Sunday, April 6, 2014



Pendahuluan
Sebagai warga negara yang terlahir dipangkal abad 21 ini merasa sangat minim dalam mengakses pengetahuan walaupun sudah tersedia teknologi yang canggih. Dalam mengakses informasi atau suatu peristiwa di masa lalu, memang cukup sulit untuk menemukan sumber-sumber yang terpercaya. Pada kali ini kami akan mencoba menulis atau mengkilas balik apa yang terjadi pada bagian negara kita ini yaitu Papua.       Kami akan berjalan menelusuri sejarah Papua dengan artikel milik Eben (2009) yaitu yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”.

ISI
            Paragraf 1  yaitu membahas :
-          Bentuk penhormatan masyarakat Papua terhadap Eben yang diselenggarakan oleh Denny.
Paragraf 2 membahas :
-          Tujuan utama Eben waktu itu untuk mempelajari El Nino yang melanda Papua
-          Eben datang diwaktu yang salah karena pada saat itu Papua sedang mengalami musim penghujan.
-          Irian Jaya berubah nama menjadi Papua dan ingin memisahkan diri dari NKRI
Paragraf 3 membahas :
-          Pembantaian militer Indonesia yang menyebabkan tewasnya mahasiswa dan pembuangan demonstran ke laut dalam.
-          Sistem genosida telah terjadi
Paragraf 4 membahas :
-          Eben mempelajari cerita adat khas Papua.
-          Peran pemerintah AS dalam mendukung pendudukan militer
-          Menganalogikan kampanye teror yang dipicu “Dracula”
-          Koperasi militer rahasia Indonesia yang memberikan dukungan kepada aktivis kemerdekaan Papua.
Paragraf 5 membahas :
-          Eben ditarik menjadi sekutu
-          Melakukan penelitian terhadap kampanye teror oleh pasukan keamanan Indonesia.
-          Harapan Eben agar bisa membantu Papua mencapai kebebasan dari teror dalam rezim pendudukan Indonesia.
Paragraf 6 membahas :
-          Waropen adalah member Komnas HAM yang dulunya menjadi provokator Papua untuk memisahkan diri.
Paragraf 7 membahas :
-          Indonesia melakukan serangan berkelanjutan yang bernama (operasi penyisiran dan penumpasan).
-          Menyelidiki rumor tentang agen militer Indonesia yang diam-diam mendukung milisi Papua.
Paragraf 8 membahas :
-          Melakukan wawancara terhadap orang-orang yang mau mengambil resiko untuk menceritakan kisah mereka.
-          Melakukan pertemua tersembunyi dalam kegelapan malam.
-          Melindungi indentitas narasumber.
Paragraf 9 membahas :
-          Penelitian ambisius Eben yang ingin meneliti pawang terkenal di pegunungan di dekatnya.
-          Misteri gempa bumi yang melanda wilayah jawa.
Paragraf 10 membahas :
-           Kegagalan Eben mewawancarai pawang Wasior.
-           Waropen menjadi sumber terpenting dalam penelitian pawang Wasior yang belum bisa dilakukan Eben beberapa mingggu lalu.
Paragraf 11  membahas :
-          Eben mewawancarai Waropen dengan menyembunyikan identitasnya sebagai narasumber terpercaya.
-          Sebelumnya Eben sudah melakukan 350 wawancara dengan politisi Papua, korban kekerasan, tahanan politik, pujuang gerilya, aktivis hak asasi manusia, dan pemimpin adat, semua itu dengan identitas anonim.
Paragraf 12 membahas:
-          Saran informal dari rekan dan mentor untuk melindungi sumber anonim kecuali pada dari dewan review dari kelembagaan universitas.
-          Masyarakat Papua ingin diakui sebagai masyarakat yang mandiri dalam segala hal.
-           Tidak mau dianggap sebagai orang terbelakang, alias ingin diakui kalau mereka adalah masyarakat berintelektual tinggi.
Paragraf 13 membahas :
-          Sumber anonim dicurigai
-          Jurnalis dan editor melakukan seleksi ketat takut berita yang ditulis penulis tidak etis.
-          Jurnalis dan penerbit melindungi diri dari gugatan pencemaran nama baik.
Paragraf 14 membahas :
-          Waropen menginginkan keadilan
-          Harapan tentang tanah leluhurnya yang sudah diratakan perlu direkonstruksi.
-          Waropen menganggap bahwa Eben merupakan salah satu orang yang potensial yang dapat membantu menyelesaikan masalah ini dengan banyaknya data yang Eben peroleh.
Paragraf 15 membahas :
-          Waropen berkata “Jangan menggunakan data yang anda punya sebagai bantal dan pergi tidur ketika anda kembali ke Amerika dan jangan hanya menggunakan ini sebagai jembatan untuk peluang profesional anda sendiri”.
