuat sejarah semakin kompleks karena ia biasanya banyak berkaitan dengan perkara kekuasaan dan politik. Kini sejarah bukan lagi memori kolektif harga diri suatu negara, melainkan ia kini digunakan untuk merumuskan identitas. Pembahasan minggu ini akan seputar ideologi namun sebelum jauh membahas topik ini,akan lebih dulu dibuka dengan appetizer class, yakni:


Kata kunci dari quote diatas adalah tercerahkan literasi.Writing as a matter of enlightening ourselves; menulis adalah kegiatan mencerahkan diri. Dimana tulisan kita tidak dapat mengubah orang lain apabila kita sendiri belum tercerahkan. Dalam islam sendiri pencerahan itu didapat dengan shalat, namun tidak sembarang shalat mampu mencerahkan karena sejatinya shalatpun harus literat. Dengan kata lain literasi adalah modal hidup.
Poin kedua quote diatas adalah meneroka ceru-ceruk baru, dimana kegiatan menulis tak lain adalah untuk menggali ceruk-ceruk baru yang berisi kebenaran akan suatu sejarah. Setiap proses ada step-stepnya begitupun menulis. Dijelaskan dalam slide yang mr.Lala berikan bahwa awal dari kita menulis adalah fase meniru (emulate) yang kemudian baru bisa menemukan dan kemudian menciptakan.
berikut analoginya:




Contoh dari proses ditas adalah pembelajaran writing kita di kelas. Kita diberi teks seperti Speaking truth the power with book oleh Howard Zinn, classroom discourse to foster religious harmony oleh Prof. Chaedar, the cultural analisys of teks oleh Mikko Lehtonen dan sebagainya adalah bertujuan untuk kita dapat melihat bagaimana cara mereka menulis.
Tahap pertama kita akan belajar meniru cara mereka menulis namun setelah itu kita pahami dan menemukan cara kita sendiri untuk menuliskannya dan pada tahap akhir kita bisa mencipta dengan pemaknaan kita sendiri. Itulah kiranya appehzer class hari ini, berlanjut pada main topic yakni ideologi. Fowler (1996:10) seperti historian critical linguist ideoligi bertujuan untuk memahami nilai-nilai yang mendukung formasi sosial, ekonomi dan politik,diachronically. Berubah dalam nilai-nilai dan formasi.
Ideologi juga bersifat diakronik yakni how somwthing changes everytime. Menurut Ferdinand De Sausure, ia mengartikan diakronik sebagai telaah sepanjang masa atau perputaran waktu yang lama. Ideologi juga tentu saja media dan instrumen proses sejarah (Fowler, 1996:12).


Lagi-lagi disuruh menghubungkan sinyal literasi dengan histori. Jika literasi tidak akan pernah neytral maka produksi teks pun tidak akan pernah neutral karena orang-orang literat adalah orang yang menguasai teks, dan orang yang menguasai teks  akan menguasai sejarah. Ideologi hadir disetiap single text baik itu spoken, writen, audio, visual or the combination of all of them (fowler, 1996). Oleh karena itu reading and writing is always ideological motivated.
            Writing di senior high school dan di collegue itu berbeda. Perlu disadari bahwa sewaktu di SMA cakupan atau ranah writing hanya sampai composisi, mengarang dan menceritakan. Sedangkan writing in collegue lebih berbentuk persuasi atau meyakinkan orang lain akan sisi menarik tulisan kami. Harus ada sudut pandang yang logis pada setiap subjek yang kami pelajari.
            Is persuasion a skill? Persuasion is the ability to influence. According to Tony Robbins persuasion is the most important skill we can develop because without it, our ideas won’t get traction. Without influence we won’t get the resources or support you need and without it we won’t be able to communicate our unique value to the world. Untuk lebih lengkapnya, persuasi adalah keterampilan yang perlu dikembangkan dan bisa dibaca dalam buku Unlimited Power: the New Science of Achievement Pribadi by Tony Robbins.
            Materi berikutnya adalah tentang THESIS STATEMENT. Thesis statement adalah pernyataan atas sudut pandang penulis pada topic secara langsung dan biasanya dalam satu kalimat. Sudut pandang penulis biasanya digunakan untuk meyakinkan pembaca. Bentuk persuasi sering disebut academic argument. Mengikuti pola predictable in writing. Setelah pengenalan singkat akan topic, disanalah biasanya thesis statement diletakkan.
            Thesis dalam sebuah essay sering disebut main idea. Thesis statement essay adalah satu atau dua sentence statement yang menggunakan gagasan utama essay. Thesis statement mengidentifikasi topic penulis dan opini penulis seputar topic. Thesis statement berfungsi sebagai ringkasan yang akan penulis buat di akhir paper.
            Thesis statement mempunyai 2 funsi:
1.      Penulis membuat Thesis statement untuk memfokuskan subjek essay.
2.      Kehadiran good thesis statement membantu pemahaman pembaca.
Perlu diingat bahwa thesis statement adalah hasil dari proses berpikir yang panjangkarena keselarasan semua paragraph dalam satu essay atau artikel tergantung pada thesis statement. Jadi sebelum penulis mengembangkan argument tenteng topic apapun. Penulis harus mengumpulkan dan menegosiasi terlebebih dahulu.
Jadi yang dapat disimpulkan dari semua penjelasan diatas adalah pertama, thesis statement menentukan seluruh isi paragraph. Kedua, sejarah tidak akan pernah luput dari subjektifitas penulisannya karena ideology masing-masing penulis, adapun sejarah tersebut akan menjadi objectife dikarenakan metode penulisannya.

0 comments:

Post a Comment