Sunday, April 6, 2014

The Lofty Data for Researcher


            Satu minggu lamanya saya beserta teman-teman tidak memiliki tugas yang diberikan dari sang dosen, namun pada minggu ini dengan jangga waktu yang sangat relative cepat ini, dalam dua hari saya dan teman-teman harus menyelesaikan tugas yang begitu beratnya. Pada kali ini artikel yang akan dibahas adalah dengan judul “Don’t Use Your Data as a Pillow” yang ditulis oleh S. Eben Kirksey, siapa sangka data itu adalah sesuatu yang diagungkan, khususnya bagi para peneliti yang setia. Data tidak bisa dijadikan sebagai sandaran pada saat orang pergi tidur, data bukanlah sesuatu yang hanya dibutuhkan pada waktu tertentu saja, melainkan data adalah sesuatu yang selalu dibutuhkan di setipa saat di manapun dan kapanpun. Olehkarenanya, data adalah sesuatu yang diagungkan bagi para peneliti. Dalam pembahasan saya nanti akan dibahasa pembahasan singkat mengenai sejarah Papua.
 Sejarah singkatnya
            Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea (Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau East New Guinea. Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi di mana bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat.
            Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua bagian barat. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini dikenal sebagaiNugini Belanda (Nederlands Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga 1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun 2002.
            Dan kemudian nama Irian Jaya tersebut diganti menjadi Papua lagi, yang termaktub dalam UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama provinsi ini untuk diganti menjadi Papua. Pada tahun 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi ProvinsiIrian Jaya Barat (setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi Papua pada saat ini.
           
            Pelaksanaan PEPERA di Irian Jaya berlangsung dari tanggal 14 Juli – 2
Agustus 1969, sebagai berikut :
• Tanggal 14 Juli 1969 Kab. Merauke, jumlah penduduk 144.171 diikuti anggota Dewan Musyawarah sebanyak 175 orang.
• Tanggal 16 Juli 1969 Kab. Jayawijaya, jumlah penduduk 165.000 diikuti anggota Dewan Musyawarah sebanyak 175 orang.
• Tanggal 19 Juli 1969 Kab. Paniai, jumlah penduduk 156.000 diikuti anggota Dewan Musyawarah sebanyak 175 orang.
• Tanggal 23 Juli 1969 Kab. Fak-fak, jumlah penduduk 43.187 diikuti anggota Dewan Musyawarah sebanyak 75 orang.
• Tanggal 26 Juli 1969 Kab. Sorong, jumlah penduduk 75.474 diikuti anggota Dewan Musyawarah sebanyak 110 orang.
• Tanggal 29 Juli 1969 Kab. Manokwari, jumlah penduduk 49.875 diikuti anggota Dewan Musyawarah sebanyak 75 orang.
• Tanggal 31 Juli 1969 Teluk Cenderawasih, jumlah penduduk 83.760 diikuti anggota Dewan Musyawarah sebanyak 110 orang.
• Tanggal 2 Agustus 1969 Kab. Jayapura, jumlah penduduk 809.337 diikuti anggota Dewan Musyawarah sebanyak 1.025 orang. (Tahun dimana Papua kembali bergabung dengan NKRI)
            Yang dimaksdu dengan TRIKORA adalah Menjawab semua langkah politik Belanda, Presiden Soekarno lalu menjawab dengan mencetuskan TRIKORA (Tri Komando Rakyat) pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta yang isinya :

