Sunday, April 6, 2014





Menguak si Pulau Cendrawasih
          Akademik writing. Perjalanan panjang yang meski kita tempuh di semester 4 ini. Perjalanan yang tentunya memerlukan pengorbanan yang tak sedikit. Perjalanan yang tak selamanya lurus. Perjalanan yang kadangkala tak sesuai dengan keinginan. Seperti apa yang Pak Lala rasakan dengan hasil UTS kita kemarin yang tak sesuai dengan apa yang beliau harapkan. Sulit bagi beliau untuk melihat karya-karya berkualitas tinggi. Hal yang sering beliau katakana yaitu “untuk mendapatkan berlian yang berkualitas tinggi, memang perlu diasah beberapa kali dan sedemikian rupa sehingga hasilnya memang memuaskan.” Teringat dengan apa yang novelis bernama Tere Liye katakana bahwa “untuk membuat sebilah pedang terbaik, pandai besiharus memanaskannya di tungku dengan suhu memerihkan wajah, menghantamnya berkali-kali, menempanya berulang-ulang, setelah prosesnya selesai maka sepotong besi yang biasa tumpul dan jelek akan berubah menjadi sebuah pedang tajam, gagah, dan bisa menebas apapun. Indah sekali.“ Begitulah perjalanan di akademik writing ini. Sesuatu akan menghasilkan kata “terbaik,” jika telah melewati berbagai rintangan yang menerpanya.
          Beberapa hal yang harus kita garis bawahi di pertemuak ke sembilan ini yaitu, FOKUS, KOMITMEN, KETEKUNAN, dan KERJASAMA. Hal-hal yang disebutkan tersebut merupakan kata kunci kita untuk tetap bertahan di pertengahan perjalanan ini. Bedanya, kali ini kita berjalan dengan metode teamwork atau kerjasama. Hal yang kita fokuskan kali ini yaitu mengenai membaca. Dimana kita dibentuk ke dalam sebuah klub membaca yang terdiri dari lima orang tiap kelompok. Kali ini, artikel yang akan menjadi bayang-bayang pertemuan kita kedepan yaitu “Don’t Use Your Data as a Pillow” karya S. Eben Kirksey. Diintruksikan bahwa setiap orang harus membaca kalimat dengan keras dan berbagi pemikiran mengenai setiap kalimat yang terdapat dalam artikel tersebut, selain itu harus dipastika bahwa setiap anggota memiliki pemikiran yang sama pada setiap kalimatnya.
          Sebelum terjerumus ke dalam lembah artikel ada beberapa point yang harus kita pahami terlebih dahulu. Mengingat apa yang Eben ungkap yaitu mengenai Papua. Mari kita menjelajah lebih jauh mengenai si Pulau Cendrawasih atau Papua ini.
          Nama Papua mengacu pada sebagian barat Pulau Papua. Provinsi Papua juga dikenal dengan nama Irian Jaya Barat. Secara administratif, Provinsi Papua Barat terdiri dari 8 kabupaten dan 1 kotamadya. Papua Barat adalah Provinsi dengan Ibu kota Manokwari, dan mempunyai banyak sekali obyek wisata. Beberapa obyek wisata yang terkenal yaitu Perairan Raja Ampat, Pulau Mansinam, Situs Purbakala Tapurarang, dan Teluk Triton. Berdasarkan peraturan pemerintah No.45 tahun 1999, wilayah yang mencakup Pulau Papua yang ditetapkan sebagai Irian Jaya Barat dan terdiri dari pulau-pulau kecil Provinsi Papua. Sejak 7 Februari 2007, provinsi ini resmi bernama Irian Jaya Barat atau Papua Barat. Nama Irian Jaya, dicetuskan pada pemerintahan Soeharto, setelah itu diganti kembali menjadi Papua pada masa pemerintahan Gusdur (Abdurrahman Wahid). Berdasarkan peraturan pemerintah No.45 tahun 1999, wilayah yang mencakup pulau Papua yang ditetapkan sebagai Irian Jaya Barat dan terdiri dari pulau-pulau kecil Provinsi Papua. Sejak 7 Februari 2007, provinsi ini resmi bernama Irian Jaya Barat atau Papua Barat.
