Senin 16
Maret 2014 merupakan pertemuan ke-7 mata kuliah Writing 4, hari itu paper yang
kita buat mengenai Howard Zinn dan Columbus dikoreksi oleh teman kita dalam
peer review. Paper milik saya dikoreksi oleh teman saya Nurisah, dan tulisan
saya masih banyak kesalahan yang harus dibenahi. Inilah beberapa kesalahan
tulisan saya yang dikomentari oleh Nurisah:
1. Terdapat
satu paragraph yang sekiranya tidak usah dicantumkan kembali.
2. Terdapat
kata according berulang-ulang dalam beberapa paragraph.
3. Judul harus
sesuai dengan isi tulisan.
Hari itu, kesalahan terbesar
kelas PBI.B adalah tidak menuliskan generic structure secara explicit, padahal
Mr. Lala sudah mengingatkan berkali-kali tenyang hal itu. Menurut Mr. Lala
sebagus apapun tulisan jika generic structure-nya tidak explicit akan percuma.
Beliau juga berkata semahal apapun pemain jika tidak mendengarkan pelatih pasti
akan disimpan sebagai pemain cadangan.
Pada pertemuan selanjutnya kita
diberi tugas untuk merevisi paper yang telah dikoreksi, sebelum dikumpulkan
tulisan kita seharusnya “direkayasa” agar hasilnya lebih baik. Kita sebagai
penulis, salah satu tugas utama kita adalah mengungkap kemungkinan-kemungkinan
pemahaman baru. Menjangkau bentuk-bentuk baru dari pemahaman meliputi tiga
tahap penting yaitu:
1. Emulate
(meniru)
2. Discover
(menemukan)
3. Create
(menciptakan)
Menulis adalah masalah
menciptakan affordances dan mengeksplorasi potensi makna. Menulis adalag sebuah
semogenesis (meaning-making practice).
Pernyataan tesis merupakan tahapan yang sangat penting untuk membuat dialog
awal dengan apa yang diharapkan oleh pembaca. Menurut Mr. Lala orang-orang yang
memiliki affordances (sumber daya) baru adalah orang-orang yang bisa
menciptakan sesuatu yang baru / memiliki potensi tinggi.
Milan Kudeta comments (in l’Art
duroman, 1986): ‘to write,means for the poet to crush the wall behind which something that “was
always there'' hides.’ Kita dapat
menghancurkan dinding dan mencari sesuatu yang tersembunyi di balik dinding
itu. Oleh karena itu, kita harus menolak asumsi-asumsi yang telah ada, dengan
kata lain kita harus meneroka ceruk-ceruk baru. Kita sebagai manusia tidak akan
pernah luput dari sejarah, dan sejarah merupakan proses penciptaan manusia tak
pernah putus sehingga discovery pun tak pernah putus.
Historian=Linguist=Poet=>
Discovery
Dalam hal ini tugas penyair
(poet) tidak berbeda dari sejarawan yang yang menciptakan sejarah, karena
penyair juga menemukan kemudian menciptakan sebuah karya.
Untuk pertemuan selanjutnya kita
mengumpulkan paper submission yang sudah direvisi dan kita harus memastikan
paper kita bebas darikesalahan grammar dan unsur-unsur unity dan coherence,
yang paling penting adalah kita harus menuliskan generic structure secara
explicit.
Sebagai penulis kita tentunya
memiliki tugas, tugas pokok penulis adalah membaca sementara tugas ekstra-nya
yaitu menulis. Membaca merupakan tugas utama bagi penulis, karena syarat untuk
menulis adalah membaca. Tidak mungkin menulis tanpa membaca terlebih dahulu.
Membaca berarti menyerap,
memahami, dan mendalami keadaan yang ada baik di luar diri maupun di dalam diri
sendiri. Hasil serapan dan pemahaman itulah sebagai informasi dan pengetahuan
baru lahir bagi penulis. Pemahaman keadaan itu pula yang akan menjadi renungan
lalu direproduksi kembali menjadi informasi atau pengetahuan baru lainnya dalam
wujud tulisan.
Membaca dalam pemahaman luas
tentu saja tidak sekedar membaca tulisan (teks) yang sudah ada. Membaca bisa
dimaknai dalam bentuk memahami apa yang terlihat dan apa yang terdengar di
sekitar kita. Seorang sastrawan terkenal A.A Navis bahkan menyebut seluruh ala
mini pada hakikatnya adalah bacaan yang terbaik. Dari apa yang terlihat,
terpahami dari alam itulah timbul pandangan dan tindakan lainnya.
Seorang wartawan terlebih dahulu
membaca berbagai peristiwa yang berkaitan dengan bidang tugasnya. Mereka
membaca terlebih dahulu semua yang akan dituangkannya dalam bentuk karya
sastra. Begitu juga sejarawan serta profesi lain yang berkaitan dengan “menulis”.
Penulis menyadari kalau yang
dilakukannya adalah member informasi kepada pembaca tentang apa yang seharusnya
diketahui dan dipahami pembaca tersebut. Ada misi menyampaikan sesuatu, ada
desakan tertentu yang diinginkan penulis kepada pembacanya. Karena itulah Hugo
Hartig, seperti dikutip Taringan (1986) bahwa menulis itu memiliki beberapa
tujuan seperti:
a. Untuk
memberikan informasi
b. Untuk
meyakinkan
c. Untuk
menghibur atau
d. Untuk
mengekspresikan perasaan dan emsosi yang kuat.
Kesimpulannya,
apapun tujuan penulis membuat karya tulisannya sesungguhnya semua itu tidak
akan pernah bisa dilaksanakan jika tidak ada ide, gagasan, pikiran dan perasaan
yang akan disampaikan dalam tulisan.
0 comments:
Post a Comment