8th Class review
Intervensi Sejarah Papua
Memproduksi karya yang berkualitas secara konstan, bisakah?
Ini perlu dilakukakan dengan hal dan usaha yang ekstra, ekstra keras dalam
membaca dan juga menulis. Menulis butuh keterampilan dan keahlian, berlatih
yang diperlukan. Ketika menulis bukan hal yang asing lagi, kesalahan sedikit
pun tidak boleh dilakukan. Untuk itu, kesabaran, ketelitian perlu diterapkan.
Menulis kaitannya dengan data, sering sekali menggunakan kata data, mendengar
kata data, tetapi, apakah data itu? Menurut lethonen data adalah sebuah
informasi yang berupa verbal, written atau tertulis, visual yang berbentuk
gambar dan audio yang berbentuk suara. data dalam pengertian judul ini adalah
informasi, bukti. Namun, apakah semua informasi itu disebut dengan data?
Informasi yang disertai dengan sumber adalah data.
Reading Time, membaca dengan sepenuh hati dan perhatian yang
sangat mendalam dari setiap kalimat, mengerti setiap kalimat yang dimaksud dan
bisa mengkritisi setiap kalimat. Membuat kelompok belajar kecil yang terdiri
dari lima orang, dengan kegiatan membahas dan bertukar pikiran terhadap teks
yang telah dibaca bersama-sama. Untuk itu, diharapkan metode ini akan lebih
memberikan pemahaman akan pengetahuan. Membaca sejarah itu sangat mengasyikkan,
seperti sedang berada dalam ruang waktu puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun
yang lalu, berimajinasi dengan menghadiran kembali kejadian yang sudah
terlewati, sangat banyak manfaatnya juga ketika membaca sejarah, untuk menjadi
pembelajaran langkah ke depan. Namun, bagaimana dengan sejarah yang
terintervensi? Siapa yang mengintervensinya, dan mengapa sejarah bisa di
intervensi? Salah satu contohnya adalah sejarah papua.
Papua adalah wilayah yang sangat krusial dalam sejarah NKRI,
karena begitu banyak peristiwa yang terjadi dari penamaan papua ke irian jaya
kemudian berubah menjadi papua kembali, dan keinginan rakyat papua untuk
menjadi Negara yang merdeka sendiri,
terjadi intervensi bangsa belanda terhadap gerakan pemuda papua, sampai kepada
pembantaian yang terjadi di papua oleh militer Indonesia. Pada tahun 1960,
Pemerintah Belanda dibawah Perdana Menterinya Joseph Luns menyadari bahwa
mereka semakin terdesak oleh tekanan dari Pemerintah Indonesia dibawah
kepemimpinan Presiden Soekarno agar segera mengembalikan Papua Barat.
Selanjutnya, Belanda membuat negara boneka yang diberi nama “West Papua” dengan
lagu kebangsaan “Hai Tanahku Papua” dan lambang negara “Burung Mambruk” serta
nama bangsa adalah Papua. Pada tanggal 1 Desember 1961, bendera Bintang Kejora
lalu dikibarkan sejajar dengan bendera Belanda. Bersamaan dengan itu, Belanda
juga membentuk Batalyon Sukarela Papua yang berkedudukan di Arfai Manokwari
dengan kantor Mayon menggunakan Barak Marinir Belanda (Batalyon ini menjadi
cikal bakal dari munculnya TPN-OPM/Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua
Merdeka).
Menjawab
semua langkah politik Belanda tersebut, Presiden Soekarno lalu menjawab dengan
mencetuskan TRIKORA (Tri Komando Rakyat) pada tanggal 19 Desember 1961 di
Yogyakarta yang isinya :
1.
Gagalkan pembentukan negara Papua buatan Belanda Kolonial.
2.
Kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia.
3.
Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan
kesatuan tanah air dan bangsa.