          Pada tanggal 1 Mei 1963 adalah hari bersejarah karena "Irian Barat" (Papua) diintegrasikan ke dalam NKRI, dimana Belanda menyerahkan Papua ke tangan Indonesia. Penyerahan ini dijaminkan oleh Perjanjian New York yang ditanda tangani di New York pada tanggal 15 Agustus 1962.  Sebelum penyerahan Papua ke tangan Indonesia, presiden Soekarno membentuk Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat), yaitu konflik 2 tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno (Presiden Indonesia) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
          Organisasi Papua Merdeka atau disingkat OPM adalah sebuah organisasi yang didirikan tahun 1965 dengan tujuan membantu dan melaksanakan penggulingan pemerintahan yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, yang sebelumnya bernama Irian Jaya. Tujuan dari OPM ini adalah memisahkan diri dari Indonesia dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas. Hal yang mengagetkan yaitu, organisasi ini mendapatkan dana dari pemerintah Libya di bawah pimpinan Muammar Gaddafi dan pelatihan dari grup gerilya New People's Army beraliran Maois yang ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Departemen Keamanan Nasional Amerika Serikat.
          Organisasi ini dianggap tidak sah di Indonesia. Perjuangan meraih kemerdekaan di tingkat provinsi dapat dituduh sebagai tindakan pengkhianatan terhadap negara. Sejak berdiri, OPM berusaha mengadakan dialog diplomatik, mengibarkan bendera Bintang Kejora, dan melancarkan aksi militan sebagai bagian dari konflik Papua. Para pendukungnya sering membawa-bawa bendera Bintang Kejora dan simbol persatuan Papua lainnya, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambang nasional. Lambang nasional tersebut diadopsi sejak tahun 1961 sampai pemerintahan Indonesia diaktifkan bulan Mei 1963 sesuai Perjanjian New York.
          Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang sekarang secara gencar mengembangkan manuver internasionalnya lewat Free West Papua Campaign, kiranya perlu dicermati secara intensive dan penuh kewaspadaan. Betapa tidak, pada tanggal 28 April 2013 lalu, kantor perwakilan OPM di Oxford, Inggris secara resmi dibuka. Tak pelak lagi, hal ini mengindikasikan semakin kuatnya tren ke arah internasionalisasi isu Papua tidak saja di Amerika Serikat, melainkan juga di Inggris, Australia dan Belanda. Terbukti sudah bahwa sebagian negara mendukung kemerdekaan Papua Barat.
          Sebagai bahan tambahan,saya ankan mengungkap beberapa catatan berita tentang Papua akhi-akhir ini. Pertama, mengenai pengampanye Papua Merdeka di 7 negara telah tiba di LP Abepura. Salah satu pengampanye tersebut bernama Jeremy  Bally. Pemuda Kanada berusia 25 tahun tersebut tiba di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Abepura, kota Jayapura, Papua pada hari Senin tanggal 16 Desember 2013. Sebelumnya, Bally dan pengampanye lainnya telah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan, yaitu mengkayuh sepeda keliling ke 7 negara selama 6 bulan untuk mengampanyekan mengenai Kemerdekaan Papua. Kedua, Organisasi Papua Merdeka (OPM) seringkali dianggap sebagai orang-orang di balik penyerangan polisi dan warga di Papua akhir-akhir ini. Namun, sedikit demi sedikit gerakan ini berubah haluan. Jika sebelumnya kekerasan yang mereka lakukan demi kemerdekaan Papua, kini telah berubah arah. Polisi bahkan memandang gerakan mereka sebagai gerakan kriminal, bukan lagi bermuatan ideologis. Banyak kelompok yang menculik belasan gadis diperkosa terus minta emas dari ayahnya, sering menembaki masyarakat, membakar perusahaan yang menolak dimintai uang. Oleh karena itu kami menyebutnya sebagai kelompok bersenjata bukan OPM. Hal ini dakatakan oleh Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Sulistyo Pudjo pada tanggal 4 Februari 2013. Ketiga, Anggota Kaukus Papua, Herman Dogopia mengatakan, perbincangan tentang “Papua” sekarang ini, dipicu oleh adanya perkembangan politik terbaru yang kental dengan keinginan memisahkan Papua dari NKRI. Aksi kekerasan yang terus berlangsung di tanah Papua tersebut, mengakibatkan semakin kuatnya usaha-usaha memisahkan diri dari NKRI. Menghadapi situasi tersebut, pihaknyalangsung merespons dan mengundang pejabat terkait untuk membahas masa depan Papua dalam bingkai NKRI. Tetapi hasil pembicaraan atau diskusi dengan Kaukus Papua, tidak sama dengan penerapannya di lapangan.
