Sunday, April 6, 2014

12:07 AM
8th Class Review from 9th Meeting
Misi Baru yang Terbangun oleh Sejarah
Class Review
Sebuah tantangan besar seolah menjadi keharusan yang harus dihadapi oleh mahasiswa semester 4 di PBI. Ini dikarenakan oleh satu misi suci nan mulya yang sedang dilakukan oleh dosen muda profesional di jurusan PBI, misi tersebut dianalogikan kepada  pencarian mutiara yang berada di dasar lautan. Beliau mempercayakan ekspektasi besar yang seolah telah bergantung 5cm di depan kening kita yang mana di situ tertulis sebuah harapan untuk menjadikan generasi kami sebagai generasi emas yang akan berjaya di PBI IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Di posisi yang seperti ini, mahasiswa harus mempunyai passion lebih untuk mewujudkan hal tersebut. Untuk itu, mahasiswa harus bisa menunjukkan sesuatu yang menjadi sorotan utama pada masa sekarang ini yaitu menulis.
Kajian pertemuan ke-9 writing4 (selanjutnya disingkat w4) ini memperkuat langkah dan memberikan bekal untuk menjadi penulis yang baik. Kajian ini menuntut adanya lebih banyak waktu untuk membaca karena melihat pada keadaan mahasiswa yang masih berada di posisi ‘less qualify reader’ dan itu harus segera dihindari dengan menghilangkan kata ‘less’ dan dari situ maka akan tercipta seorang pembaca yang hebat yang selanjutnya bisa menjadi penulis yang berkualitas.
Poin-poin yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya di class review menungkap banyak sekali tuntutan-tuntutan yang harus dilaksanakan oleh mahasiswa w4, dan kesemuanya ini sungguh sangat melelahkan. Perjalanan ekstrim di track w4 menuntut bekerjanya jasmani serta rohani yang harus terus seimbang dan berjalan dengan baik.
Pada prakteknya proses pembelajaran writing4 ini tidak akan pernah lepas dari ranah literasi, literasi adalah inti dari semuanya yang selanjutnya sejarah dan ideologi mengikutinya. Di w4 ini pergelutan pemahaman literasi disandingkan dengan sejarah, dalam prakteknya mahasiswa dihadapakan kepada teks-teks sejarah yang pada waktu itu digunakan sejarah Benua Amerika dan Columbus sebagai isu terbesar yang harus dibahas di sini dan kali ini tentang sejarah Papua. Sedangkan mengenai ideologi, ideologi akan selalu hadir di jiwa seorang penulis, maka dari sini semua tulisan yang dihasilkan mahasiswa w4 berdasarkan pada di ideologi masing-masing mahasiswa sebagai penulis, dan kembali hal ini menyinggung pernyataan Prof. Chaedar yaitu “Literacy is never neutral” (2008).
Peranan sekaligus beban baru bagi mahasiswa di track w4 adalah ‘constant high quality’ ini menyangkut dua dunia yang berbeda maksudnya yaitu dunia asal (bahasa Indonesia) dan dunia kedua yaitu Bahasa Inggris. Pertama manhasiswa harus menguasai bahasa asalnya yaitu Bahasa Indonesia karena apabila ia ingin menguasai dunia keduanya maka ia harus mahir di bidang dunia asalnya dan apabila seseorang telah mahir di bahasa keduanya maka ia dianggap telah menguasai bahasa pertamanya.
Dikatakan pula bahwa dua dunia ini merupakan sistem dua mental dalam berpikir bahasa, pertama ia harus mampu berpikir dalam bahasa Indonesia dengan baik sehingga ia sebagai mahasiswa w4 sudah harus mampu berpikir dalam bahasa Inggris.
