Saturday, April 5, 2014

Class Review 5
Literasi dan disiplin ilmu lainya
Wacana merupakan unit kebahasaan yang lebih besar daripada kalimat dan klausa juga mempunyai hubungan antara unit kebahasaan yang satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain, wacana merupakan satuan bahasa yang terlengkap. Dalam hirearki gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk wacana yang utuh.
Teks adalah bahasa yang berfungsi. Maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis. Bentuknya bisa percakapan atau tulisan. Hal penting menegenai sifat teks adalah bahwa meskipun teks bila kita tuliskan tampak seakan-akan terdiri dari kata-kata atau kalimat, namun sesungguhnya terdiri dari makna-makna. Memang makana-makna tau maksud yang ingin kita sampaikan kepada orang lain haruslah dikodekan dalam tuturan lisan atau kalimat-kalimat supaya dapat dikomunikasikan.
Teks merupakan produk, dalam arti bahwa teks itu merupakan kemasan (output) sesuatu yang dapat di rekam dan dipelajari (berwujud). Teks juga merupakan proses, dalam arti merupakan proses pemulihan makna terus-menerus. Maksudnyaketika kita menerima atau mempelajari informasi dalam bentuk teks (lisan atau tuls) maka tentunya di dalam otak kita terjadi pross pemahaman (pemilihan makna) terhadap informasi tersebut, jangan sampai terjadi kesalahpahaman. Adapun kriteria teks sbb:
a)      kriteria yang bersifat internal
kohesi : kesatuan makna
koherensi : kesatuan atau kepaduan kalimat
intertektualitas : setiap teks saling berkaitan secara sinkronisasi atau diakronis
intensionalitas : cara-cara atau usaha-usaha untuk menyampaikan maksud atau pesan pembicaraan melalui sikap pembicara , intonasi, dan ekspresi wajah intensionalitas berkaitan dengan akseptabilitas (penerimaan informasi)
invormativitas : kuantitas dan kualitas informasi
situasionalitas : situasi tulisan.
Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis besar, konteks wacana dibedakan menjadi dua kategori, yakni konteks linguistik dan konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa unsur-unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan kata depan,  kata sifat, kata kerja, kata kerja bantu dan proposi positif.
Konteks ekstralinguistik adalah konteks yang bukan merupakan unsur-unsur bahasa. Konteks ekstra linguistik ini mencakup praanggapan, participan, topik atau kerangka topik, latar, saluran, dan kode.
Partisipan adalah pelaku atau orang yang berpartisipasi dalam peristiwaberkomunikasi dalam membaca.partisipasi mencakup penutur, mitra tutur dan pendengar. Lataradalah tempat dan waktu serta peristiwa beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa an sarana yang digunakan dalam penggunaan wacana.
Kode adalah bahasa atau dialek yang diguanakan dalam wacana, baik konteks situasi maupun konteks budaya sebagai konteks ekstensi wacana (external discourse contex) senada dengan uraian diatas, saragih dalam perspektif LSF (2006:4) juga memaparkan bahwa konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Tidak ada teks dalam konteks, konteks mengacu pada segala sesuatu yang mendampingi teks.
Koteks adalah teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki hubungan dengan teks lainya, teks satu memiliki hubungan dengan teks lainya. Teks lain tersebut bisa berada di depan, (mendahului) atau di belakang mengiringi.
Keberadaan koteks dalam suatu struktur wacana menunjukkan  bahwa teks tersebut memiliki sruktur yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Gejala inilah yang menyebabkan suatu wacana menjadi utuh dan lengkap. Dengan demikian, koteks berfungsi sebagai alat bantu memahami dan menganalisis wacana. Koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Loteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, atau paragraf. Koteks disebut juga sebagai kontek linguistik.
Konteks mencakup semua hal berikut (lehtonen) :
1)      substansi : materi fisik yang membawa atau relay teks
2)      musik dan gambar
3)      paralanguage : perilaku yang berarti bahasa yang menyertainya. Seperti kualitas suara, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan (dalam kecepatan), dan pilihan dari jenis huruf dan ukuran huruf (secara tertulis).
4)      Situasi : sifat dan hubungan objek dan orang-orang disekitarnya teks, seperti yang dirasakan oleh para peserta.
5)      Co-text : teks yang mendahului atau mengikuti yang dibawa analisis, dan yang peserta miliki wacan ayang sama.