          Keinginan Papua menjadi merdeka semakin membara, terutama dipicu oleh pernyataan Presiden SBY tahun lalu yang menurut Herman sudah menjadi rahasia umum di masyarakat Papua bahwa Presiden SBY tidak mau berdialog lagi dengan rakyat Papua. Meskipun, SBY sudah pernah bertemu dengan sejumlah tokoh Papua, namun menurutnya entah alasan apa yang membuat SBY menolak berdialog dengan sejumlah tokoh Papua. Meski begitu, menurut Herman, Presiden SBY sendiri sudah menyatakan setuju Papua merdeka.
          Hal selanjutya yang akan dibahas yaitu mengenai artikel berjudul Don’t Use Your Data as a Pillow” karya S. Eben Kirksey. Di dalam artikel ini terdapat 26 paragraf yang harus kita bahas per kalimat. Pertama yaitu mengenai judul yang dalam bahasa Indonesia berarti “Jangan Gunakan Datamu sebagai Bantal”. Setelah berkelompok, setiap kelompok mengungkapkan apa itu data. Data yaitu informasi, tapi apakah setiap informasi harus ada data? Jawabannya iya. Data disini dapat diambil dari konteks research. Fungsi research yaitu untuk menjawab pertanyaan yang belum kita ketahui. Harus kita ketahui bahwa informasi adalah sebuah sistem yang berpola. Lehtonen melihat data itu=teks yang sifatnya verbal dan nonverbal. Menurut Lehtonen (2000) hlm 77, "Pekerjaan itu sendiri bersifat abstrak yang dihasilkan dari teks concrete oleh peneliti. Seringkali, konstruksi setara lain pembaca yang memenuhi syarat untuk membacanya. Pembaca berkualitas pada gilirannya, tampaknya orang-orang yang mencoba untuk mematuhi petunjuk yang dibentuk oleh sistem tidak berubah  kualitas yang berisi  teks. Oleh karena itu, 'pembaca yang memenuhi syarat' mampu melihat  apa pekerjaan itu sendiri. Sekali lagi, batu ujian kualifikasi secara tegas  kemampuan ini untuk melihat 'di balik' teks. Ketika pembaca mampu mengenali  keberadaan dari beberapa teks, sehingga ia menjadi 'berkualitas'. Lingkaran selesai: pembaca berkualitas mendefinisikan 'pekerjaan itu sendiri', yang pada gilirannya mendefinisikan pembaca berkualitas.
          Ide-ide ini dari 'nyata' yang berarti mengintai 'dalam teks itu sendiri' meninggalkan pembaca (dan pemirsa dan pendengar) sangat sedikit ruang untuk memanuver pembaca. Bahkan pembaca  'berkualitas'  tampaknya harus dikurangi menjadi fungsi teks belaka. Mereka adalah semacam budak yang lemah lembut dari teks, berusaha untuk mendengarkan sebagai penuh perhatian mungkin untuk apa teks utama berkenan untuk mengucapkan kepada mereka. Ketika datang untuk menjadi pembaca yang berkualitas yang dapat lulus yang terbelenggu cinta terbaik mereka dan menjadi penafsir yang paling setia untuk tuannya.