Selajutnya masih tentang dua dunia yang menjadi ‘real journey’ yang harus dilewati oleh mahasiswa w4. Pada track w4 ini dia bergerak dari bahasa pertamanya (L1) menuju bahasa kedua (L2) yang mana keduanya itu merupakan rangkaian kesatuan yang harus dikuasai. Pada posisinya yang harus menguasai L1 ia harus setidaknya menguasai bahasa ibunya sendiri seperti bahasa Indonesia, sunda atau jawa dan kemudian di L2 yaitu bahasa target/bahasa Inggris.
Kemudian hal yang perlu diperhatikan juga di w4 ini yaitu sebuah pengalaman ketika melakukan sebuah kesalahan, seringkali sebuah ‘magic word’ menjadi alasan dari kesalahan yang dilakukan. Magic wordnya yaitu ‘khilaf’ meski benar kesalahan pertama bisa disebut sebagai satu kesalahan yang wajar, namun ketika terulang kedua kalinya maka itu disebut dengan weakness/kelemahan dan apabila terjadi sebagai kesalahan ketiga maka itu bisa dikatakan sebagai keteledoran atau ‘ignorance’ inilah yang harus dihindari oleh mahasiswa karena apabila itu terjadi lagi maka akan kena oleh statement “once more you ignorance you are killed” maka berhati-hatilah.
Menghadapi statement di atas maka kita sebagai mahasiswa w4 harus menghindarinya dan berusaha berlomba dalam kebaikan sesuai dengan apa yang ada di alquran yaitu (فاستبقوا الخيرات).
Langkah awal dari musabaqoh ini adalah memperbaiki attitude yang dalam konteks ini berarti melakukan apa yang dikatakan. Langkah selanjutnya yaitu ‘exploring idea’ yaitu mengeksplor ide brilliant ke dalam teks yang akan menjadi sebuah result dari pembelajaran w4 ini. Sebagai langkah penunjang yaitu berdiskusi dengan teman terbaik, jadikan teman itu teman dalam kebaikan dan bukan hanya sebagai partner nongkrong semata. Diskusi ini harus dilakukan di luar kelas dalam arti waktu yang ada harus kita gunakan untuk diskusi di luar jam pelajaran di kelas.
Tidak lupa dalam kajian diskusi ataupun pembelajaran w4 kita harus memiliki fokus, komitmen dan kekuatan fisik maupun mental (perseverance) karena track w4 ini sangat ekstrim maka kita harus menjaga stamina juga karena ekspektasinya besar maka jika kita belum bisa mencapainya kita harus siap mental apabila diklaim (disalahkan) oleh pembimbing dan ingatlah sebuah analogi terhadap bola yang dipantulkan, semakin keras bola itu ditekan ke bawah maka semakin tinggi dan jauh pantulannya. Begitu pula dengan kita, kita harus menyadari ketika kita mendapatkan diri kita dimarahi karena suatu masalah maka itu adalah satu cara untuk menekan kita sedalam-dalamnya agar kita bisa mencapai sesuatu yang lebih besar dan tinggi. Sebagai kata kunci dari langkah-langkan yang musti dijalani maka teamwork pantas sekali untuk diucapkan dan direalisasikan karena berstau kita teguh bercerai kita runtuh “rawe rawe rantas, malang malang putung.”
Setelah mengkaji sebuah peran dan kedudukan sekaligus tuntutan bagi kita sebagai mahasiswa w4, maka pembahasan ini akan dilanjutkan kepada isu terhangat di ranah w4 yaitu mengenai Papua Barat yang menyimpan banyak tanda tanya.