Untuk menekan Belanda agar mau melakukan perundingan maka Presiden
Soekarno membetuk operasi Mandala dengan mengangkat Mayjen Soeharto sebagai
Panglimanya, Kolonel Laut Sudomo sebagai Wapang, Kolonel Udara Watimena sebagai
Wapang dan Kolonel Ahmad Tahir sebagai Kasgab. Mayjen Soeharto selanjutnya
menginfiltrasikan pasukan gerilya RPKAD, ALRI dan Polri menyusup ke wilayah
Irian Barat. Puncak konfrontasi antar kekuatan militer Belanda dan Indonesia
adalah peristiwa pertempuran Laut Arafuru, dimana MBT (Motor Boat Tjepat) yang
akan melakukan infiltrasi disergap oleh sebuah kapal destroyer Belanda dan
Komodor Yos Sudarso gugur sebagai Pahlawan bersama tenggelamnya KRI Macan
Tutul. (http://Sejarah kembalinya
Irian Barat (saat ini Papua) dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia Nasionalisme di Papua.htm)
Seperti dalam teks yang berjudul “Don’t Use Your Data as a
Pillow” yang ditulis oleh S. Eben Kirksey, dalam paragraph pertama dan
keduanya. Bermula dari niat Mr. Eben melakukan penelitian di El Nino mengenai
kekeringan, tetapi cuaca berubah menjadi hujan sehingga membuatnya kehilangan
antusiasnya untuk meneliti. Dan akhirnya dia kembali ke Papua untuk melakukan
penelitiannya yang pernah dilakukannya lima tahun yang lalu. Pada tahun 1998,
pada saat itu Indonesia dipimpin oleh soeharto dan masyarakat Indonesia sedang
mendukung reformasi, papua menginginkan menjadi Negara yang merdeka, memisahkan
diri dari NKRI karena perlakuan-perlakuan militer Indonesia terhadap
masyarakatnya, mahasiswa yang membangkang pemerintah Indonesia ditembak dan
dibuang ke laut. Militer Indonesia mengirimkan pasukannya sampai 50.000 tentara
ke papua barat. Pembantaian dilakukan oleh tentara militer Indonesia sekitar
satu prajurit untuk 24 penduduk papua. (paragraph 3 “don’t use your data as a pillow”)
Tetapi apakah benar tentang pembantaian yang terjadi di papua?
Benar memang. Namun, factor yang menyebabkan militer Indonesia membantai
mahasiswa yang menentang pemerintah karena mereka menginginkan menjadikan papua
Negara yang merdeka, sampai dibentuknya OPM (Organisasi Papua Merdeka) gerakan
pemuda terintervensi oleh pihak sekutu, karena sekutu masih menginginkan papua
menjadi Negara bonekanya, untuk itu sekutu sangat mendukung gerakan OPM agar
papua tidak menjadi bagian dari NKRI.
Pada paragraph ke-4, Mr. Eden melakukan perjalanannya kembali
ke papua, banyak yang mengejutkan dari perjalanannya ini, perusahaan
multi-nasional, koperasi militer rahasia Indonesia, dan Amerika yang mendukung
militer Indonesia. Sebenarnya apa yang terjadi? pada paragraph lima dijelaskan
bahwa teror yang dilakukan oleh tentara Indonesia, kekerasan, dan rezim yang
membuat Mr. Eben memikirkan untuk membantu papua mencapai kemerdekaannya. Pada
saat pesta di rumah Deny, deny mengundang waropen, dia adalah seorang KOMNAS
HAM yang berusia 20an dan seorang penghasut untuk gerakan reformasi. Waropen
berasal dari wasior, tempat dimana tentara melakukan serangan.
