POET:
Ceruk Baru setelah Historian dan Linguist
Sejarah
itu sakral, sejarah itu keramat, tapi mengapa sejarah kini
dijadikan ajang permainan kata orang-orang literat? Memang benar adanya, mereka
yang literat adalah mereka yang menguasai teks dan bisa memutarbalikkan
sejarah, namun tetap saja sejarah menyimpan sesuatu yang berharga. Sejarah
mempunyai nilai (value). Istilah biologinya sejarah adalah proses penciptaan
manusia yang tidak pernah putus.
Seiring
berkembangnya zaman, teori akan sejarah pun kian berubah. Sejarah kini tak
hanya bisa diartikan linguistic tetapi juga poet. Seorang historianpun dapat
disebut linguist. Perlu diketahui menulis sejarah berdasarkan ideology berarti
bermain kata dan bahasa. Bermain kata dan bahasa berarti bermain syair (seni)
sehingga ketiganyan- historian, linguist dan poet changed a value.
analoginya
Sejarah
ditulis dengan bahasa yang otomatis mengandung sastra. Ketika menulis dan
sejarah tidak dapat dipisahkan dari ideologinya, maka selama itu pula penulisan
sejarah selalu disembunyikan. Milan Kundera berkomentar (in L’Art Duroman,
1986) : to write means for the Poet to crush the wall behind which something that “was always there” hides.
Disembunyikannya fakta atau kebenaran sejarah dengan menggunakan pemilihan seni
kata yang sulit sehingga kadang hanya bisa dimengerti dan
dipahami oleh poet menambah list kekompleksan sejarah.
Di Indonesia sendiri sastra tidak
dipelajri secara umum, hanya dalam bidang studi tertentu sastra dipelajari
secara lebih rinci. Sastra akan berbau idologi begitu pula sejarah. Dengan
ideologi sejarah memiliki tujuan berbeda dibalik penulisannya. Untuk
mengungkapkan kebenaran dibalik sejarah, seseorang tentunya harus crush the
wall serta berpikir kritis dan menggali ceruk-ceruk baru yang belum diketahui.
Ditekankan kembali bahwa ideologi
menciptakan subjektivitas menulis sejarah, namun yang membuatnya objektif
adalah soal penulisannya. Tata cara dan role berlaku pada setiap kegiatan
menulis. Diantaranya dalam menulis critical review perlu adanya generic
structure. Dalam slide yang diberikan mr.Lala ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam menuliskan critical review.
1.
Introduction
Pembukaan yang mengaitkan judul besar dengan apa yang
ingin disampaikan. Berisi pula thesis statement.
Contoh :
a. This
paper facused on...
b. This
paper is critical review of...
c. This
paper offers a creitical review insight or prespective on...
2.
Summary
Ulasan penulis tentang apa yang ingin dikritisi. Singkatnya
ringkasan dari artikel.
Contoh:
There are severalbasic point that Zinn wrote on
Columbus whom we ridicolously perceive as a hero.
Gunakan: a. First...
b.
Second...
c.
Third...
3.
Critique
Inti dari critical review. Kritikan atas artikel.
Contoh: there are four points on Columbus that are
reglected in Zinn artikel.
a. First/the
first point is...
b. Second/
the Second point is...
c. Third/
the Third point is...
4.
Conclusion
Kesimpulan dari seluruh kritikan.
Contoh:
a. In the
conclusion is...
b. there are two basic points that can be concluded
from Zinn artikel.
Pembahasan selanjutnya yakni mengenai peer review karena
memang judul besar pertemuan ketujuh ini adalah “peer review is a MUST”. Peer review
adalah suatu proses pemeriksaan atau penelitian suatu karya seseorang oleh teman
sejawatnya (karena konteks kita adalah classroom).
Kegunaan peer review adalah untuk menelaah atau memeriksa
apakah ada kesalahan dalam penulisan ataupun isi suatu karya tertulis (teks). Untuk
meriview biasanya digunakan rubrik review. Ketentuan-ketentuan (rubrik) harus
diperhatikan dalam melakukan peer review ini. Inilah salah satu cara
mengobjektifkan suatu tulisan dari subjektifitas ideologi.
peer reviewer juga seharusnya seorang yang qualified
reader agar ia bisa seobjektif mungkin mereview teks tersebut. Pembahasan awal
tentang sejarah-literasi-ideologi bahkan poets aling berhubungan erat. Perlu diketahui
bahwa yang mampu mengubah dunia adalah para penulis. Mengapa? Jawabannya sebenarnya
simple, karena penulis mampu meneroka dan
menemukan ceruk-ceruk baru setiap kali ia menulis.
Menulis berarti menemukan sumber baru yang berujung pada
menggali potensi makna disetiap ceruk dan sumber yang ia temukan. Orang-orang
yang bisa menggali potensi makna tersebut adalah orang-orang literat yang
berhasil akan self-discovery nya.
Jadi dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kita hidup secara berproses. Berusaha hidup literat adalah keharusan,
karena apapun yang kita lakukan sekarang merupakan sejarah dimasa depan. Jadilah
seperti linguist yang mampu membuat hidupnya dibaca, ditiru, dan digugu orang
lain serta jadilah poet agar setiap yang kau lakukan sekarang mampu menjadi
syair indah di masa depan.
0 comments:
Post a Comment