IDEOLOGY : BUZZWORD OF HISTORY
(by:
Nofi Maryana)
Sejarah apabila
dikaji lebih dalam sama dengan jurnalisme. Didalamnya ada unsur subyektivitas
yang tidak terelakkan. Ketika memilih sebuah tema untuk diberitakan, atau
ketika seorang sejarawan memilih tema untuk ditulis, keduanya sudah dalam
posisi subyektif. Mengapa memilih tema yang ini dan tidak tema yang lain,
padahal penting atau tak pentinnya suatu tema, hanya berdasar pada soal
“menurut siapa”. Tetapi yang membuatnya menjadi obyektif adalah, baik sejarah maupun jurnalisme memiliki metode
penulisannya masing masing.
Ideologi adalah faktor utama pembentuk subjektifitas tersebut. Penulisan sejarah ataupun jurnalisme adalah soal ideologi. Ideologi membuat sejarah semakin kompleks karena ia biasanya banyak berkaitan dengan perkara kekuasaan dan politik. Kini sejarah bukan lagi memori kolektif harga diri suatu negara, melainkan ia kini digunakan untuk merumuskan identitas. Pembahasan minggu ini akan seputar ideologi namun sebelum jauh membahas topik ini,akan lebih dulu dibuka dengan appetizer class, yakni:
Kata kunci dari quote diatas adalah tercerahkan
literasi.Writing as a matter of enlightening ourselves; menulis adalah
kegiatan mencerahkan diri. Dimana tulisan kita tidak dapat mengubah orang lain
apabila kita sendiri belum tercerahkan. Dalam islam sendiri pencerahan itu
didapat dengan shalat, namun tidak sembarang shalat mampu mencerahkan karena
sejatinya shalatpun harus literat. Dengan kata lain literasi adalah modal
hidup.
Poin kedua quote diatas adalah meneroka ceru-ceruk
baru, dimana kegiatan menulis tak lain adalah untuk menggali ceruk-ceruk
baru yang berisi kebenaran akan suatu sejarah. Setiap proses ada step-stepnya
begitupun menulis. Dijelaskan dalam slide yang mr.Lala berikan bahwa awal dari
kita menulis adalah fase meniru (emulate) yang kemudian baru bisa menemukan dan
kemudian menciptakan.
berikut analoginya:
Contoh dari proses ditas adalah pembelajaran
writing kita di kelas. Kita diberi teks seperti Speaking truth the power with
book oleh Howard Zinn, classroom discourse to foster religious harmony oleh
Prof. Chaedar, the cultural analisys of teks oleh Mikko Lehtonen dan sebagainya
adalah bertujuan untuk kita dapat melihat bagaimana cara mereka menulis.
Tahap pertama kita akan belajar meniru cara mereka menulis namun
setelah itu kita pahami dan menemukan cara kita sendiri untuk menuliskannya dan
pada tahap akhir kita bisa mencipta dengan pemaknaan kita sendiri. Itulah
kiranya appehzer class hari ini, berlanjut pada main topic yakni ideologi. Fowler
(1996:10) seperti historian critical linguist ideoligi bertujuan untuk memahami
nilai-nilai yang mendukung formasi sosial, ekonomi dan politik,diachronically.
Berubah dalam nilai-nilai dan formasi.
Ideologi
juga bersifat diakronik yakni how somwthing changes everytime. Menurut Ferdinand De Sausure, ia mengartikan diakronik sebagai telaah sepanjang masa
atau perputaran waktu yang lama. Ideologi juga tentu saja media dan instrumen
proses sejarah (Fowler, 1996:12).
Lagi-lagi
disuruh menghubungkan sinyal literasi dengan histori. Jika literasi tidak akan
pernah neytral maka produksi teks pun tidak akan pernah neutral karena
orang-orang literat adalah orang yang menguasai teks, dan orang yang menguasai
teks akan menguasai sejarah. Ideologi
hadir disetiap single text baik itu spoken, writen, audio, visual or the
combination of all of them (fowler, 1996). Oleh karena itu reading and writing
is always ideological motivated.
Writing di senior high school dan di
collegue itu berbeda. Perlu disadari bahwa sewaktu di SMA cakupan atau ranah
writing hanya sampai composisi, mengarang dan menceritakan. Sedangkan writing
in collegue lebih berbentuk persuasi atau meyakinkan orang lain akan sisi
menarik tulisan kami. Harus ada sudut pandang yang logis pada setiap subjek
yang kami pelajari.
Is persuasion a skill? Persuasion is the ability to influence. According to Tony Robbins persuasion is the most important skill we
can develop because without it, our ideas won’t get traction. Without influence
we won’t get the resources or support you need and without it we won’t be able
to communicate our unique value to the world. Untuk lebih lengkapnya, persuasi
adalah keterampilan yang perlu dikembangkan dan bisa dibaca dalam buku
Unlimited Power: the New Science of Achievement Pribadi by Tony Robbins.
Materi
berikutnya adalah tentang THESIS STATEMENT. Thesis statement adalah pernyataan
atas sudut pandang penulis pada topic secara langsung dan biasanya dalam satu
kalimat. Sudut pandang penulis biasanya digunakan untuk meyakinkan pembaca.
Bentuk persuasi sering disebut academic argument. Mengikuti pola predictable in
writing. Setelah pengenalan singkat akan topic, disanalah biasanya thesis
statement diletakkan.
Thesis
dalam sebuah essay sering disebut main idea. Thesis statement essay adalah satu
atau dua sentence statement yang menggunakan gagasan utama essay. Thesis
statement mengidentifikasi topic penulis dan opini penulis seputar topic.
Thesis statement berfungsi sebagai ringkasan yang akan penulis buat di akhir
paper.
Thesis
statement mempunyai 2 funsi:
1. Penulis membuat Thesis
statement untuk memfokuskan subjek essay.
2. Kehadiran good thesis
statement membantu pemahaman pembaca.
Perlu diingat bahwa
thesis statement adalah hasil dari proses berpikir yang panjangkarena
keselarasan semua paragraph dalam satu essay atau artikel tergantung pada
thesis statement. Jadi sebelum penulis mengembangkan argument tenteng topic
apapun. Penulis harus mengumpulkan dan menegosiasi terlebebih dahulu.
Jadi yang dapat
disimpulkan dari semua penjelasan
diatas adalah pertama, thesis statement menentukan seluruh isi paragraph.
Kedua, sejarah tidak akan
pernah luput dari subjektifitas penulisannya karena ideology masing-masing
penulis, adapun sejarah tersebut akan menjadi objectife dikarenakan metode
penulisannya.
0 comments:
Post a Comment