Compose Essay from text Kirksey
Dari teks S. Eben Kirksey yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow” kelompok saya merumuskannya sebagai berikut:
Data = ilmu/pengetahuan
Pillow => Ina : kenyamanan
            Laela : tidak dikembangkan
            Neneng : diam
            Khanifa : benda mati
            Nofi : tidak diungkap
Maka dari situ bisa ditarik kesimpulan kami mengartikan bahwa ‘data’ dalam konteks itu kami sebut sebagai ilmu atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mana seseorang di sini diposisikan sebagai seorang kritikus maka dari itu kami menyimpulkan pengertian ‘pillow’ di situ sebagai sesuatu yang hanya diam dan didiamkan dan tidak berkembang. Dengan penemuan arti di atas dan posisi kita sebagai kritikus maka kami mebuat sebuah pernyataan “Use Your Data as Sword” yang mana sword di situ berfungsi sebagai alat untuk menyerang apa yang harus kita kiritisi dan analoginya apabila sebuah pedang itu sering digunakan maka akan semakin tajam, begitu pula dengan ilmu/pengetahuan yang terus digunakan dan dikembangkan maka lmu itu akan bertambah dan bermanfaat.
Kemudian dari paragraf pertama di teks yang mengatakan sebuah pesta kecil mengungkapkan sebuah kesederhanaan namun mewah dalam pesta perpisahan itu. Disebut sederhana karena memang pesta itu sudah biasa dilakukan  pada acara-acara tertentu, namun melihat hidangan-hidangan yang disajikan maka pesta tersebut bisa disebut dengan mewah. Pesta tersebut sebagai perpisahan Kirksey yang telah melakukan penelitian di Papua Barat selama lima tahun mulai dari tahun 1998 hingga 2003. Pesta itu diselenggarakan oleh Denny Yomaki seorang ahli di bidang Hak Asasi Manusia yang telah menemani Kirksey saat ia pergi ke Wasior untuk melakukan sebuah penelitian.
Papua adalah wilayah Indonesia bagian timur yang terbagi ke dalam dua provinsi yaitu Papua dan Papua Barat. Menurut catatan sejarah yang dimuat oleh wikipedia bahwa pada saat Hindia Belanda memproklamasikan dirinya sebagai negara merdeka dan menjadi Negara Indonesia pada 17 Agustus 1945 terjadi perebutan Papua Barat antara Indonesia dan Belanda. Belanda mempunyai alasan karena Papua bagian barat memiliki etnis yang berbeda maka Papua bagian barat harus menjadi negara yang terpisah dari Indonesia, konflik ini tidak segera terselesaikan hingga tahun 1962 karena pada Konfrensi Meja Bundar pun kasus ini ditunda dan akhirnya berlarut-larut dan di Perjanjian New York disetujui bahwa masalah ini diserahkan kepada PBB melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) sebelum akhirnya diberikan sepenuhnya kepada Indonesia pada 1 Mei 1963. Hal ini dikuatkan dengan adanya referendom act of free choice pada 1969 yang mana rakyat Papua bagian barat memilih untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia.
Dari perebutan Papua Barat Indonesia dengan Belanda maka muncullah TRIKORA (tiga komandi rakyat) yang berisi :
1.        Gagalkan pembentukan “Negara Papua” bikinan Belanda kolonial
2.       Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia
3.       Bersiaplah untuk mobilisasi umumu guna mempertahanakan kemerdekaan kesatuan tanah air dan bangsa
Kemudian yang menjadi konflik Papua adalah berasal dari penduduk asli Papua bagian barat yang merasa bahwa mereka tidak meiliki hubungan sejarah dengan wilayah-wilayah Indonesia dan Asia manapun yang akhirnya memicu adanya rasa ingin merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia. Hal ini juga didukung oleh sebagian masyarakat Papua bagian barat yang tidak mengakui perjanjian antara Belanda dengan Indonesia yang isinya yaitu penyerahan wilayah Papua bagian barat sebagai bekas jajahannya dan bersatu dengan Indonesia yang telah merdeka, perjanjian ini justru dianggap sebagai serah terima antara dua penjajah dan akhirnya Papua membentuk sebuah Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai sarana untuk memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk negara sendiri.