Keadaan di papua yang sangat ketat membuat penelitian yang
dilakukan oleh Mr. Eben didampingi secara intens, orang-orang yang memberikan
keterangannya adalah orang yang mengambil resiko besar, sehingga dalam
mengambil informasi pun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi pada waktu yang
sedah gelap. (paragraph
ke-8)
Pada paragraph 11 Mr. Eben meminta kepada waropen untuk
memberikan keterangannya tanpa diketahui identitasnya. Namun, waropen menolak
dengan mengatakan bahwa mengambil data-data dengan mencantumkan sumbernya akan
membuat datanya berkredibilitas tinggi. Dan Mr. Eben telah melakukan wawancara
350 kali tetapi tidak dengan mencantumkan identitasnya. Ini yang membuat Mr.
Eben merasa dirinya telah salah. Dalam jurnalistik sumber identitas data perlu
diperhatikan karena terdapat dalam hukum yuridis yakni hak cipta, agar tidak
terjadi pencemaran nama baik ataupun plagiarisme. Berbicara mengenai data
waropen mengatakan kepada Mr. Eben “jangan menggunakan data anda sebagai bantal
dan pergi tidur ketika anda kembali ke Amerika, yakni jangan menggunakan data
sebagai jembatan untuk diri sendiri”, data tidak seharusnya digunakan untuk kepentingan
pribadi, apalagi data tentang sejarah, karena orang yang mengerti sejarah itu
bisa dengan mudahnya membolak-balikkan sejarah.
Data adalah informasi-informasi yang bersifat nyata karena
terdapat bukti dari penelitian. Waropen selalu mendorong Mr. Eben untuk tetap
berada dalam fakta-fakta. Data yang mengabarkan tentang agen militer Indonesia
mengintervensi upaya konvensional terhadap perlindubgan kontrak anggota milisi
(wajib militer), yang mengaku sebagai pejuang kemerdekaan papua. Di saat yang
bersamaan proyek “beyond Petroleum” atau proyek minyak. Sebuah perusahaan ini
diprediksikan akan menghasilkan gas alam di papua barat sebanyak
$198.000.000.000, jumlah yang sangat banyak. Namun, jika ditilik dalam
perusahaan dan intervensi militer Indonesia, bahwa militer Indonesia
menginginkan untuk menguasai proyek BP ini karena melihat potensi keuntungan
yang besar untuk ke depan, oleh karena itu terjadi pemberontakan dari
masyarakat papua yang tidak menikmati hasil dari alamnya yang kaya.
Pada paragraph ke-21 Mr. Eben menghadiri pertemuan BP di
London dengan Dr. Byron Grote seorang kepala keuangan dari perusahaan minyak
ini. Bersama Rumbiak, Mr. Eben menghadiri pertemuan yang dibuka oleh Dr. Grote
dan meminta agar pertemuan ini dirahasiakan. Namun, Rumbiak langsung membantah
dan mengatakan bahwa dirinya tidak bisa, karena pertemuan ini harus diketahui
oleh seluruh masyarakat papua. Ini menunjukkan bahwa adanya intervensi yang
dilakukan oleh agen militer dalam proyek minyak ini.
Kesimpulannya, sejarah papua tidak pernah habis jika
dijelaskan dalam class review ini, karena masih banyak kejadian yang belum
tertulis dalam class review ini. Namun, dapat diambil kesimpulan bahwa, papua
menjadi pulau yang diagung-agungkan dan diminati oleh bangsa sekutu, karena
papua menyimpan banyak kekayaan alam, sehingga sampai setelah Indonesia merdeka
papua masih menjadi Negara boneka Belanda. Namun, sukarno berhasil mengambil
kembali papua dalam genggaman NKRI melalui diplomasinya dan bantuan dari pihak
PBB. Tetapi setelah papua berhasil didapatkan masyarakat papua masih menyerukan
kemerdekaan yang berdaulat seperti Timor Timur dan kasus Aceh. Sehingga muncul
gerakan-gerakan oleh masyarakat papua seperti OPM dan GAM di aceh, gerakan ini
mendapat intervensi dari bangsa sekutu.
0 comments:
Post a Comment