• Gagalkan pembentukan negara Papua buatan Belanda Kolonial.
• Kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia.
• Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
            Peran Soekarno dalam integrasi Papua ke dalam NKRI  adalah kebijakannya dalam mengelurkan TRIKORA(Tri Komando Rakyat), kemudian untuk menekan Belanda agar mau melakukan perundingan maka Presiden Soekarno membetuk operasi Mandala dengan mengangkat Mayjen Soeharto sebagai Panglimanya, Kolonel Laut Sudomo sebagai Wapang, Kolonel Udara Watimena sebagai Wapang dan Kolonel Ahmad Tahir sebagai Kasgab. Mayjen Soeharto selanjutnya menginfiltrasikan pasukan gerilya RPKAD, ALRI dan Polri menyusup ke wilayah Irian Barat. Puncak konfrontasi antar kekuatan militer Belanda dan Indonesia adalah peristiwa pertempuran Laut Arafuru, dimana MBT (Motor Boat Tjepat) yang akan melakukan infiltrasi disergap oleh sebuah kapal destroyer Belanda dan Komodor Yos Sudarso gugur sebagai Pahlawan bersama tenggelamnya KRI Macan Tutul. Yang dilakukan oleh Belanda bagi Papua adalah dengan menjadikan Papua sebagai negara boneka, dengan cara menjadikan Papua sebagai negara merdeka selambat-lambatnya tahun 1970.
            OPM adalah Organisasi Papua Merdeka (disingkat OPM) adalah sebuah organisasi yang didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, sebelumnya bernama Irian Jaya, memisahkan diri dari Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Organisasi ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat. Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961 sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
            Itulah tadi sejarah singkat mengenai Papua, selanjutnya adalah berkenaan dengan artikel dengan judul “Don’t use Your Data as a Pillow” by S. Eben Kirksey. Berawal dari pendapat-pendapat teman sekelompok:
A: (saya) data itu adalah sebuah informasi yang mana dalam bentuknya adalah teks, baik verbal maupun non verbal. Dan pada intinya seorang peneliti yang sejati tidak bolehlah menutup mata sebelahnya, atau dengan pengertian lain mereka hanya mengejar ketinggian pangkatnya, dan nanti pada saatnya mengabaikan data-data tersebut layaknya kuburan yang sunyi dan tak bernyawa.
B: (Irfan) Yang dimaksud dengan data di sini adalah suatu fakta, sedangkan pillow di sini adalah sandaran. Jadi data itu tidak boleh dijadikan sebagai sandaran belaka dan dibutuhkan pada waktu tertentu saja.
C: (Fajri) yang dimaksud data disitu sebagai informasi, dan tidak boleh diterima begitu saja. Jadi harus ada pencarian sumber-sumber lain agar mendapatkan fakta yang lebih dalam lagi.
D: (Hayan) data tidak boleh disepelekan dan data mesti dijadikan sebagai fondasi dan juga sebagai pilar pikiran seorang peneliti.
E: (Saeful) data mesti dijadikan sebagai alasan yang tepat untuk membuat sebuah daftar-daftar penting.
            Dalam diskusi kelompok saya yang dimaksud sebagai data adalah suatu fakta-fakta, sedangkan pillow disini adalah sebagai sandaran atau sesuatu yang selalu dipakai pada saat seseorang pergi tidur saja. Yang dimaksud data menurut Lehtonen adalah selalu dalam bentuk teks, verbal maupun non verbal. Sejalan dengan itu, 'text' dapat berarti bentuk penandaan: tulisan, foto-foto, film, surat kabar dan majalah, iklan dan iklan; semua dan semua, setiap jenis praktek penandaan manusia. Ini, pada gilirannya, sering menggabungkan lisan dan tertulis kata-kata, gambar dan suara. Memang, mengkategorikan teks tidak selalu mudah, dan semua kategorisasi memiliki problematika tersendiri. Salah satu cara adalah dengan membagi teks ke dalam verbal dan nonverbal kategoriTeks verbal, bagaimanapun, dapat baik tertulis atau lisan,sama seperti non-verbal teks dapat berupa gambar atau suara.Cara lain adalah dengan membuat perbedaan antara teks visual dan pendengaran (misalnya, antara menulis dan berbicara, atau gambar dan suara). (Lehtonen, hal 48, 2000)
             Kemuadian data itu adalah informasi dan akan dijadikan sebgai mahakarya bila dipilah-pilih oleh para peneliti yang budiman dan sejati. "Pekerjaan itu sendiri” adalah abstrak yang dihasilkan dari teks beton oleh peneliti. Seringkali, konstruksi setara lain 'pembaca yang memenuhi syarat' set untuk membacanya. 'pembaca berkualitas’, pada gilirannya, tampaknya orang-orang yang mencoba untuk mematuhi petunjuk yang dibentuk oleh sistem tidak berubah kualitas yang teks berisi. Oleh karena itu, 'pembaca yang memenuhi syarat' mampu melihat apa pekerjaan itu sendiri. Sekali lagi, batu ujian kualifikasi secara tegas Kemampuan ini untuk melihat 'di balik' teks. Ketika pembaca mampu mengenali keberadaan dari beberapa teks, ia menjadi 'berkualitas'.Lingkaran selesai: pembaca berkualitas mendefinisikan 'pekerjaan itu sendiri', yang pada gilirannya mendefinisikan pembaca berkualitas. (Lehtonen, hal 77, 2000)