          Pillow? Kita menggunakan bantal sebagai tambahan atau hal yang membantu kita ketika tidur sehingga sifat bantal itu optional. Jadi, makna dari judul “Don’t Use Your Data as a Pillow” adalah, jangan gunakan data hanya sebagai tambahan saja. Seperti apa yang dikatakan oleh Waropen terhadap Eben ketika pesta yang diadakan Denny untuk melepas kepergian Eben ke Amerika setelah melakukan penelitian di Papua. “Jangan menggunakan data Anda sebagai bantal dan pergi tidur ketika Anda pergi ke Amerika, dan jangan hanya menggunakan ini sebagai jembatan untuk peluang professional Anda sendiri.” ujar Waropen terhadan Eben.
          Hal yang dikatakan oleh Waropen terhadap Eben berkaitan dengan fungsi literasi. Menurut kutipan Baynham di dalam buku Hyland, pada penelitiannya mengenai literasi mengatakan bahwa investigasi keaksaraan sebagai praktek yang melibatkan penyelidikan keaksaraan sebagai' benteng aktivitas manusia', bukan hanya apa yang dilakukan orang dengan melek huruf, tetapi juga apa yang mereka membuat apa yang mereka lakukan , nilai-nilai yang mereka tempatkan di atasnya dan ideologi yang mengelilinginya . Baynham (1995 : 1 )
          Babak selanjutnya, penulis akan menceritakan kembali isi artikel yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow” karya S. Eben Kirksey dari paragraph satu sampai dua puluh enam.. Paragra pertama, Eben ingin mengetahui adat-adat dari papua dan bentuk penghormatan yang dilakukan suku papua terhadap Eben. Paragraf Kedua, kedatangan Eben yang kedua kalinya setelah lima tahun sebelumnya ia  datang ke Papua. Kedatangannya kali ini ingin meneliti kekeringan yang ada di Papua namun dalam waktu yang tidak tepat karena sedang musim hujan. Pada saat itu, Papua ingin memisahkan diri karena adanya Reformasi dan ketika Irian Jaya berubah nama menjadi Papua. Paragraf ketiga, sistem genosida telah terjadi di Papua dan alasan kenapa Papua ingin memisahkan diri. Salah satu alasannya karena banyak mahasiswa yang ditembak mati. Paragraf empat, mencatat cerita adat  khas yang ada kaitannya antara Papua dengan Amerika dan menganalogikan genocida dengan Dracula. Paragraf lima, keterbukaan orang Papua terhadap Eben, mencari kasus teror “drakula” terhadap Papua, orang Papua menarik orang putih (Eben) untuk ikut membantu bisa memisahkan diri dari NKRI. Paragraf enam, Waropen adalah anggota dari Komnas HAM yang dulunya menjadi profokator papua untuk bisa memisahkan diri. Paragraf tujuh, Indonesia melakukan serangan berkelanjutan menumpas pemberotakan yang ada di papua dan rasa ketidakpercayaan Indonesia terhadap Papua. Paragraf delapan, penelitian Eben dan Denny di wasior berlangsung dibawah kondisi pengawasan yang intens. Paragraf sembilan, rencana penelitiannya adalah untuk mewawancari dukun. Beberapa dukun di klaim telah bertanggung jawab atas gempa bumi di Jawa. Namun niatnya diurungkan dikarenakan ketatnya pengawasan. Paragraf sepuluh, memanfaatkan Waropen karena dia telah mempelajari dukun Wasior untuk tesis sarjananya. Sehingga Eben mengambil kesempatan ini untuk mengisi kesenjangan dalam penelitian Eben. Paragraf sebelas, Waropen diwawancarai oleh Eben dengan cara berbicaranya yang terlatih dan akan tetap merahasiakan namanya. Paragraf