Dari penjabaran di atas maka akan timbul sebuah pertanyaan mengapa sebegitu inginnya Papua memisahkan diri dari Indonesia? Tujuan pertama Kirksey melakukan penelitian ke Papua adalah untuk mempelajari kekeringan El-Nino namun pada saat ia datang ke Papua sudah turun hujan yang membuatnya pindah fokus kepada gerakan Reformasi yang menggulingkan jabatan Soeharto. Gerakan Reformasi inilah yang akan menjadi jawaban dari pertanyaan di awal paragraf di atas. Era Reformasi adalah masa setelah pengunduran diri Soeharto hal in terjadi pada pertengahan 1998 setelah banyaknya kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Indonesia yang diakibatkan oleh Krisis Finansial Asia yang menyebabkan ekonomi Indonesia lemah juga semakin besarnya ketidak puasan masyarakat terhadap pemerintahan pimpinan Soeharto saat itu.
Paragraf ketiga dari teks mengungkap bahwa setelah Kirksey menemukan tujuan barunya meneliti Papua maka selanjutnya memahami bahwa telah terjadi genosida pada masa Gerakan reformasi, dan itulah mengapa Papua ingin melepaskan diri dari Indonesia. Gerakan Reformasi dilakukan oleh mahasisawa di tahun 1998, gerakan mahasiswa itu guna menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto, gerakan mahasiswa ini adalah bentuk dari pemberontakan terhadap Soeharto. Pada saat itu Soeharto mengganti nama Papua bagian barat yang telah dikenal dengan Irian Barat sejak tahun 1969-1973 menjadi Irian Jaya bersamaan dengan peresmian tambang tembaga dan emas Freeport yang akhirnya pada 2002 nama ini diganti dengan Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua.
Kemudian Kirksey menemukan sesuatu yang unik yang ia jadikan fokus penelitian pada Papua yaitu tentang konflik-konflik yang terjadi di Papua-tentang penyiksaan, peran pemerintah AS dalam mendukung pendidikan militer dan sekitar keinginn Papua untuk merdeka. Ia mempelajari bagaimana sebuah kampanye teror yang dipicu oleh Dracula yang mana kata dracula di sini diartikan sebagai sistem kekerasan.
Keberadaan Kirksey di Papua dicurigai oleh masyarakat sekitar sebagai sekutu yang sedang memata-matai Papua. Tetapi kegiatannya di Papua lantas didukung oleh seorang aktifis HAM untuk meneliti kampanye teror oleh pasukan keamanan Indonesia dengan mempelajari budaya kekerasan.
Pada saat pesta berlangsung Kirksey bersantai bersama Denny di teras depan rumah dan di situ ia bertemu dengan Waropen seorang anggota Komnas HAM yang sebelumnya belum pernah ia kenal namun saat itu Waropen diundang oleh Denny sebbagai tuan rumah.
Waropen berasal dari Wasior tempat yang mana telah ia kunjungi bersama Denny untuk menyelidiki rumor bahwa agen-agen militer Indonesia diam-diam mendukung milisi Papua. Penelitian Kirksey yang dilakukan di Wasior ada dalam penjagaan yang ketat dan mereka melakukan wawancara tersembunyi karena memang mereka adalah seorng peneliti asing dan di situ juga mereka tidak menyebutkan narasumber (anonim) agar terjaganya keamanan masyarakat. Rencana awal mereka bermaksud mewawancarai seorang dukun terkenal yang berada di dekat pegunungan. Beberapa dari dukun tersebut telah menentukan akibat dari terjadinya gempa bumi di Jawa, tetapi karena mereka berada di bawah pengawasan maka niat mereka urungkan untuk mempertahankan anonim narasumber.
Setelah itu Kirksey mengetahui bahwa Waropen telah banyak mengetahui tentang dukun, dan dengan itu maka ia hendak menjadikan Waropen sebagai narasumber dalam penelitiannya. Namun Waropen tidak langsung menerima permintaan Kirksey untuk menjadikannya narasumber, meski Kirksey telah mengatakan bahwa ia tidak akan menyebutkan nama narasumber Waropen masih ragu dan menanyakan seberapa penting ia menilai penelitiannya itu.