Paragraf 16 membahas :
-          Waropen memprovokasi Eben untuk menjadi seorang ahli regional yang handal.
-          Menjadi orang yang akan mengetahui hal-hal dengan pasti dan seseorang yang akan mengambil pertanyaan akuntabilitas serius.
-          Banyak antropolog  budaya waspada tentang menggunakan data penelitian mereka untuk berbicara dan kekuasaan.
Paragraf 17 membahas :
-          Waropen meminta Eben untuk memikirkan kembali apa yang maksud dengan “Data” dalam antropologi budaya.
-          Waropen mendorong Eben untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, lebih otoritatif, penerjemah.
-          Konfrontasi Waropen mendorong Eben untuk menerjemahkan bentuk pengetahuan yang didapatnya ke dalam sebuah narasi baca yang mungkin bisa beredar sampai ke luar negeri.
Paragraf 18 membahas :
-          Mempublikasinan penemuannya atau menggunakan data untuk memajukan peluang keprofesionalan diri jelas di tentang oleh Waropen.
-          Eben sudah menerbitkan sejumlah artikel tentang Papua Barat.
-          Waropen menantang Eben untuk mengambil tindakan nyata, mengungkapkan fakta kebenaran lebih penting daripada meraih keprofesionalan diri dengan mengubur data yang sudah didapat.
Paragraf 19 membahas :
-          Rasa bingung dan ingin tahu Eben terhadap masalah BP dengan militer Indonesia.
-          Kejanggalan yang dilakukan oleh perusahaan BP yang mengubah nama “British Petroleum,” menjadi “Beyond Petroleum”
-          Sulit untuk mengidentifikasi : Provokator militer, korban polisi, dan Papua double agen.
-          Penembakan salah satu peleton polisi yang dilakukan milisi Papua.
Paragraf 20 membahas :
-          Melakukan wawancara dengan Papua double-agen “ Pejuang kemerdekaan” dengan hubungan dugaan militer. Bukti baru tentang pembunuhan para perwira dan dukungan logistik dari militer Indonesia.
Paragraf 21 membahas.
-          Menghadiri pertemuan di markas London BP.
-          Negosiasi tentang kebijakan keamanan BP yang mempengaruhi iklim HAM di Papua Barat.
-          Saksi yang bisa diandalkan untuk membuat klaim kuat untuk pengetahuan.
Paragraf 22 membahas :
-          Bertukar cerita dengan Rumbiak tentang perjalanan mereka .
Paragraf 23 membahas :
-          BP adalah perusahaan yang terlibat dalam kontroversi ketika regu kematian paramiliter mulai membunuh aktivis lingkungan.
-          Berhadapan dengan beberapa pria yang paling berkuasa di Eropa.
Paragrad 24 membahas :
-          BP kebijakan keamanan berbasis masyarakat menghasut kekerasan.
-          Ada hubungan timbal balik antara BP dan militer Indonesia.
-          Agen rahasia militer Indonesia akan tetap memprovokasi kekerasan sampai BP mengalah dan memberi mereka kontrak keamanan.
Paragraf 25 membahas :
-          Kekerasan akan menghasilkan dampak yang buruk. Bekerja di Papua adalah tantangan yang besar namun BP juga tidak mau melepaskan karena takut ada perusahaan lain yang akan menggunakan lahan minyak itu.
-          Perusahaan minyak itu guna untuk mengusir militer Indonesia di Papua.
Paragraf 26 membahas :
-          Sebuah pengakuan mencengangkan oleh anggota milisi Papua yang membunuh sekelompok polisi Indonesia yang didukung oleh militer Indonesia.
-          Peluncuran operasi Isolat dan memusnahkan oleh anggota Polisi.
-          Dua belah pihak antara polisi dan militer sama-sama ingin kontrak perlindungan dari BP.
Dari artikel yang saya baca tentang “Don’t Use Your Data as a Pillow” ini membuat saya sebagai reader merasa bingung. Bingung dengan semua peristiwa yang terjadi di Papua, keterkaitan Papua ingin memisahkan diri dari NKRI, rumor pembantaian, militer Indonesia yang melakukan pembantaian, anggota polisi yang melakukan isolasi dan juga keterkaitan perusahaan BP dengan semua itu. Serasa ada yang hilang dari artikel itu, tulisan yang kurang detail akan peristiwa yang terjadi di sana. Sebagai pembaca, saya merasa seakan di obok-obok oleh data yang dikumpulkan Eben.
Kesimpulan
Untuk menguak fakta yang sebenarnya kita perlu mengumpulkan banyak informasi lebih lanjut, kita tidak boleh menelan begitu saja informasi yang kita dapat saat ini.

0 comments:

Post a Comment