Tuesday, April 15, 2014

POET: Ceruk Baru setelah Historian dan Linguist




            Sejarah itu sakral, sejarah itu keramat, tapi mengapa sejarah kini dijadikan ajang permainan kata orang-orang literat? Memang benar adanya, mereka yang literat adalah mereka yang menguasai teks dan bisa memutarbalikkan sejarah, namun tetap saja sejarah menyimpan sesuatu yang berharga. Sejarah mempunyai nilai (value). Istilah biologinya sejarah adalah proses penciptaan manusia yang tidak pernah putus.
            Seiring berkembangnya zaman, teori akan sejarah pun kian berubah. Sejarah kini tak hanya bisa diartikan linguistic tetapi juga poet. Seorang historianpun dapat disebut linguist. Perlu diketahui menulis sejarah berdasarkan ideology berarti bermain kata dan bahasa. Bermain kata dan bahasa berarti bermain syair (seni) sehingga ketiganyan- historian, linguist dan poet changed a value.
            analoginya




            Sejarah ditulis dengan bahasa yang otomatis mengandung sastra. Ketika menulis dan sejarah tidak dapat dipisahkan dari ideologinya, maka selama itu pula penulisan sejarah selalu disembunyikan. Milan Kundera berkomentar (in L’Art Duroman, 1986) : to write means for the Poet to crush the wall behind which something that “was always there” hides. Disembunyikannya fakta atau kebenaran sejarah dengan menggunakan pemilihan seni kata yang sulit sehingga kadang hanya bisa dimengerti dan dipahami oleh poet menambah list kekompleksan sejarah.
            Di Indonesia sendiri sastra tidak dipelajri secara umum, hanya dalam bidang studi tertentu sastra dipelajari secara lebih rinci. Sastra akan berbau idologi begitu pula sejarah. Dengan ideologi sejarah memiliki tujuan berbeda dibalik penulisannya. Untuk mengungkapkan kebenaran dibalik sejarah, seseorang tentunya harus crush the wall serta berpikir kritis dan menggali ceruk-ceruk baru yang belum diketahui.
            Ditekankan kembali bahwa ideologi menciptakan subjektivitas menulis sejarah, namun yang membuatnya objektif adalah soal penulisannya. Tata cara dan role berlaku pada setiap kegiatan menulis. Diantaranya dalam menulis critical review perlu adanya generic structure. Dalam slide yang diberikan mr.Lala ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menuliskan critical review.
1.      Introduction
Pembukaan yang mengaitkan judul besar dengan apa yang ingin disampaikan. Berisi pula thesis statement.
Contoh :
a.      This paper facused on...
b.      This paper is critical review of...
c.       This paper offers a creitical review insight or prespective on...
           
2.      Summary
Ulasan penulis tentang apa yang ingin dikritisi. Singkatnya ringkasan dari artikel.
Contoh:
There are severalbasic point that Zinn wrote on Columbus whom we ridicolously perceive as a hero.
Gunakan: a. First...
                   b. Second...
                   c. Third...

3.      Critique
Inti dari critical review. Kritikan atas artikel.
Contoh: there are four points on Columbus that are reglected in Zinn artikel.
a.      First/the first point is...
b.      Second/ the Second point is...
c.       Third/ the Third point is...

4.      Conclusion
Kesimpulan dari seluruh kritikan.
Contoh:
 a. In the conclusion is...
b. there are two basic points that can be concluded from Zinn artikel.

            Pembahasan selanjutnya yakni mengenai peer review karena memang judul besar pertemuan ketujuh ini adalah “peer review is a MUST”. Peer review adalah suatu proses pemeriksaan atau penelitian suatu karya seseorang oleh teman sejawatnya (karena konteks kita adalah classroom).
            Kegunaan peer review adalah untuk menelaah atau memeriksa apakah ada kesalahan dalam penulisan ataupun isi suatu karya tertulis (teks). Untuk meriview biasanya digunakan rubrik review. Ketentuan-ketentuan (rubrik) harus diperhatikan dalam melakukan peer review ini. Inilah salah satu cara mengobjektifkan suatu tulisan dari subjektifitas ideologi.
            peer reviewer juga seharusnya seorang yang qualified reader agar ia bisa seobjektif mungkin mereview teks tersebut. Pembahasan awal tentang sejarah-literasi-ideologi bahkan poets aling berhubungan erat. Perlu diketahui bahwa yang mampu mengubah dunia adalah para penulis. Mengapa? Jawabannya sebenarnya simple, karena penulis mampu meneroka dan  menemukan ceruk-ceruk baru setiap kali ia menulis.
            Menulis berarti menemukan sumber baru yang berujung pada menggali potensi makna disetiap ceruk dan sumber yang ia temukan. Orang-orang yang bisa menggali potensi makna tersebut adalah orang-orang literat yang berhasil akan self-discovery nya.
            Jadi dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kita hidup secara berproses. Berusaha hidup literat adalah keharusan, karena apapun yang kita lakukan sekarang merupakan sejarah dimasa depan. Jadilah seperti linguist yang mampu membuat hidupnya dibaca, ditiru, dan digugu orang lain serta jadilah poet agar setiap yang kau lakukan sekarang mampu menjadi syair indah di masa depan.


0 comments:

Post a Comment