Sumber yang anonim yang telah ia terapkan dalam penelitiannya kini tak lagi digunakan karena setelah ia melakukan penelitian di Papua dan bertemu Waropen maka ia mengetahui bahwa identitas seorang naraumber itu perlu diketahui dan mereka ingin kutipn mereka itu diakui sebagai intelektual publik. Berbicara perihal sumber yang anonim kebanyakan dipandang oleh pembaca dengan kecurigaan dan misteri. Para editor dan Jurnalis biasanya menggunakan pedoman khusus apabila hendak menggunakan sumber anonim (Boeyink 1990). Kriteria ini menjaga adanya kasus pembuatan cerita oleh penulis yang tidak etis. Strategi kutipan ini juga memeiliki fungsi yuridis-hukum yang penting guna melindungi diri dalam gugatan pencemaran nama baik.
Ketika Waropen menanggapi data penelitian saya, saya menujukkan bagaimana wawasan kritik budaya dan teori pasca-struktural menawarkan sebuah perspektif yang segar tentang konflik di Papua Barat, bagaimana rumor menjadi teror yang menakutkan bagi masyarakat. Setelah percakapan memanas dan berujung pada perdebatan tentang kasus HAM yang melaporkan identitas korban yang harus dilindungi serta meyakinkan bahwa orang-orang akan tertarik membaca perihal dukun sebagai hasi penelitian Kirksey untuk menjadi sarjana ia sejenak duduk dan beristirahat. Waropen berkata ‘jangan menggunakan data sebagai bantal’ dan bersikeras berbicara pada Kirksey untuk tidak menggunakan hasil penelitian ini sebagai jembatan untuk peluang menadji sarjana yang profesional belaka.
Di paragraf ke-16 dari teks Kirksey sebenarnya saya tidak begitu memahami maksud dari paragraf ini, namun sejauh yang saya coba pahami saya dapat menuliskan sebagai berikut. Selanjutnya Waropen banyak memberi tuntutan kepada Kirksey tentang data yang ia temukan, pertama dia diminta untuk menjadi seorang ahli regional yang harus bertanggung jawab dan memahami semua data yang ia temukan di daerah regional tersebut. Kedua Waropen menjelaskan bahwa ia tidak boleh hanya sekedar tahu dan menemukan data, melainkan ia harus benar-benar menguasai apa yang telah ia tuliskan sebagai data yang ia temukan. Ketiga ia ditantang untuk bisa menafsirkan bagaimana ia harus berada pada fakta-fakta yang ia tulis dalam data tidak hanya sekedar menulis.
Kembali pada langkah penelitian yang Kirksey jalani di Wasior bersama Denny, ia menghubungkan kasus rumor yang menakutkan dengan perusahaan BP (British Petroleum) atau minyak Inggris yang melakukan tindak kekerasan. Di kasus tersebut dikatakan bahwa BP baru saja mengeksploitasi ladang gas alam di Papua Barat yang diperkirakan akan menghasilkan lebih dari $ 198.000.000.000 (Vidal 2008). Kemudian terdengar kabar bahwa agen militer indonesia memprovokasi tindak kekerasan dalam upaya konvensional untuk menguntungkan perlindungan kontrak. Yang menjadi fokus pembahasan dari uraian di atas yaitu mengapa salah satu cabang dari pasukan keamanan Indonesia mengadakan serangan terhadap cabang yang lain? Mengapa Papua berkolaborasi dengan militer Indonesia? Dan apa hubungan semu ini dengan BP?
