Saturday, April 5, 2014


Class Riview 6
Ideologi di dalam Literasi
Pada class review ke-6 pak Lala menekankan tentang thesis statement “pay attention to thesis statement”. Thesis statement adalah satu atau dua kalimat yang berisi topik  (Topic), klaim (Claim), alasan (Reason) . kalimat yang bernama thesis statement sebenarnya selalu ada pada sebuah tulisan. Bentuk thesis statement ada yang tersirat dan ada yang tersurat.
Hal ini dibutuhkan karena klaim dan alasan topik harus dibuktikan pada bagian body of paragraph dan pembuktian itu dijabarkan secara ringkas dalam kesimpulan. Pembelajaran ini akan lebih gamblang dengan mengambil berbagai contoh dari koran dan majalah. Dengan menempatkan diri sebagai pembaca, seorang penulis dapat juga melihat thesis statement penulis lainya tentang bagaimana  mereka menempatkan thesis statement itu dan bagaimana cara memberikan bukti-bukti.
Disini, ada dua fungsi thesis statement yaitu :
·         Pertama sebagai penulis menciptakan thesis statement untuk fokus subjek essay.
·         Yang kedua, dengan adanya thesis statement yang bagus atau baik dapat membantu si pembaca agar mengerti atau paham apa yang ingn disampaikan si penulis dalam teksnya.
Sebuah thesis statement adalah hasil dan proses pemikiran yang panjang. Karena pada kenyataanya memang menentukan thesis statement dalam sebuah tulisan adalah hal yang paling membutuhkan pemikkiran yang panjang.
Terkadang, jika kita sudah menemukan thesis statementnya justru malah mentok ke supporting ideanya, tapi hal tersebut jarang terjadi karena biasanya jika kita sudah menemukan thesis statemenya maka di paragraf-paragraf berikutnya akan mengalir.
Apalagi kaitanya ketika kita sedang menulis kritikal essay dan hal itu memang tidak mudah karena dituntut untuk berfikir secara kritis, menganalisis, mengevaluasi, dan memberikan argumentasi berdasarkan teori-teori yang sudah dipelajari. Menunjukkan fakta dan pengalaman terhadap hasil tulisan orang lain.
Apabila anda menulis ilmiah, maka perlu memberikan analisis secara kritis. Penjelasan-penjelasan anda perlu didukung oleh teori-teori, menghubungkan antara teori dengan  praktis, atau didukung oleh hasil penelitian . begitu juga menulis kritikal essay, kita dapat memberikan pendapat terhadap tulisan orang lain baik secara positif maupun negatif. Berdasarkan teori-teori yang sudah kita pelajari, memberikan penilaian secara kritis, menuntut kita untuk mengevaluasi tulisan orang lain agar kiat menjadi lebih jelas bagaimana proses menulis.
Dalam menulis critical juga berlaku hal demikian, bahwa paragraf pertama adalah segala-galanya yang mana thesis statement juga terdapat diparagraf pertama. Terkadang paragraf pertama juga dijadikan acuan bagi pembaca. Apakah layak untuk dilanjutkan membaca ataukah sebaliknya. Thesis statement akan menjelaskan isi dari paragraf-paragraf berikutnya.
Seperti yang pak lala jelaskan pada minggu kemarin, bahwa orang-orang yang literate adalah orang-orang yang tercerahkan karena otomotis mereka adalah orang-orang yang banyak membaca, memahami, mempresentasikan, menghasilkan teks. Lewat jalan berliterasilah pikiran kita akan tercerahkan  karena membaca adalah keimanan. Bisa dilihat pada wahyu pertama yang turun. Kita diperintahkan untuk membaca.
Begitu berliterasi sudah ada dan sudah diajarkan pada zaman Nabi Muhammad SAW. Membaca adalah bentuk kita meniru (emulate), lalu menuju ke discover yaitu menemukan sesuatu yang baru sehingga orang lain tercerahkan. Dan kembali lagi, umtuk menjadi orang-orang yang tercerahkan  harus berlitersi antara history. Yaitu orang-orang yang menulis sejarah adalah oang-orang yang berliterasi.
Teks itu bersifat ideologi, dan ideologi itu adalah sebagai medium, instrumen atau akar penyampaian fikiran individu kepada masyarakat luas, dan setiap orang pasti akan memiliki ideologi yang berbeda-beda, oleh karena itu ideologi ada dimana-mana dan sudah tentu setiap orang yang menulis akan menyampaikan ideologinya masing-masing ke dalam tulisanya. Seperti kata pak haidar literasi tidak pernah netral, pasti ada keberpihakan penulis di dalamnya.
Seperti yang kita ketahui di media cetak terdapat klaim bahwa media menjadi pandangan hidup atau ideologi dominan, di satu sisi, dan mewakili ideologi yang menentangnya di sisi lain, namun media secara sadar selalu mengklaim berada pada posisi tengah, posisi abu-abu, dan pada kenyatataanya media menjadi apa yang James Davrion Hunter sebut sebagai “pusat perang budaya.”
Media sebagai medan tempur utama bagi bermacam-macam kelompok yang ingin menyebarkan ide-ide mereka baik itu politisi, pebisnis, aktivis dan kelompok-kelompok keagamaan.
Contoh lain dalam sebuah koran, adakah koran yang netral? Tidak ada koran yang benar-benar netral. Yang ada hanyalah koran yang berusaha untuk netral. Karena biar bagaimanapun sedikit banyak apa yang ada dipikiran wartawan pada saat menulis, apa yang ada dipikiran redaktur pada saat memilih untuk menerbitkan atau tidak, dan  banyak lagi turut mempengaruhi kenetralan tulisan yang muncul di koran tersebut. Selain itu faktor eksternal pun secara tidak langsung juga turut mempengaruhi pembaca, environment, pemerintah, dan banyak hal eksternal lainya pun secara tidak langsung juga turut mempengaruhi kenetralan ini.
Jadi literasi (tulisan) setiap orang itu berbeda-beda tergantung pada background yang mereka naungi sekarang, da tentu juga karena setiap orang itu memiliki ideologi yang berbeda-beda.

0 comments:

Post a Comment