Pendahuluan
Sebagai
warga negara yang terlahir dipangkal abad 21 ini merasa sangat minim dalam
mengakses pengetahuan walaupun sudah tersedia teknologi yang canggih. Dalam
mengakses informasi atau suatu peristiwa di masa lalu, memang cukup sulit untuk
menemukan sumber-sumber yang terpercaya. Pada kali ini kami akan mencoba
menulis atau mengkilas balik apa yang terjadi pada bagian negara kita ini yaitu
Papua. Kami akan berjalan menelusuri
sejarah Papua dengan artikel milik Eben (2009) yaitu yang berjudul “Don’t
Use Your Data as a Pillow”.
ISI
Paragraf
1 yaitu membahas :
-
Bentuk penhormatan masyarakat Papua
terhadap Eben yang diselenggarakan oleh Denny.
Paragraf
2 membahas :
-
Tujuan utama Eben waktu itu untuk
mempelajari El Nino yang melanda Papua
-
Eben datang diwaktu yang salah karena
pada saat itu Papua sedang mengalami musim penghujan.
-
Irian Jaya berubah nama menjadi Papua
dan ingin memisahkan diri dari NKRI
Paragraf
3 membahas :
-
Pembantaian militer Indonesia yang
menyebabkan tewasnya mahasiswa dan pembuangan demonstran ke laut dalam.
-
Sistem genosida telah terjadi
Paragraf
4 membahas :
-
Eben mempelajari cerita adat khas Papua.
-
Peran pemerintah AS dalam mendukung
pendudukan militer
-
Menganalogikan kampanye teror yang
dipicu “Dracula”
-
Koperasi militer rahasia Indonesia yang
memberikan dukungan kepada aktivis kemerdekaan Papua.
Paragraf
5 membahas :
-
Eben ditarik menjadi sekutu
-
Melakukan penelitian terhadap kampanye
teror oleh pasukan keamanan Indonesia.
-
Harapan Eben agar bisa membantu Papua
mencapai kebebasan dari teror dalam rezim pendudukan Indonesia.
Paragraf
6 membahas :
-
Waropen adalah member Komnas HAM yang
dulunya menjadi provokator Papua untuk memisahkan diri.
Paragraf
7 membahas :
-
Indonesia melakukan serangan berkelanjutan
yang bernama (operasi penyisiran dan penumpasan).
-
Menyelidiki rumor tentang agen militer
Indonesia yang diam-diam mendukung milisi Papua.
Paragraf
8 membahas :
-
Melakukan wawancara terhadap orang-orang
yang mau mengambil resiko untuk menceritakan kisah mereka.
-
Melakukan pertemua tersembunyi dalam
kegelapan malam.
-
Melindungi indentitas narasumber.
Paragraf
9 membahas :
-
Penelitian ambisius Eben yang ingin meneliti
pawang terkenal di pegunungan di dekatnya.
-
Misteri gempa bumi yang melanda wilayah
jawa.
Paragraf
10 membahas :
-
Kegagalan
Eben mewawancarai pawang Wasior.
-
Waropen menjadi sumber terpenting dalam
penelitian pawang Wasior yang belum bisa dilakukan Eben beberapa mingggu lalu.
Paragraf
11 membahas :
-
Eben mewawancarai Waropen dengan
menyembunyikan identitasnya sebagai narasumber terpercaya.
-
Sebelumnya Eben sudah melakukan 350
wawancara dengan politisi Papua, korban kekerasan, tahanan politik, pujuang
gerilya, aktivis hak asasi manusia, dan pemimpin adat, semua itu dengan
identitas anonim.
Paragraf
12 membahas:
-
Saran informal dari rekan dan mentor
untuk melindungi sumber anonim kecuali pada dari dewan review dari kelembagaan
universitas.
-
Masyarakat Papua ingin diakui sebagai
masyarakat yang mandiri dalam segala hal.
-
Tidak mau dianggap sebagai orang terbelakang,
alias ingin diakui kalau mereka adalah masyarakat berintelektual tinggi.
Paragraf
13 membahas :
-
Sumber anonim dicurigai
-
Jurnalis dan editor melakukan seleksi
ketat takut berita yang ditulis penulis tidak etis.
-
Jurnalis dan penerbit melindungi diri
dari gugatan pencemaran nama baik.
Paragraf
14 membahas :
-
Waropen menginginkan keadilan
-
Harapan tentang tanah leluhurnya yang
sudah diratakan perlu direkonstruksi.
-
Waropen menganggap bahwa Eben merupakan
salah satu orang yang potensial yang dapat membantu menyelesaikan masalah ini
dengan banyaknya data yang Eben peroleh.
Paragraf
15 membahas :
-
Waropen berkata “Jangan menggunakan data
yang anda punya sebagai bantal dan pergi tidur ketika anda kembali ke Amerika
dan jangan hanya menggunakan ini sebagai jembatan untuk peluang profesional
anda sendiri”.