Sebagai jawaban dari pertanyaan di atas di Wasior Kirksey berhasil mengadakan wawancara dengan dua agen ‘pejuang kemerdekaan’/Organisasi Papua Merdeka (OPM) perihal dugaan militer yang mendukung OPM untuk menyerang perwira polisi Indonesia. Dari sumber ini dia tahu sebuah fakta tentang pembuktian rumor yang menghubungkan kekerasan yang terjadi di Wasior dengan BP. Jadi militer berupaya melakukan tindak kekerasan terhadap BP karena BP mempunyai dana besar untuk memperpanjang pengamanan (kontrak perlindungan) terhadap polisi Indonesia. Agen ini berkata bahwa hidupnya ada dalam bahaya karena ia mengetahui banyak hal tentang ini maka ia menjadi incaran militer untuk dibunuh agar tidak membocorkan hal ini.
Setelah adanya tuntutan Waropen terhadap Kirksey yang telah disebutkan di atas, Kirksey telah bisa menggunakan datanya tidak hanya menjadi sebuah bantal melainkan ia bisa menjadi ahli regional dari temuan data tersebut dan ia menjadi ‘Marshall Scholar’ atau sarjana hukum di Inggris. Kemudian ia diundang oleh Rumbiak (pembela HAM Papua) untuk menghadiri pertemuan di markas BP di London bersama Dr Byron Grote seorang CFO (Chief Financial Officer) dari perusahaan minyak besar ini. Pada pertemuan itu akan dibahas tentang bagaimana kebijakan keamanan BP yang mempengaruhi iklim HAM di Papua Barat. Rumbiak meminta Kirksey bergabung untuk mempresentasikan temuan dari penelitiannya sebagai bukti tentang kekerasan militan di Wasior. Dengan ini maka Kirksey dinobatkan sebagai ahli regional Papua Barat yang siap menguatkan penegasan pengetahuan tentang Papua Barat.
Sebelum pertemuan di markas besar BP (British Petroleum/minyak Inggris) saya bertemu dengan Rumbiak, seorang pemuda yang ramping yang murah senyum, di warkop di tenggah kota London. Tidak bermaksud untuk melompat taksi, kami kehilangan arah di perjalanan untuk bertemu BP. Kami berkeliling, dan bertukar cerita tentang perjalanan terakhir kami, kita mengganti kode bahasa dari Indonesia ke Inggris. Setelah menanyakan arah kepada penjaga Istana Saint James, rumah dinas kediaman Ratu, kami menemukan kntor BP. Kami telat 20 menit.
Memasuki ruang pertama Saint James Kirksey dan Rumbiak melewati pintu kaca dari bangunan pendek yang berbata kami bertemu seorang wanita muda yang bergaya keren (modis) dengan pakaian yang rapi. Wanita itu memeriksa nama mereka di komputer, mengeluarkan lancang pengunjung mereka dan menyuruh mereka menunggu pengantar (guide) menuju balai yang mewah. Ketika pengantar/pengawl itu datang mereka disuruh berbaris satu-satu untuk melewati pintu masuk yang berputar di mana lencana mereka dicuri. Naik ke lift dan turun ke koridor/lorong, dan kami menemukan bahwa kami berada di tempat yang sempit bersama CFO Byron Grote dan John O’Reilly. O’Reilly adalah seorang ambassador (duta besar) di BP untuk Indonesia. Di antara Groth dan O’Reilly sebelumnya bekerja di BP untuk Colombia, di mana perusahaan terbelit persengketaan ketika paramiliter mulai mati dan melakukan aksi pembunuhan terhadap aktifis pecinta alam. Tiba-tiba Kirksey berhadapan dengan beberapa orang yang sangat berpengaruh di Eropa, adrenalin Kirksey merasa tertantang dengan urat yang menegang.