duabelas, Saran dari teman-temannya untuk tetap menjaga sumber dari wawancara kecuali pihak kelembagaan universitas Eben. Manfaat Eben meneliti di Papua Barat ini menjaga sumber anonim bukan hanya sarana untuk menghindari omong kosong birokrasi. Bukan hanya itu Waropen sebagai orang yang di wawancarai oleh Eben juga ingin kutipan-kutipannya ingin diakui intelektualitasnya. Paragraf tiga belas, Jurnalis dan editor biasanya menggunakan pedoman untuk menentukan kapan harus menggunakan anonim. Strategi kuti[an tersebut bisa melindungi diri dalam gugatan pencemaran nama baik, jika sumber dari yang di wawancarainya tidak terima. Paragraf empat belas, Waropen mempertanyakan kehandalan datanya. Paragraf lima belas, Waropen mengatakan kepada Eben jangan menggunakan data anda sebagai bantal dan pergi tidur ketika anda ke Amerika. Jangan hanya menggunakan data ini untuk keperluan anda sendiri. Paragraf enam belas, Waropen memprovokasi Eben untuk menjadi orang yang dapat diandalkan, seseorang ahli daerah yang akan mengetahui hal-hal secara pasti dan seseorang yang akan mengambil pertanyaan yang pertanggungjawabannya serius. Paragraf tujuh belas, Waropen memprovokasi Eben untuk mengungkapkan fakta sebenarnya yang terjadi di tanah Papua barat. Bicaralah secara penuh dari data yang anda dapat. Jangan takut pada penguasa, karena menguak fakta lebih penting dibandingkan dengan hanya menjadikan penelitian sebagai jembatan untuk peluang profesional sendiri atau meraih gelar Doctor. Paragraf delapan belas, Waropen tidak terima bahwa hasil tulisan dari Eben  itu hanya untuk di manfaatkan untuk dirinya sendiri demi suatu gelar. Eben kemudian berfikir untuk bisa membawa pengetahuannya tentang Papua Barat bisa ditunjukkan oleh orang banyak yang ada di dunia. Paragraf sembilan belas, Eben dan Denny meneliti rumor yang ada di Wasior yang menghubungkan BP kekerasan baru-baru ini. Perusahaan ini sebelumnya “British Petroleum” menghabiskan lebih dari 100 millon untuk mengubah citra dirinya sebagai “Beyond Petroleum.” Baru-baru ini mulai mengeksploitasi ladang gas alam di Papua Barat yang diperkirakan akan menghasilkan lebih dari 198 billion. Paragraf dua puluh, Eben berhasil mewawancari dua agen papua “pejuang kemerdekaan” dengan hubungan dugaan militer. Untuk membunuh para perwira polisi indonesia. Paragraf dua puluh satu, Eben kembali ke inggris. John Rumbiak (Pembela Hak Asasi Manusia) memintanya untuk hadir dalam pertemuan di markas London BP dengan Dr Byron Grote, Chief  Financial Officer ( CFO ) dari raksasa minyak ini. BP pelatihan " keamanan berbasis komunitas. Rumbiak telah mengamankan pertemuan ini bagaimana kebijakan keamanan BP yang mempengaruhi iklim HAM di Papua Barat. Dengan tangan lembut dari pada Waropen , Rumbiak sedang membuat saya menjadi saksi yang dapat diandalkan seorang ahli Papua Barat yang akan siap untuk membuat klaim kuat untuk pengetahuan. Paragraf dua puluh dua, Sebelum ke kantor pusat BP. Eben bertemu Rumbiak di kedai kopi di pusat London. Mereka berbicara hal-hal baru yang sudah dilewati. Paragraf dua puluh tiga, Mulai masuk di kantor pusat BP dan bertemu dengan Senior Vice President BP untuk Indonesia. Merasa berhadapan dengan penguasa Eropa merasa