6)      Intertext : teks yang peserta anggap sebagai milik wacana lain, tetapi yang mereka persekutuan dengan teks yang di bawah pertimbangan, dan yang mempengaruhi interprestasi mereka.
7)      Peserta : niat dan interprestasi mereka, penegetahuan dan keyakinan sikap interpersonal, afikasi dan perasaan.
8)      Fungsi : apa teks dimaksudkan untuk melakukan oleh pengirim dan addrsers, atau dianggap dilakukan oleh penerima dan addresers.
Oleh karenanya di dunia ini sebenarnya banyal sekali sejarah-sejarah yang dimanipulasi.sejarajh yang dimanipulasi karena orang-orang terlibat didalamnya adalah orang-orang yang mengerti dan paham benar dengan literasi. Kembali lagi ke Columbus yang digadang-gadang sebagai penemu benua amerika. Ternyata sisi lain Columbus tidak se heroic yang dielu-elukan orang-orang seantero dunia. Berikut adalah bebrapa faktanya :
1)      Alasan Columbus pergi berlayar?
Dulu columbus memperkosa putri salah satu bangsawan spanyol yang masih berusia 13 tahun. Pengadilan idak bisa memutuskan ia dihukum mati, sehingga akhirnya Ratu Issabella mengirimnya dalam misi mencari benua baru dengan harapan Columbus tidak bisa pulang kembali. Dengan kata lain Columbus diasingkan dari negaranya.
2)      Jurnal Columbus
Dalam catatan harianya, Columbus mengakui bahwa ia tiba di Hindia (pada saat itu ia asih percaya menemukan india, bukan amerika). Ia menyiksa penduduk pribumi, menggantung, mencambuknya, hanya demi satu informasi emas? Glory, gospel, gold. Ketiga itulah yang dicari Columbus.
Diskursus hubungan sejarah dan sastra
1.      Sejarah sebagai ilmu. Ismam (2002:13) menguraikan 3 komponen pengertian atau konsep tentang sejarah. Yaitu : sejarah sebagai peristiwa, sejarah sebagai kisah, dan sejarah sebagai seni.
2.      Sejarah sebagai ilmu metodologi pengetahuan dapat dipertanggung jawabkan Bury (Teggart,1960:56) secara tegas mengatakan bahwa “History is a continuous process of interaction between the history and his fact, and unending dialogue between the present and the past. Colling wood (1973:9) yang menegaskan bahwa “every historian would agree, I think that history is a kind of research on inguiry” . sejarawan memperoleh fakta-fakta dari dokummen, inskripsi, dan ilmu-ilmu bantu sejarah lainya seperti  arkeologi, numimatic dan kronologi.
3.      Pengaruh positivisme dalam sejarah, menurut Kunto Widjoyo (2000), setidaknya ada tiga pengandaian dalam ilmu-ilmu sosial, kedua hasil penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk hukum-hukum seperti dalam ilmu-ilmu alam, ketiga, ilmu-ilmu sosial itu harus bersifat teknis, yaitu menyediakan pengetahuan yang bersifat instrumental murni, netral dan bebas. Dalam pengaruh filsafat positivisme, sejarah objektif dapat di rekonstruksi melalui pengamatan empiris, pengukuran, dan deskriftif.
4.      Pengaruh positivisme dalam sejarah salah satu tokoh penvetus aliran modern dalam sejarah adalah leopoid von hanke (1795-1886) menulis a critique of modern historical writers, Ranke dianggap sebagai penumbuh histoggrafi modern yang menganjurkan sejarawan menulis apa yang sebenarnya terjadi.
5.      Sejarah sebagai Humaniora keunikan manusia dan alam (menyadari unsur individualitas dan pentingnya dia dalam kehidupan) pencarian manusia akan nilai-nilai kesadran sebagai masyarakat dalam sebuah sistem mengisi kebutuhan tradisioanal dan mengingatkan kepada siswa bahwa dalam zaman mesinpun kita tetap manusia kreatfitas.
Menulis adalah konteks (Hyland) cara kita memahami tulisan melalui pemahaman yang semakin canggih dari konteks kami menyadari bahwa makna bukanlah sesuatu yang berada di kata-kata yang kita kirimkan ke orang lain, tetapi di ciptakan antara penulis dan pembaca karena mereka memahaminya dengan cara yang berbeda masing-masing berusaha menebak-nebak akibatnya analisis dan guru mencoba untuk memperhitugkan pribadi, faktor-faktor kelembagaan dan kontekstual sebagian besar dipandang secara objektif.
menulis dan budaya secara umum dipahami sebagai historis transmisikan dan jaringan sistematis makna yang memungkinkan kita untuk memahami dan mengembangkan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keyakinan kita tentang dunia.  (Lantolf:1999). Akibatnya bahasa dan pembelajaran dikepung dengan budaya. Hal ini karena sebagian nilai-nilai budaya kita tercermin dalam bahasa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa praktek literasi sangat berkaitan atau berhubungan dengan konsep ilmu-ilmu lainya.


0 comments:

Post a Comment