Dr. Grote membuka pertemuan dengan meminta percakapan kita untuk direkam-dengan menyuguhkan sebuah diskusi yang ketat dan bersifat pribadi. Seketika itu juga Rumbiak melawan: “maaf, itu hanya ketidak mungkinan. Ketika saya bertemu denganmu, orang-orang Papua Barat ingin mengetahui apa yang kita bicarakan.” Rumbiak tidak menyia-nyiakan waktu. Dia langsung mengungkapkan pesan yang jelas: komunitas BP berdasar kepada kebijakan keamanan mengajak kepada kekerasan. Keamanan Negara Indonesia memaksa membuat kira-kira 80% dari pendapatan mereka untuk mengadakan perjanjian demi menjaga perusahaan dan  kebijakan BP dan memotong keuntungan transaksi militer. “Semenjak peraturan kebijakan ini hendak ditentukan maka ini adalah hal yang harus dijadikan contoh dan diikiuti oleh perusahaan lain di Indonesia,” Rumbiak mengatakan, “agen rahasia di militer Indonesia mempunyai tekad untuk mempelopori perjanjian kekerasan sehingga kamu menyerah dan memberinya perjanjian keamanan.”
“Kekerasan adalah hal yang buruk bagi sebuah bisnis,” tanggapan Dr. Grote, “keterbukaan masyarakat adalah baik dan mereka membuat lingkungan di mana bisnis berkembang. Bekerja di Papua Barat adalah satu tantangan yang besar yang harus diambil. Kami meyakini bahwa sebuah komunitas yang berdasar pada kebijakan keamanan akan selalu bekerja. Jika kita membatalkan proyek ini dan perusahaan lain tidak membagi saham etika akan melangkah dan berkembang di bidang gas.” Bahasa yang diucapkan Grote sangatlah menggoda dan memikat hati. Kirksey penasaran jika kemungkinan perusahaan ini akan menjadi paksaan untuk membatasi kemiliteran Indonesia di Papua Barat.
Rumbiak meminta Kirksey mempresentasikan penemuannya dari Wasior. Dengan hati terpukul ia mencoba meringkas deretan peristiwa yang sangat rumit. Kirksey menuturkan wawancaranya dengan seorang militer Papua yang takut terhadap kehidupan ini: “Dia menegaskan keharusan membunuh kelompok polisi Indonesia dengan bantuan agen militer Indonesia. Polisi Indonesia nantinya akan menggunakan insiden ini sebagai dalih untuk meluncurkan Operasi Pemisahan dan Pembinasaan. Dari polisi maupun militer keduanya menginginkan sebuah kontrak perjanjian perlindungan dari BP.” Seorang pembunuh mengambil tempat yang sama dengan hari di mana John O’Reilly, ambasador (duta besar) yang duduk di ruang duduk dengan kami telah mengunjungi proyek gas dengan Ambasador dari Inggris yaitu Richard Gozney.
Islam di Papua Barat
Agama Islam di Papua Barat sangatlah minoritas, menurut Wikipedia Islam dianut oleh sekitar 38% penduduk Papua Barat dari keseluruhan jumlah penduduk 760.422 jiwa berdasarkan sensus tahun 2012. Namun, sejarah mencatat bahwa pernah ada pusat penyebaran Islam di Papua Barat yang berpusat di Kaimana. Populasi muslim Papua Barat saat ini terkonsentrasi di wilayah kepulauan dan pesisir, seperti di Raja Ampat, Sorong, Teluk Bintuni, Fakfak, dan Kaimana. Sebuah perguruan tinggi agama Islam juga telah terdapat di Papua Barat, yaitu STAIN Sorong. (Wikipedia)
Salah satu berita-berita terkini Papua Barat
Berita terkini seputar Papua Barat, tercatat pada 29 Maret 2014 Papua Barat diguncang gempa yang berkekuatan 5,1 SR dan berpusat di 60 km timur laut Tambaruw di kedalaman kurang lebih 10 km, BMKG mengungkapkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami. Lokasi gempa ini di daratan Irian Jaya (Papua). Tepatnya, di 60 km timur laut Tambrauw; 140 km timur laut Maybrat; 141 km timur laut Kabupaten Sorong; 145 km barat laut Manokwari Papua Barat; 2.988 km timur laut Jakarta. (beritasatu.com).
