Thursday, April 17, 2014


7th Class Review
Written by Muhammad Saefullah

            Tak pelik lagi, pertemuan demi pertemuan kini habis dengan sendirinya. Semua target yang menjadi patokan untuk menjadi destinasi terkhir kini akan tewujud. Pertengahan jalan harus kita persembahkan salah satu mahakarya untuk membuktikan kesungguhan dati perjanjian yang sudah disepakati.
            Pembelajaran Writing & Composition 4 sudah sampai di pertemuan ke-7. Hal itu berarti bahwa mahasiswa PBI semakin mantap untuk belajar tentang sebuah essay. Santapan dari Howard Zinn tentang Columbus terus ditekankan untuk menambah daya kritis penulis, seorang yang ingin menjadi terampil haruslah mempunyai daya kritis yang tinggi. Seperti yang dilakukan oleh kita yang terikat kontrak untuk mengkritisi Zinn dengan pembahasan Columbus.
            Seperti sebuah diary yang tidak bisa lepas dari tangan mungil penulisnya. Class review senantiasa menemani setiap minggunya untuk memberikan prestise yang tinggi, materi-materi yang diberikan ibaratkan sebuah buruan yang siap ditangkap oleh pemburunya. Tanpa menuliskannya dalam class review sasaran akan mudah lepas begitu saja.
            Pada pertemuan ke-7 kemarin, banyak sumber-sumber inspirasi yang didapat dari slide yang ditampilkan. Beberapa materi ditampilkan ulang untuk mengingat hal yang sudah disampaikan. Kita sebagai pelajar dalam writing sebenarnya masih dalam proses meniru untuk pemahaman suatu materi, adapun urutan dari tahapan-tahapan pembelajar ialah:
            Emulate => discover => create
            Urutan di atas menunjukkan bahwa tahapan untuk mencapai hasil menciptakan essay harus melewati dua tahap. Pertama ialah emulate, tahap ini dilakukan oleh kita pada saat sekarang yaitu proses meniru. Bagi kaum akademis tahap ini masih labil karena masih terbawa dengan pemikiran dangkalnya yang berasumsi dengan mudah bahwa ini salah dan itu benar. Kemudian tahap yagn kedua ialah tahap discover, kita belajar untuk menemukan berbagai artikel-artikel untuk dipilih dan disaring sesuai dengan kategorinya. Proses tersebut akan mengembangkan pengetahuan penulis untuk menciptakan suatu tulisan, karena writing itu ialah sebuah semogenesis yang bersifat nyata.
            Motivasi muncul dari bukunya Milan Kundera yang menuliskan bahwa menulis itu sama dengan sebuah poem. Maksud dari Milan tesebut diibaratkan ada sesuatu yang tersembunyi dibalik dinding yang harus kita pecahkan, bagi kita hal itu harus dibongkar dan dobrak semuanya yang mengcover. Baginya menulis dan sebuah poem itu sama saja karena butuh knsentrasi dan imajinasi dalam menggambarkan sesuatu. Poem juga sebenarnya tidak beda dengan pekerjaan sejarah yang lebih mengutamakan discovers daripada invents. Sejarah itu diibaratkan seperti poem yang tertutup di situasi-situasi baru, semuanya itu kemungkinan tersembunyi dan harus dipecahkan.
            Bagaimanapun, sejarah itu memang sebuah proses yang tidak pernah berakhir. Manusia terus menciptakan dan menorehkan kisah-kisah sejarah yang berbeda alasan dalam merepresentasikannya. Sejarah bahkan sebuah proses dari manusia yang tidak pernah berakhir dari penemuan dirinya. Keberanian yang muncul dari poem itu bahkan bersifat “obvious”, muncul pada permukaan yang benar-benar nyata. Semua penemuan yang diciptakan oleh manusia bukan lain karena adanya proses diakronik, proses ini memberikan pemahaman bahwa sejarah itu tidak serta-merta muncul begitu saja. Sejarah butuh proses untuk membangun cerita dan urutan-urutan yang panjang.
            Selama satu pecan terakhir banyak kritikan pedas dari Mr.Lala yang selalu teliti. Dengan adanya kritik pedas ini menjadikan cambuk bagi mahasiswa agar lebih mempertahatikan sesuatu yang kecil. Berdasarkan slide yang ditulis dan kenyataan yang terjadi di kelas kita hanya ada satu mahasiswa yang menuliskan generic structure dalam penulisan essay, hal ini diduga mutu dari dialog-dialog yang ada di kelas kurang diperhatikan. Akibat dari melupakan hal kecil ini akan berdampak besar untuk memahami tulisannya bagi orang lain, karena tidak ada batasan-batasan dalam susunan essay.
            Di tempat lain juga bahkan tidak ada yang menuliskan generic structure secara eksplisit. Bahkan, dugaan Mr.Lala bahwa kelas yang diajarkannya itu hanya mempunyai aura yang negative saja. Semua kritikan yang ada itu harus dianggap sebagai masukan yang membangun, penulis yang handal itu akan melupakan suatu hal yang kecil dalam tulisannya. Dari hal yang terkecil itu tidak menutup kemungkinan akan menghalangi kita untuk pindah ke level selanjutnya, untuk apa pintar dalam menulis dan tulisannya berkualitas tapi hal yang kecil saja dilupakan, lebih baik standarnya sedang tapi sesuai dengan cara-cara yang ada.

0 comments:

Post a Comment