            Melanjut pada paragrap-paragrap:
Paragrap pertama:
 S1: A. (saya) adanya kesan yang luar biasa ketika kedatangannya Eben di Papua. Adanya penghormatan besar dan harapan besar pula dari orang Papua kepada Eben.
B. (Irfan) adanya pengalaman yang mana memberikan suatu kesan yang tidak bisa dilupakan begitu saja, dengan adanya pesta tersebutlah maka Eben menuliskan begitu dalam kalimat pertamanya.
C. (Fajri) kedatangannya Eben maka orang Papua ingin menghormatinya dengan pesta yang luar biasa besarnya menurut orang Papua, namun bagi Eben itu kecil.
D. (Hayan) sama seperti pendapat Fajri. Adanya penghormatan.
E. (Saeful) banyak suguhan yang yang disajikan oleh orang Papua untuk Eben.
            Dapat disimpulkan dari paragraph pertama adalah mengacu pada suassana pesta yang diadakan oleh orang papua ketika Eben Kirksey mau pergi untuk melaporkan penelitiannya selama berada di Papua. Yaitu laporan itu tentang penelitiannya disodorkan kepada Denny. Dianggapnya pesta yang diadakan paska kepulangannya itu adalah pesta kecil, namun sebetulnya pesta itu merupakan pesta yang sangat begitu istimewa bagi para orang Papua. Ada alasan tertentu sebetulnya orang Papua menghormati peneliti satu ini, di sisi lain mereka juga mengharapkan dari Eben supaya dia memberikan perubahan bagi penduduk di Papua, berbeda dengan orang yang datang di sana dan bukan orang yang istimewa bagi orang Papua, mana mungkin mengadakan pesta yang sebegitu meriahnya, segala yang orang Papua punya mereka ssajikan di meja pesta besar mereka untuk orang yang terkhusus dan teristimewa bagi mereka (orang Papaua).
Paragrap kedua: Pada awalnya Eben ingin meneliti mengenai kekeringan yang terjadi di EL Nino, namun dikarenakan kedatangannya turun hujan maka ia mengurungkan niatnya untuk menanyakan mengenai problematika itu. Secara tidak langsung ia mengalami kekecaan tersendiri, namun di sisi lain ia menemukan tempat yang cocok untuk diteliti yang akan dituliskan dalam Thesisinya di New Collage of Florida. Kemudian ia menemukan hal yang menarik untuk dibahas nantinya dalam penulisan thesisnya tersebut. Mengapa ia tertarik dengan gerakan reformasi kemerdekaan Indonesia di Aceh, di Papua Barat, dan di Timor Timur. Yah mungkin karena ia sudah tidak nafsu lagi untuk membahas kekeringan. Dan kali ini ia lebih tertarik dengan yang namanya kemerdekaan (freedom).
Paragrap ketiga: Selanjutnya ia mendapatkan lagi infromasi mengenai ketidak mauan orang Papua mengikuti pergerakan reformasi, namun yang diinginkan adalah k kemerdekaan. Dikarenakan Papua tidaklah nyaman lagi, banyak mahasiswa yang ditembaki dan puluhan demonstran ditenggelamkan ke laut. Bukankan ini suatu yang tragis, sangatlah tragis. Seharusnya ketika sudah adanya kemerdekaan pastilah adanya keamanan dan ketenagan, bukan mala pembantaian dan pembunuhan yang ada.
            Jadi yang baru dibahas di dalam kelas baru tiga paragrph, namun hal itu juga kelompok saya belum menyelesaikan per kalimat- per kalimat dari ke tiga paragraph tersebut. Baru menyelesaikan satu kalimat dari paragraph pertama. Dan nanti paragraph-paragraph selanjutnya belum boleh disajikan di sini, karena belum dibahas lebih lanjut di dalam kelas.
Kekuatan dan kelemahan sebagai Pembaca:
Kekuatan sebagai pembaca adalah pertama, adanya pencerahan ketika berdiskusi bersama dengan teman-teman. Kedua, menyerap informasi baru mengenai Papua.
Kelemahan sebagai pembaca adalah pertama, kurangnya pengetahuan tentang Papua sebelumnya. Kedua, rumitnya sebuah sejarah yang terkadang membuat saya bingung. Ketiga, tidak mudah menyerap informasi yang didapat pada saat membaca. Keempat, banyak istilah yang belum dimengerti.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa mengenai Papua, saya tidak terlalu setuju bila Papua memisahkan diri dari Indonesia. Alasannya adalah dengan satu syarat OPM mesti ditumpas terlebih dahulu, agar tidak membahayakan Indonesia dan sekaligus tidak menjadikan bom waktu bagi Indonesia akibat dari gerakan OPM tersebut. Pada akahirnya, Papua tidak dijadikan sebagai negara boneka oleh bangsa lain.


Referensi:



            

0 comments:

Post a Comment