Selanjutnya berita yang menyangkut isu terhangat akhir-akhir ini yaitu tentang Pemilu. KPU Papua Barat didemo karena masih mencantumkan nama-nama orang yang sudah meninggal dan nama anak di bawah umur di DPT (daftar pemilih tetap). Masyarakat mendemo agar itu segera dihapuskan. Demo berlangsung pada selasa (1/4/2014) di depa kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Provinsi Papua Barat, di kompleks perkantoran Arfai, Distrik Manokwari Selatan, Kabupaten Manokwari. Demo ini dilakukan oleh warga yang tergabung dari empat distrik yaitu perwakilan dari Sidey, Amberbaken, Senopi, dan Kebar.
Berita lain mengenai Papua Barat yaitu tentang Tsunami sebagai dampak dari Gempa di Cili, berikut berita yang dituliskan oleh suarapembaruan.com pada kamis 3 April 2014





Kekurangan dan kelebihan saya sebagai pembaca
No.
Kekurangan
Kelebihan
1.
Tidak mudah memahami teks Bahasa Inggris (less vocabulary)
Menulis ulang pemahaman terhadap teks dengan bahasa sendiri
2.
Terpaku hanya pada satu kalimat (tidak melihat kalimat sebelum dan sesudahnya)

3.
Sedikit pengalaman membaca


Sebagai pemula tentu banyak sekali kendala yang saya alami ketika membaca, tuntutan untuk benar-benar memahami teks dengan satu persatu kalimat menjadikan saya fokus dan hanya diam menggeluti satu kalimat itu padahal untuk memahami satu kalimat kita bisa mengetahuinya dengan membaca kalimat sebelum atau sesudahnya, sebelum saya menyadari hal itu saya seolah terjebak dalam satu ruang sempit yang mengharuskan saya mengerti akan maksud dari satu kalimat itu tanpa melihat kiri kanan dan tetangga dari kalimat itu, karena saya waktu itu saya memiliki asumsi bahwa saya tidak boleh berpindah ke kalimat berikutnya sebelum memahami kalimat itu.
Kerumitan dan keunikan Bahasa Inggris kerap sekali mengecoh pemahaman saya namun ketika saya berbagi pemahaman atau ‘meaning negosiation’ bersama teman saya dari situ saya bisa sedikit mendapat pencerahan karena dari beberapa orang akan ada pemahaman yang berbeda pula dan apabila di-share satu sama lain maka akan bersatu pengertian-pengertian dari berbagai macam kepala dan akhirnya disatukan dengan negosiasi makna yang menghasilkan pemahaman yang disepakati dengan argumen-argumen yang jelas.
Kesimpulan
Dari pemaparan sejarah ini, saya menemukan satu misi baru yang hadir di benak saya ketika mengakhiri diskusi bersama teman di masjid kemarin, lantangnya ucapan teman saya yang mengungkap sejarah dengan semangatnya membuat hati saya terketuk juga menemukan ceruk-ceruk baru dari sejarah untuk mengembangkan Negara ini dengan mempelajari kesalahan-kesalahan yang ada pada masa lalu dan menghindarinya. Salah satunya yaitu menjaga keserasian hubungan antar bangsa dan menghindari rasisme agar terciptanya rasa kekeluargaan di relung hati yang paling dalam dari masing-masing individu bangsa ini. Supaya tidak ada lagi upaya untuk merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia yang diklaim sebagai salah satu bentuk pengkhianatan terhadap NKRI.
Sebagai jawaban dari pertanyaan “Will you personally support Papua to become a newly seperated country? Why?” Saya tidak setuju dengan pemisahan Papua Barat karena seperti yang telah saya katakan di paragraph atas bahwa saya menginginkan adanya persatuan sebagai bentuk kesetiaan terhadap NKRI dan menganut prinsip “United we stand devided we fall.”


Referensi
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Reformasi (diunduh pada 4 April 2014)







0 comments:

Post a Comment