adrenalinnya tertantang. Paragraf dua puluh empat sampai dua puluh enam, “Kekerasan adalah hal yang buruk bagi sebuah bisnis,” tanggapan Dr. Grote, “keterbukaan masyarakat adalah baik dan mereka membuat lingkungan di mana bisnis berkembang. Bekerja di Papua Barat adalah satu tantangan yang besar yang harus diambil. Kami meyakini bahwa sebuah komunitas yang berdasar pada kebijakan keamanan akan selalu bekerja. Jika kita membatalkan proyek ini dan perusahaan lain tidak membagi saham etika akan melangkah dan berkembang di bidang gas.” Bahasa yang diucapkan Grote sangatlah menggoda dan memikat hati. Kirksey penasaran jika kemungkinan perusahaan ini akan menjadi paksaan untuk membatasi kemiliteran Indonesia di Papua Barat. Rumbiak meminta Kirksey mempresentasikan penemuannya dari Wasior. Dengan hati terpukul ia mencoba meringkas deretan peristiwa yang sangat rumit. Kirksey menuturkan wawancaranya dengan seorang militer Papua yang takut terhadap kehidupan ini: “Dia menegaskan keharusan membunuh kelompok polisi Indonesia dengan bantuan agen militer Indonesia. Polisi Indonesia nantinya akan menggunakan insiden ini sebagai dalih untuk meluncurkan Operasi Pemisahan dan Pembinasaan. Dari polisi maupun militer keduanya menginginkan sebuah kontrak perjanjian perlindungan dari BP.” Seorang pembunuh mengambil tempat yang sama dengan hari di mana John O’Reilly, ambasador (duta besar) yang duduk di ruang duduk dengan kami telah mengunjungi proyek gas dengan Ambasador dari Inggris yaitu Richard Gozney.
Ø    Kesulitan pembaca mengenai artikel
                   Terdapat beberapa kendala yang penulis temukan ketika membaca artikel yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow” karya S. Eben Kirksey, diantaranya:
1.     Penulis merasa kesulitan ketika harus memahami dan menjabarkan setiap kalimat yang terdapat dalam artikel
2.    Ketika membaca kadang pembaca tidak mengatahui maksud sang penulis karena kurangnya background knowledge
3.    Less vocabulary
4.    Kurang fokus ketika memahami artikel tersebut
5.    Kurangnya komunikasi dengan antar kelompok dalam memahami artikel
6.    Kurangnya waktu untuk membaca
7.    Terkadang hanya mengandalkan orang lain tanpa percaya akan kemampuan diri sendiri
          Akhirnya dapat disimpulkan bahwa, ternyata banyak hal yang harus dikuak mengenai fenomena Pulau Cendrawasih atau Papua. Sebagai orang yang termasuk melek literasi, seharusnya kita tidak hanya menanggalkan apa yang kita ketahui, tapi perbuat dan lakukan. Sungguh tidak akan manfaat jika ilmu yamg kita miliki hanya disimpan untuk diri sendiri. Jadi, “don’t use your data as a pillow”.

         






Referensi

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Papua_Merdeka diunduh pada tanggal 4 april 2014 pukul 17.23
http://www.papuabaratprov.go.id/index.php diunduh pada tanggal 4 April pukul  20.28
http://id.wikipedia.org/wiki/Papua_Barat_(wilayah) d unduh pada tanggal 4 April pukul 20.32
http://waruno.de/PAP/2Kompas_Irian-Papua.html diunduh pada tanggal 4April pukul 20.35
http://blackfiles.mywapblog.com/asalpapua.xhtml diunduh pada tanggal 4 April pukul 20.40
http://www.koran-sindo.com/node/356388 diunduh pada tanggal 4 April pukul 20.47



0 comments:

Post a Comment