Paragraf
16 membahas :
-
Waropen memprovokasi Eben untuk menjadi
seorang ahli regional yang handal.
-
Menjadi orang yang akan mengetahui
hal-hal dengan pasti dan seseorang yang akan mengambil pertanyaan akuntabilitas
serius.
-
Banyak antropolog budaya waspada tentang menggunakan data
penelitian mereka untuk berbicara dan kekuasaan.
Paragraf
17 membahas :
-
Waropen meminta Eben untuk memikirkan
kembali apa yang maksud dengan “Data” dalam antropologi budaya.
-
Waropen mendorong Eben untuk menjadi
orang yang lebih baik lagi, lebih otoritatif, penerjemah.
-
Konfrontasi Waropen mendorong Eben untuk
menerjemahkan bentuk pengetahuan yang didapatnya ke dalam sebuah narasi baca
yang mungkin bisa beredar sampai ke luar negeri.
Paragraf
18 membahas :
-
Mempublikasinan penemuannya atau
menggunakan data untuk memajukan peluang keprofesionalan diri jelas di tentang
oleh Waropen.
-
Eben sudah menerbitkan sejumlah artikel
tentang Papua Barat.
-
Waropen menantang Eben untuk mengambil
tindakan nyata, mengungkapkan fakta kebenaran lebih penting daripada meraih
keprofesionalan diri dengan mengubur data yang sudah didapat.
Paragraf
19 membahas :
-
Rasa bingung dan ingin tahu Eben
terhadap masalah BP dengan militer Indonesia.
-
Kejanggalan yang dilakukan oleh
perusahaan BP yang mengubah nama “British Petroleum,” menjadi “Beyond
Petroleum”
-
Sulit untuk mengidentifikasi :
Provokator militer, korban polisi, dan Papua double agen.
-
Penembakan salah satu peleton polisi
yang dilakukan milisi Papua.
Paragraf
20 membahas :
-
Melakukan wawancara dengan Papua
double-agen “ Pejuang kemerdekaan” dengan hubungan dugaan militer. Bukti baru
tentang pembunuhan para perwira dan dukungan logistik dari militer Indonesia.
Paragraf
21 membahas.
-
Menghadiri pertemuan di markas London
BP.
-
Negosiasi tentang kebijakan keamanan BP
yang mempengaruhi iklim HAM di Papua Barat.
-
Saksi yang bisa diandalkan untuk membuat
klaim kuat untuk pengetahuan.
Paragraf
22 membahas :
-
Bertukar cerita dengan Rumbiak tentang
perjalanan mereka .
Paragraf
23 membahas :
-
BP adalah perusahaan yang terlibat dalam
kontroversi ketika regu kematian paramiliter mulai membunuh aktivis lingkungan.
-
Berhadapan dengan beberapa pria yang
paling berkuasa di Eropa.
Paragrad
24 membahas :
-
BP kebijakan keamanan berbasis
masyarakat menghasut kekerasan.
-
Ada hubungan timbal balik antara BP dan
militer Indonesia.
-
Agen rahasia militer Indonesia akan
tetap memprovokasi kekerasan sampai BP mengalah dan memberi mereka kontrak
keamanan.
Paragraf
25 membahas :
-
Kekerasan akan menghasilkan dampak yang
buruk. Bekerja di Papua adalah tantangan yang besar namun BP juga tidak mau
melepaskan karena takut ada perusahaan lain yang akan menggunakan lahan minyak
itu.
-
Perusahaan minyak itu guna untuk
mengusir militer Indonesia di Papua.
Paragraf
26 membahas :
-
Sebuah pengakuan mencengangkan oleh
anggota milisi Papua yang membunuh sekelompok polisi Indonesia yang didukung
oleh militer Indonesia.
-
Peluncuran operasi Isolat dan
memusnahkan oleh anggota Polisi.
-
Dua belah pihak antara polisi dan
militer sama-sama ingin kontrak perlindungan dari BP.
Dari
artikel yang saya baca tentang “Don’t Use
Your Data as a Pillow” ini membuat saya sebagai reader merasa bingung.
Bingung dengan semua peristiwa yang terjadi di Papua, keterkaitan Papua ingin
memisahkan diri dari NKRI, rumor pembantaian, militer Indonesia yang melakukan
pembantaian, anggota polisi yang melakukan isolasi dan juga keterkaitan
perusahaan BP dengan semua itu. Serasa ada yang hilang dari artikel itu,
tulisan yang kurang detail akan peristiwa yang terjadi di sana. Sebagai
pembaca, saya merasa seakan di obok-obok oleh data yang dikumpulkan Eben.
Kesimpulan
Untuk
menguak fakta yang sebenarnya kita perlu mengumpulkan banyak informasi lebih
lanjut, kita tidak boleh menelan begitu saja informasi yang kita dapat saat
ini.
0 comments:
Post a Comment